Jenis Inflasi

Jenis Inflasi



Si Kambing Hitam Bernama Inflasi

Inflasi telah menjadi kambing hitam perekonomian. Gejolak sedikit saja, maka inflasi akan datang. Pada saat ia datang, semua harga naik. Kalau tak bisa dikendalikan maka kenaikan harga ini akan membuat masyarakat kelimpungan. Mereka dapat saja tak mampu membeli barang-barang nan dibutuhkan. Orang miskin akan semakin miskin dan orang kaya akan semakin kaya. Bila tak hati-hati, krisis moneter akan terjadi. Pada saat krisis moneter terjadi, nan akan dihadapi ialah tekanan harga barang sehari-hari.

Pada tahun 80-an, harga emas satu suku (6,7 gram) hanya sekira 10 ribu rupiah. Pada saat itu, nilai tukar rupiah sekira 1000 dolar Amerika. Kini harga satu suku emas, sekira 3,5 juta rupiah dan nilai tular rupaih telah menjadi begitu rendah dibandingkan dengan dolar. Satu dolar kini sama dengan 9700 rupiah. Betapa cepatnya akselerasi lonjakan harga selama kurang lebih 33 tahun ini. Kalau kini pemerintah berencana melakukan deredominasi rupiah dengan mengurangi nol sebanyak tiga buah, maka akan banyak sekali konsekuensi nan akan terjadi.

Sekilas, program redenominasi rupiah ini akan membuat bangsa ini terlihat lebih berwibawa sebab nilai mata uangnya terlihat cantik dan menarik. Bagi kalangan nan bergerak dibidang penghitungan seperti akuntansi, akan merasa senang. Angka nan kecil tentu saja lebih mudah dalam global perhitungan dibandingkan dengan angka nan basar. Namun, biaya buat melakukan redenominasi tak murah. Bahkan mungkin harus dilakukan berkali-kali hingga masyarakat memahami dan mengerti serta dapat beradaptasi dengan program tersebut.


Biaya buat kampanye dan memasyarakatkannya saja tak murah. Belum lagi biaya buat pencetakan uang dan penyebarannya ke masyarakat. Software perbankan harus diganti. Mesin ATM pun harus diperbarui. Para petugas bank harus mendapatkan pelatihan baru demi menyesuaikan dengan perkembangan nan ada. Belum lagi biaya penarikan uang lama dan membuat ilustrasi bagi uang nan baru. Semua ini membutuhkan biaya nan luar biasa besarnya.

Bagaimana kalau inflasi terjadi dengan dahsyatnya setelah redenominasi? Bukanlah hal nan mustahil bahwa rupiah akan seperti ini lagi. Rupiah akan terpuruk lagi dan perekonomian akan memburuk lagi. Ini ialah sesuatu nan sangat mungkin kalau bangsa ini tak mampu menjaga stabilitas keamanan, stabilitas politik, stabilitas ekonominya. Kalau pengrusakan tanah dan alam ini semakin menjadi, dapat jadi orag luar akan mengambil kejadian tersebut sebagai isu tak membeli barang dari Indonesia.

Hal ini telah terjadi di bidang kelapa sawit. Pengusaha kelapa sawit nan ada di Indonesia dikatakan merusak lingkungan, lalu pengusaha Amerika tak membeli minyak goreng atau tak membeli minyak kelapa sawit dari tanah air. Bila hal ini terjadi dibanyak bidang, maka keadaannya akan kembali sebelum redenominasi. Bukankah akan lebih baik kalau ada penguatan rupiah dengan melakukan banyak hal termasuk tak mengambil utang luar negeri lagi. Tetapi sepertinya hal ini menjadi sesuatu nan tak mungkin.

Bangsa ini telah terlanjur mempunyai banyak utang sehingga akan selalu mengutang buat membiayai hidupnya. Ditambah lagi bahwa bangsa ini bukannya bangsa nan getol menabung. Banyak sekali rumah tangga nan hidupnya dari teknik gali lubang tutup lubang. Utang di mana-mana dan bahagia hayati dengan utang. Prinsipnya ialah selama masih dapat bayar utang, mengapa tak ambil utang. Hayati harus dinikmati sehingga membayar dengan kredit pun tak menjadi masalah. Inilah prinsip hayati nan membuat bangsa ini menjadi bangsa nan penuh dengan utang.

Bila terus berlanjut, nan akan terjadi ialah kredit macet. Kredit macet akan menimbulkan gejolak nan tak sedikit. Perekonomian akan semakin tak karuan. Hal inilah nan harus dicegah. Jangan sampai bangsa ini kembali menjadi korban krisis moneter. Pada tahun 90-an, harga telur satu kilogram masih sekira 1500, kini harga telur telah mencapai 17 ribu hingga 19 ribu. Inilah nan dikatakan sebagai imbas inflasi.



