Faktor-faktor nan Mempengaruhi Perkembangan IPTEK

Faktor-faktor nan Mempengaruhi Perkembangan IPTEK

Bagaimanakah perkembangan IPTEK di Indonesia ? Ilmu pengetahuan dan teknologi atau IPTEK sudah menjadi bagian dari peradaban manusia. Ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan manusia buat menciptakan berbagai macam karya cipta nan berguna dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak disangkal lagi bahwa dari jaman ke jaman IPTEK berkembang pesat seiring dengan semakin cerdasnya manusia. Begitu pula dengan perkembangan IPTEK di Indonesia nan sedemikian pesat dari tahun ke tahun. Sudah banyak para cendekiawan Indonesia nan mengembangkan berbagai bidang ilmu pengetahuan dan berbagai macam teknologi.



IPTEK di Indonesia pada Masa Kolonial Belanda

Ilmu pengetahuan dan teknologi bisa dikatakan sudah ada saat manusia ada. Misalnya para manusia di jaman purba mampu melakukan perburuan hewan dengan cara-cara eksklusif atau membuat semacam loka konservasi nan kondusif buat mereka. Meski sederhana hal tersebut bisa dikatakan bahwa manusia telah memiliki akal dan pengetahuan hingga bisa menciptakan sesuatu.

Seiring dengan semakin banyaknya kebutuhan manusia nan harus dipenuhi serta keharusan buat bertahan hidup, maka manusia semakin lama semakin mencari cara buat memenuhi kebutuhan tersebut.

Perkembangan ilmu pengetahuan di global mulai bergeliat pada sekitar abad ke 15 akhir dengan munculnya konvoi reinesance. Konvoi itu bertujuan buat mengembangkan pemikiran dan penciptaan oleh umat manusia.Melalui konvoi tersebut, seluruh umat manusia bebas menciptakan benda atau karya-karya lainnya nan berguna bagi kehidupan manusia.

Hingga pada abad ke 18 banyak sekali penemuan-penemuan di berbagai bidang ilmu pengetahuan dan abad tersebut disebut dengan abad pemikiran. Selanjutnya setelah itu, IPTEK semakin berkembang pesat.

Di Indonesia sendiri, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebenarnya sudah dilakukan sejak jaman penjajahan kolonial Belanda. Terbukti dengan adanya forum pengembangan penelitian nan didirikan oleh pemerintahan Belanda kala itu, diantaranya yaitu Forum Biologi Molekular Eijkman dan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BGKW).

Lembaga Biologi Molekular Eijkman hingga saat ini masih berdiri dan masih melakukan berbagai macam penelitian khususnya tentang biologi molekul. Forum ini pertama kali didirikan oleh Cristiaan Eijkman pada tahun 1888 berlokasi di Batavia pada masa itu (sekarang di Jalan Diponegoro No. 69, Jakarta Pusat).

Lembaga ini banyak berperan dalam perkembangan pengobatan berbagai macam penyakit khususnya penyakit tropis dan sebagai loka pembelajaran sekolah kedokteran (STOVIA) pada masa itu. Pada tahun 1960-an forum ini sempat ditutup dengan alasan tak lagi berfungsi efektif. Pada bulan Juli tahun 1992.

Lembaga ini kembali dibuka sebagai pusat penelitian biologi molekuler atas inisiatif dari BJ. Habibie nan menjabat sebagai Menristek pada saat itu dan mendapat dukungan dari Presiden Soeharto.

Melalui forum ini pengetahuan tentang biologi molekuler seperti sosialisasi DNA manusia, pengobatan sel-sel kanker serta lainnya menjadi semakin maju dan berkembang di Indonesia. Selain itu, forum ini juga memiliki program fasilitas beasiswa bagi para peneliti muda di Indonesia nan tertarik di bidang biologi molekuler.



Lembaga Penelitian dan Pengembangan Teknologi di Indonesia

Selain forum penelitian nan didirikan oleh Belanda, setelah kemerdekaan pemerintah mulai mendirikan lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan teknologi. Berikut ini forum penelitian dan teknologi nan turut memajukan IPTEK di Indonesia :

• Forum Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Berdirinya LIPI diawali dengan berdirinya Organisasi Penyelidikan dalam Ilmu Pengetahuan Alam atau OPIPA nan diprakarsai oleh pemerintah Hindia Belanda tahun 1928. Forum ini bertugas hingga tahun 1956 dan pada tahun itu juga pemerintah melalui UU No. 6 tahun 1956 membentuk suatu Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI).

Organisasi tersebut memiliki tugas pokok membimbing perkembangan IPTEK serta memberikan pertimbangan kepada pemerintah dalam hal IPTEK. Kemudian pada tahun 1962 pemerintah membentuk Departemen Urusan Riset Nasional (DURENAS) buat mengurusi masalah riset dan MIPI termasuk di dalamnya.

