Kehidupan Suku Baduy Saat Ini

Kehidupan Suku Baduy Saat Ini

Suku Baduy merupakan salah satu suku kuat nan masih tersisa di Indonesia. Dengan letak nan tak jauh dari ibu kota, Suku Baduy kerap menjadi pusat penelitian berbagai budayawan dan wartawan nan tertarik dengan kehidupan mereka nan terisolir. Tahukan Anda sejarah Suku Baduy ?

Mengapa Suku Baduy menumbuhkan ketertarikan tersendiri bagi orang luar? Hal itu sebab kesuksesan mereka menjaga keterisoliran di tengah zaman teknologi nan sangat mendunia, bahkan dengan lokasi nan relative dekat dengan pusat kota.

Adakah semua ini berhubungan dengan sejarah Suku Baduy itu sendiri atau sebab cara pandang mereka melihat kehidupan ? Ada baiknya kita menilik terlebih dahulu tentang suku ini.



Suku Baduy, Orang Kanekes

Ada sebabnya Suku Baduy tak mau dipanggil Baduy. Hal itu sebab Suku Baduy merupakan tribe /suku nan kurang terpelajar di Arab dan bersifat nomaden atau berpindah-pindah. Mereka lebih suka dipanggil orang Kanekes. Kanekes ialah nama daerah loka suku mereka berdiam.

Kanekes itu terletak di kaki pegunungan Kendeng, Kecamatan Leuwi Damar, Kabupaten Lebak-Rangkasbitung Banten. Dengan populasi sekitar 800 jiwa, orang Kanekes terbagi menjadi tiga wilayah utama, yaitu Desa Cibeo, Cikeusik dan Cikerta Warna. Pembagian nan sesungguhnya terdiri atas tiga kelompok:



1. Kelompok Tangtu

Orang-orang nan termasuk kelompok Tangtu ialah orang-orang Kanekes dalam nan tinggal di tiga Desa Cibeo, Cikeusik dan Cikerta Warna. Mereka ialah orang Kanekes nan paling memegang teguh adat istiadat. Berikut ialah adat istiadat nan mereka pegang teguh.

a. Tidak diperkenankan menggunakan teknologi apapun.

b. Tidak ada listrik.

c. Menggunakan baju berwarna putih atau hitam nan ditenun sendiri.

d. Tidak boleh menggunakan alas kaki.

e. Tidak boleh menggunakan wahana transportasi sama sekali. Orang Kanekes terbiasa berjalan kaki ke mana-mana, tak peduli berapa pun jauhnya.

f. Tidak menggunakan produk apapun dari luar Kanekes, seperti produk kebersihan (sabun, odol, sikat gigi, dan lain sebagainya).

Orang Kanekes menggunakan tanaman nan tumbuh di sekitarnya sebagai alat kebersihan, seperti sabut kelapa buat sikat gigi dan larek buat mencuci baju. Di Kanekes tak terdapat kamar mandi. Semua kegiatan dilakukan di sungai, mulai dari mandi sampai buang air.

g. Tidak merokok.

h. Tidak mabuk-mabukan.

i. Tidak boleh berfoto.

j. Orang asing dilarang masuk wilayah mereka.

k. Pintu rumah harus menghadap ke utara atau selatan, kecuali rumah ketua adat nan dipanggil puun . Rumah puun tak dapat dimasuki oleh sembarang orang sebab tanpa ada keperluan khusus, ada asumsi tak sopan buat bertandang ke rumah puun.

l. Tidak diperkenankan buat menikah dengan orang luar sehingga pernikahan mereka tak mempedulikan interaksi persaudaraan atau pertalian darah. Pasangan hayati hanya satu seumur hayati dan tak diperkenankan ada perceraian.

Jika aturan-aturan tersebut tersebut dilanggar, maka akan diberi hukuman atau sanksi dengan diusir dari daerah Kanekes dalam dan kemudian berdiam di Kanekes luar.



2. Kelompok Panamping

Orang-orang kelompok Panamping dikenal juga sebagai orang Kanekes luar. Mereka tinggal di Kanekes luar sebab melanggar adat istiadat nan berlaku di Kanekes dalam. Pelanggaran nan paling banyak dilakukan ialah penggunaan teknologi atau penggunaan produk dari luar Kanekes.

Walaupun penggunaannya masih dilakukan secara diam-diam sebab anggaran pelarangan menggunakan peralatan teknologi berlaku baik di Kanekes dalam maupun Kanekes luar.

Salah satu penyebab mereka tinggal di Kanekes luar ialah sebab mereka menikah dengan orang Kanekes luar. Hal ini tentu saja bertentangan dengan adat nan berlaku di Kanekes dalam.

Ciri-ciri orang Kanekes luar ialah sebagai berikut.

a. Mereka menggunakan baju adat berwarna hitam atau biru.

b. Anak-anak Kanekes luar tak bersekolah, sama seperti anak Kanekes dalam. Bagi mereka bersekolah merupakan pelanggaran terhadap adat nan berlaku.

c. Mereka boleh bercerai dan masing-masing keluarga hanya boleh memiliki empat orang anak.

d. Tersedia fasilitas kamar mandi walaupun seadanya.

e. Orang Kanekes luar masih menerima dan melaksanakan anggaran adat orang Kanekes dalam.