Efek Inflasi

Harga rumah masih sekira puluhan juta buat ukuran tipe 21 dan 36. Sekarang harganya sudah mencapai ratusan juta rupiah. Orang akan mengatakan bahwa betapa beruntungnya orang-orang nan mempunyai rumah. Masih jutaan orang tak mempunyai rumah. Mereka masih berusaha dan berjuang mati-matian buat mendapatkan rumah. Tidak mudah memang bertahan buat hayati tanpa utang sebab godaan buat berutang itu begitu tingginya. Orang nan hidupnya tak ada utang ialah orang nan sangat beruntung.

Biaya pendidikan pun mau tidak mau menjadi sangat tinggi. Pemerintah menjadi sangat bingung. Berbagai cara digunakan agar seluruh rakyat ini dapat mencicipi pendidikan dengan baik. Beasiswa disiapkan. Tetapi memang tak mudah buat memberikan pendidikan nan benar-benar gratis. Susah memberikan biaya nan sangat tinggi kepada seorang siswa nan akan belajar di sekolah nan baik tanpa harus membayar sama sekali. Tidak mengherankan ketika ekonomi ini terasa semakin tak menentu, penyakit masyarakat pun semakin banyak.

Rasa depresi dan putus harapan menjadikan banyaknya kejahatan nan terjadi di sekitar kita. Kalau uang tak ada dan cara mencari uang juga susah, maka nan akan terjadi ialah bagaimana mendapatkan uang tanpa melakukan banyak hal. Hanya dengan keimanan nan akan mencegah kejahatan ini terjadi. Pemerintah memang harus bekerja sangat keras agar perekonomian menjadi semakin baik dan tak ada satu orang pun nan berada di bawah garis kemiskinan.



Jenis Inflasi

Berdasarkan taraf keparahan, inflasi bisa dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu:
1. Inflasi ringan (tingkat inflasi di bawah 10% per tahun)
2. Inflasi sedang ( taraf inflasi di sekitar 10% - 30% per tahun)
3. Inflasi berat (tingkat inflasi 30% - 100% per tahun)
4. Hyper inflasi (tingkat inflasi melebihi 100% per tahun)

Berdasarkan penyebab terjadinya inflasi bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Demand - Pull Inflation
Inflasi in terjadi sebab permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa meningkat tajam. Masyarakat merasa hari esok barang atau jasa tersebut akan mengalami kenaikan harga, sehingga masyarakat nan memiliki kelebihan uang, berbondong-bondong membeli barang atau jasa tersebut. Akibatnya harga barang menjadi naik. Misalnya : susu formula

2. Cost - Push Inflation
Inflasi ini disebabkan adanya kenaikan biaya produksi. Misalnya kenaikan taraf upah bisa mengakibatkan berkurangnya jumlah penawaran barang. Bila jumlah permintaan tetap atau malah naik, maka akan mendorong naiknya harga-harga barang.

Berdasarkan asal terjadinya inflasi bisa dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
1. Inflasi nan berasal dari dalam negeri
Inflasi ini bersumber dari beberapa faktor pencetus di dalam negeri, misalnya: gagal panen, pemerintah mencetak uang baru buat menutup defisit anggaran, dan sebagainya.

2. Inflasi nan berasal dari luar negeri
Inflasi ini muncul terutama pada negara nan masih mengantungkan pemenuhan kebutuhannya pada luar negeri. Inflasi ini terbagi dalam dua kelompok, yaitu:

1. Inflasi dari luar negeri secara langsung, contoh: kenaikan harga barang-barang import.
2. Inflasi dari luar negeri secara tak langsung, misalnya: pemerintah dengan sengaja menaikkan barang-barang produksi dalam negeri buat mengimbangi harga barang-barang import.

Dampak Inflasi Terhadap Kegiatan Ekonomi Masyarakat
Inflasi sangat merugikan masyarakat sebab inflasi mengakibatkan hal-hal sebagai berikut.

1. Orang cenderung menyimpan kekayaan dalam bentuk harta tetap daripada dalam bentuk tabungan uang.
2. Tidak adanya simpanan investasi berupa uang tunai.
3. Pengusaha enggan berinvestasi.
4. Daya beli masyarakat menurun disebabkan menurunnya nilai mata uang.

Cara Mengatasi Inflasi
Inflasi bisa diatasi dengan melakukan hal-hal sebagai berikut.
1. Kebijakan Moneter, meliputi: politik diskonto, politik pasar terbuka, dan peningkatan kas ratio.
2. Kebijakan fiscal, meliputi: Mengatus penerimaan dan pengeluaran pemerintah, dan menaikkan pajak.
3. Kebijakan Nonmoneter, meliputi: mendorong agar pengusahan menaikkan hasil produksinya, menekan upah, pemerintah menetapkan harga maksimal, pendistribusian secara langsung,
4. Mutilasi nilai mata uang.

Semua orang mengharapkan bahwa inflasi ini tak terlalu tinggi sehingga tak ada mutilasi nilai rupiah seperti nan terjadi pada masa orde lama.