Ukiran Asmat

Ukiran Asmat

Ukiran memberikan sentuhan artistik dan juga menambah nilai ekonomi pada sebuah benda. Lihat saja perabotan rumah tangga, seperti kursi tamu, meja rias, atau meja makan nan tampilannya menjadi lebih menawan dengan tambahan ukiran dan harganya pun menjadi lebih mahal.

Salah satu daerah di Indonesia nan terkenal dengan ukiran kayunya ialah Jepara. Untuk itu, Jepara memiliki predikat sebagai kota ukir. Ukiran dari Jepara memiliki motif nan unik dan pada umumnya ukiran dibuat pada kayu jati orisinil dari Jepara. Kekhasan motif ukiran

Jepara ini membuat pemerintah Kabupaten Jepara mematenkan 99 motif ukiran agar tak diklaim daerah dan negara lain. Motif-motif ukiran nan dipatenkan ini, antara lain relief legendaris karangan kembang nan diperkenalkan oleh Raden Ajeng Kartini dan motif Majapahitan.

Motif pada ukiran Jepara memiliki karakteristik khas bentuk daun nan miring dan berpola segitiga. Selain itu, daun nan merupakan pokok dari motif memiliki bentuk melingkar atau merelung. Pada bagian ujungnya terdapat daun-daun nan bergerombol. Sementara itu, pada motif buah dan bunga, pada umumnya berbentuk bulatan nan berderet atau bergerombol. Biasanya, bentuk kembang mengikuti bentuk daun.

Ukiran Jepara ini dibuat buat menghias berbagai perabotan, seperti kursi, loka tidur, hiasan dinding, penyekat ruangan, meja bar, meja hias, dan sebagainya. Harga jual perabotan ini cukup bervariasi bergantung pada taraf kesulitan ukirannya.

Sebenarnya, di Indonesia bukan hanya Kota Jepara saja nan memiliki seni ukir pada kayu. Beberapa daerah di Indonesia juga memiliki seni ukir ini. Setiap seni ukir dari majemuk daerah di Indonesia ini memiliki karakteristik khas dan keindahannya sendiri-sendiri.



Ukiran Bali

Bali juga dikenal sebagai daerah penghasil ukiran. Apabila Anda berkunjung ke Pulau Dewata ini, salah satu pemandangan nan menarik perhatian ialah banyaknya rumah nan menggunakan pintu berukir, terutama rumah-rumah berarsitektur khas Bali.

Pada umumnya, pintu khas Bali memiliki dua daun pintu. Bahan nan digunakan ialah kayu jati dengan ketebalan kurang lebih 3 cm. Pada bagian nan memiliki ukiran biasanya diposisikan menghadap keluar, sedangkan bagian dalam tak memiliki ukiran atau polos saja.

Selain pada pintu khas Bali, ukiran Bali juga banyak diterapkan pada bale kantil atau ranjang khas Bali nan bisa diletakkan di ruang tamu ataupun kamar tidur, meja tamu, penyekat ruangan, dan perabotan rumah homogen lainnya.

Seperti halnya motif ukiran dari Jepara, ukiran bali juga banyak mengusung tema alam sekitarnya, seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, manusia dan juga simbol-simbol keagamaan. Namun tentu saja, ukiran Bali memiliki karakteristik khas nan berbeda bila dibandingkan dengan ukiran Jepara.

Pada motif ukiran Bali Anda bisa menemukan bentuk-bentuk angkup, sunggar, endong, simbar, daun trubus, benangan, dan juga pecahan. Bentuk endong dan simbar memiliki kecenderungan bentuk dengan motif Pajajaran dan Majapahit.

Selain kekhasan pada motif, ukiran Bali biasanya dipahat lebih dalam pada kayu spabila dibandingkan dengan ukiran dari daerah Pulau Jawa nan lebih dangkal pahatannya. Selain itu, bentuk-bentuk pada ukiran Bali juga lebih lentik dan lentur bila dibandingkan dengan bentuk-bentuk ukiran dari Pulau Jawa.



Ukiran Toraja

Ukiran dari luar Pulau Jawa kecuali nan berasal dari Pulau Bali kurang dikenal masyarakat secara luas. Padahal ukiran dari luar Pulau Jawa juga memiliki keunikan dan estetika sendiri. Salah satunya ialah ukiran nan berasal dari daerah Toraja, Sulawesi Selatan.

Ukiran Toraja bisa ditemukan pada tiang-tiang rumah adat khas Toraja, papan, pintu lumbung, dan juga pada ventilasi rumah. Ukiran Toraja banyak dipengaruhi oleh cerita rakyat nan berkembang di daerah ini dan benda-benda di alam, seperti binantang, tumbuhan, serta benda-benda langit. Ukiran Toraja memiliki motif nan sangat beragam. Tak kurang dari 67 motif ukiran nan saat ini terus dilestarikan dan dikembangkan.