Pada tahun 1966 pemerintah mengubah status DURENAS menjadi Forum Riset Nasional (LEMRENAS), hingga pada tahun 1967 pemerintah meleburkan LEMRENAS dan MIPI menjadi Forum Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Pada intinya LIPI bertanggungjawab atas perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia di berbagai bidang. LIPI memiliki berbagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) nan memegang bidangnya masing-masing. Selain melakukan berbagai penelitian, LIPI juga banyak mengadakan kompetisi ilmiah khususnya bagi kaum remaja dan kaum muda Indonesia.

Hal ini dilakukan buat lebih menggeliatkan semangat meneliti dan mengembangkan IPTEK bagi generasi muda. Melalui LIPI sudah banyak dihasilkan berbagai riset-riset terbaru di berbagai bidang dari peneliti di seluruh Indonesia.

• Forum Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

Lembaga ini memiliki tugas primer buat mengembangkan IPTEK di bidang dirgantara serta nan berhubungan dengan atmosfer, iklim serta antariksa. LAPAN baru dibentuk oleh pemerintah pada tahun 1963 atas pertimbangan semakin berkembangnya IPTEK di bidang penerbangan dan antariksa.

Sebelumnya pada tahun 1962, Indonesia telah sukses meluncurkan roket seri Kartika dan telemetrinya nan merupakan kerjasama antara pemerintah, AURI dan ITB. Hal tersebut menandakan bahwa ilmuwan Indonesia mampu mengembangkan berbagai macam teknologi canggih, tak kalah dengan negara-negara maju lainnya.

• Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)

Dulunya BATAN bernama LTA atau Forum Tenaga Atom nan tugasnya buat merealisasikan aplikasi program nuklir di Indonesia. LTA ternyata kemudian mendapat tanggapan dari para pengajar serta ilmuwan nuklir dan atom di berbagai universitas besar di Indonesia.

Oleh sebab itu, buat menyempurnakan program nuklir di Indonesia dikirimlah berbagai ilmuwan dan mahasiswa ke luar negeri buat belajar tentang hal tersebut. Barulah pada tahun 1964, LTA diubah menjadi Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) dan pada tahun 1998 diubah lagi menjadi Badan Tenaga Nuklir Nasional dengan singkatan nan sama.

Hal ini dilakukan agar kewenangan BATAN menjadi lebih luas. Melalui BATAN ini berbagai program nuklir dikembangkan di Indonesia seperti Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) atau rekayasa bibit tanaman pertanian.

• Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

BPPT pada awalnya merupakan satu divisi nan berada di bawah Pertamina nan bernama Advanced Technology Pertamina (ATP), divisi tersebut didirikan tahun 1976. Pada tahun 1978, melalui SK Presiden No. 25 tahun 1978 ATP diubah menjadi forum pemerintah non departemen bernama BPPT dan bertanggung jawab langsung pada Presiden.

Tugas pokok dari BPPT yaitu melakukan tugas pemerintah di bidang pengkajian dan penerapan teknologi sinkron dengan peraturan perundangan nan berlaku.

Jadi setiap ada teknologi baru nan diciptakan di Indonesia, BPPT berkewajiban buat mengkaji teknologi tersebut apakah sinkron dengan situasi dan kondisi di Indonesia. Selain itu, penerapan teknologi nan dilakukan pun diawasi oleh BPPT sehingga penerapannya sinkron dengan fungsi teknologi itu sendiri.



Faktor-faktor nan Mempengaruhi Perkembangan IPTEK

Beberapa forum nan telah disebutkan di atas memang sangat mendukung perkembangan IPTEK di Indonesia menjadi lebih maju dan tak kalah dari negara-negara lainnya. Namun beberapa pendapat mengatakan kalau perkembangan IPTEK di Indonesia lebih banyak dikuasai oleh pihak asing, padahal sebenarnya Indonesia memiliki banyak peneliti dan ilmuwan hebat. Perkembangan IPTEK di Indonesia tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya ialah :

  1. Terbatasnya jumlah orang Indonesia nan berminat buat terlibat dalam suatu penelitian.
  2. Meski jumlah lulusan sarjana atau doktor di Indonesia sudah banyak, namun hanya sedikit nan berminat buat mengembangkan ilmunya. Masih banyak dari mereka nan hanya melaksanakan tugas rutin dan memenuhi kewajiban buat memiliki gelar nan tinggi.
  3. Seringkali masyarakat Indonesia lebih nyaman menjadi pengikut/follower dibandingkan menjadi innovator.

Oleh sebab itu sebagai generasi penerus bangsa sudah semestinya kita mendukung perkembangan IPTEKdi Indonesia agar kita dikenal sebagai bangsa inovator dan dapat turut menyukseskan pembangunan nasional.