3. Kelompok Dangka

Orang Baduy Dangka ialah orang Baduy nan sudah terlepas sama sekali dari Kanekes, baik itu secara wilayah maupun secara adat istiadat. Mereka masih keturunan Kanekes dalam maupun Luar, namun biasanya sudah tak bermukim di wilayah tersebut.



Berbagai Versi Sejarah Suku Baduy

Versi Orang Kanekes

Menurut mereka, orang Kanekes merupakan keturunan Batara Cikal. Batara Cikal ialah salah satu dari tujuh dewa nan turun ke bumi nan memiliki tugas mengatur ekuilibrium di muka dunia.

Hal ini serupa sama dengan Nabi Adam dalam Islam nan merupakan manusia pertama nan turun ke bumi. Orang Kanekes pun percaya bahwa mereka keturunan Nabi Adam dan bertugas buat menjaga harmoni dan ekuilibrium dunia.



Versi Para Sejarawan

Berdasarkan prasasti nan ditemukan, para pakar sejarah menemukan bahwa orang Kanekes sangat erat hubungannya dengan Kerajaan Pajajaran (Sunda), nan berpusat di Bogor. Pada abad ke 16, Banten masih merupakan bagian dari Kerajaan Pajajaran dan merupakan pelabuhan nan sangat ramai.

Sementara Sungai Ciujung nan bermuara di Banten merupakan lalu lintas perdagangan nan sangat vital. Untuk menjaga keamanan Sungai tersebut, maka prajurit-prajurit pilihan harus tinggal di muara sungai tersebut dan kelak menjadi Suku Baduy/orang Kanekes.

Hal ini berhubungan dengan sifat keterisolasian Suku Baduy sebab para prajurit pilihan tersebut menutup bukti diri mereka agar tak diketahui oleh musuh.



Versi Von Tricht

Teori nan dikemukan oleh para sejarawan disangkal oleh seorang dokter nan bernama Von Tricht nan berkunjung ke Baduy pada tahun 1928. Von Tricht mengadakan penelitian dan menemukan bahwa Suku Baduy merupakan suku orisinil nan ada di sana sejak lama.

Menurutnya Suku Baduy mempunyai sifat daya tolak nan sangat keras terhadap kebudayaan dan pengaruh luar, sekaligus juga tak mampu mengadopsi kebudayaan di sekelilingnya nan terus berkembang.

Pendapat ini sinkron dengan pendapat Danasasmita dan Djatisunda. Menurut mereka, raja nan berkuasa di daerah Baduy saat itu ialah Rakeyan Darmasiska dan memerintahkan masyarakat Baduy buat menjaga kabuyutan. Kabuyutan ialah loka pemujaan nenek moyang.

Tempat pemujaan nenek moyang itu dijaga kesuciannya dan dinamakan Mandala/suci. Kabuyutan itu dikenal dengan Kabuyutan Jati Sunda atau Sunda Orisinil atau Sunda Wiwitan. Karena hal tersebutlah hingga saat ini kepercayaan orang Kanekes disebut Sunda Wiwitan.



Versi Prabu Siliwangi

Alkisah, Prabu Siliwangi memiliki putra nan bernama Kian Santang. Kian Santang berniat menyiarkan agama Islam, namun ditolak oleh Prabu Siliwangi dan pindah ke wilayah Rangkasbitung, Lebak.

Prabu Siliwangi nan kemudian bergelar Prabu Kencana Wungu, menetap di Rangkasbitung bersama empat pengikutnya. Mereka dan keturunannyalah nan kemudian dikenal sebagai Suku Baduy.



Kehidupan Suku Baduy Saat Ini

Suku Baduy sangat memegang teguh adat istiadat nan dilaksanakan sejak dahulu, walaupun adat tersebut hanya berupa lisan nan diberitakan secara turun temurun. Kepercayaan mereka disebut Sunda Wiwitan, dengan intisari terpentingnya ialah ‘tidak merubah apapun’.

Suku Baduy memiliki semboyan: “Lojor heunteu beunang dipotong, pendek teu beunang disambung” nan artinya “panjang tak boleh dipotong, pendek tak boleh disambung”.

Hal ini mencerminkan sifat Suku Baduy nan menghormati alam sekitarnya sehingga dalam bercocok tanam pun mereka tak menggemburkan tanah demi terjaganya harmoni alam nan mereka diami.

Walaupun mengisolasikan diri, namun mereka mengakui adanya pemerintahan. Hal ini tercermin dalam pemberian seba (hasil pertanian ) kepada Pemerintah Daerah Banten melalui Bupati Lebak. Pemberian seba ini dilaksanakan dalam upacara adat nan dilaksanakan setahun sekali.

Dibalik ketertutupannya, sebetulnya Suku Baduy mencerminkan bentuk pertahanan dan pelestarian adat nan diwariskan secara turun menurun. Persaudaraan di antara orang Kanekes sangat erat dengan hubungan satu sama lain. Hal ini tentu saja sangat positif sebab pelestarian budaya Suku Baduy bisa terjaga seterusnya.

Demikianlah artikel tentang Kanekes, Sejarah Suku Baduy dan Kehidupannya . Semoga bermanfaat.