Beberapa motif ukiran Toraja, antara lain motif pa`tedong tumuru, pa`tangke lumu, paqtakku pare, dan masih banyak nan lainnya. Setiap motif ukiran ini memiliki makna dan nilai-nilai pendidikan. Misalnya, pada motif pa`tedong tumuru menggambarkan kepala kerbau nan muncul dari permukaan air sebagai simbol asa agar keluarga memiliki banyak kerbau

Sementara itu, pada motif pa`tangke lumu menggambarkan tumbuhan bahari nan saling terkait sebagai wujud asa agar keluarga saling menolong. Adapun pada motif paqtakku pare menggambarkan padi nan menunduk sebagai wujud petuah agar manusia tak sombong.

Tak hanya digunakan sebagai hiasan semata, ukiran Toraja juga terdapat pada majemuk benda ditujukan sebagai salah satu bentuk penghormatan terhadap nenek moyang dan juga sebagai salah satu kelengkapan dalam menjalankan ritual adat setempat.



Ukiran Asmat

Satu lagi seni ukir dari luar Pulau Jawa nan menarik perhatian banyak orang termasuk wisatawan mancanegara ialah seni ukir dari Asmat. Ukiran Asmat merupakan bagian dari ritual kepercayaan Suku Asmat nan mendiami provinsi Papua.

Bagi Suku Asmat, ukiran juga menjadi media buat berkomunikasi dengan anggota keluarga nan telah meninggal. Untuk itu, setiap ukiran nan dibuat mewakili anggota keluarga nan telah meninggal tersebut.
Berbeda dengan ukiran dari Jepara dan Bali nan menggunakan media kayu Jati, ukiran Asmat menggunakan media kayu pohon bahtera atau batang sagu.

Sementara mereka nan tinggal di daerah tepi pantai lebih banyak menggunakan kayu dari hutam Mangrove. Motif-motif ukiran Asmat mengambil bentuk-bentuk nan terdapat di sekeliling mereka, seperti pohon, binatang, orang nan sedang berburu, bahtera dan juga orang nan sedang berburu.

Uniknya, suku Asmat tak membuat ukiran dengan pola nan sama pada setiap ukuran nan mereka buat. Untuk itu pula, begitu banyak penyuka seni nan memburu ukiran Asmat ini.



Tips Merawat Perabotan Ukiran

Lekuk-lekuk pada ukiran mau tidak mau mudah sekali terkotori oleh debu. Untuk jenis perabotan kayu, patung, atau hiasan nan memiliki ukiran membutuhkan perawatan spesifik agar tetap higienis dan terpancar keindahannya. Nah, buat merawat perabotan berukir nan Anda miliki, ada beberapa tips nan dapat Anda ikuti, antara lain sebagai berikut.

  1. Sebaiknya, letakkan perabotan berukir di loka nan teduh dan tak terpapar sinar matahari secara langsung. Sebab sinar matahari nan secara terus menerus mengenai perabotan Anda akan membuat rona kayu menjadi pudar.

  2. Hindari meletakkan benda-benda panas atau dingin di atas perabotan tanpa menggunakan alas, termasuk pada meja makan Anda, sebaiknya gunakan alas buat meletakkan makanan dan minuman agar meja Anda tak terkena panas atau dingin secara langsung.

  3. Gunakan kompresor kecil atau vacum cleaner buat membersihkan debu-debu nan inheren di lekuk-lekuk terdalam pada ukiran di perabotan Anda. Penggunaan alat bantu ini bisa menghindarkan goresan pada motif ukiran sehingga bentuknya tetap terjaga dengan baik.

  4. Setelah dibersihkan dari debu-debu, Anda dapat menggunakan cairan spesifik buat menjaga tampilan perabotan berukir agar tetap mengkilap. Cairan spesifik ini biasanya memiliki kemampuan buat melapisi permukaan perabotan dan dapat membuat perabotan lebih awet.

  5. Apabila tak ingin menggunakan bahan-bahan kimia buat menjaga tampilan perabotan berukir, Anda juga dapat menggunakan perpaduan beberapa bahan alami. Caranya, siapkan kain nan cukup lembut. Kemudian, masukkan kain tersebut ke dalam satu liter air teh hasil seduhan dari beberapa kantong teh. Peras kain nan telah basah dengan air teh tersebut dan gunakan buat membersihkan perabotan kayu Anda. Kemudian keringkan perabotan dengan menggunakan kain kering nan lembut.

Nah, semoga informasi di atas dapat menambah wawasan Anda seputar majemuk ukiran di Indonesia. Apabila Anda menggunakan perabotan berukir juga menjadi salah satu wujud konkret kepedulian terhadap pelestarian seni ukir di Indonesia.