Ragam Kesenian Suku Bangsa Sunda

Ragam Kesenian Suku Bangsa Sunda

Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa dan bahasa. Mereka berkelompok membentuk sebuah komunitas masyarakat dengan budaya nan unik nan menjadi karakteristik daerahnya. Mereka menempati kepulauan arcipelago wilayah Indonesia dari Sabang sampai Meraoke. Salah satunya ialah suku bangsa Sunda nan akan dibicarakan dalam artikel singkat ini.

Kata 'sunda' syahdan berasal dari bahasa Sansekerta sund atau suddha nan berarti "bersinar, putih, terang". Hal ini diperkuat dengan adanya istilah 'sunda' dalam bahasa Bali nan berarti "murni, bersih, suci".

Kata sunda sebagai suku mulai dipergunakan oleh Purnawarman. Di tahun 397, ia menyebut ibu kota Kerajaan Tarumanagara sebagai Sunda. Bahkan di tahun 670 Kerajaan Tarumanagara diganti namanya menjadi Kerajaan Sunda dan terbagi menjadi dua kerajaan: Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh.

Yang disebut dengan suku Sunda ialah mereka nan berasal serta bertempat di daerah Jawa Barat atau nan sering disebut dengan Parahiangan atau Tanah Pasundan. Daerah Tanah Pasundan itu secara kultur berbatasan dengan sungai Cilosari dan Sungai Cindaduy pada wilayah timur, nan merupakan perbatasan bahasa.

Akan tetapi di luar Jawa Barat terdapat pula kampung-kampung nan mengunakan Bahasa Sunda, seperti kabupaten Brebes, Bayuwangi, dan Tegal. Juga di Lampung dan Sumtara Selatan ada juga beberapa kampung nan masyarakatnya mengunakan bahasa Sunda. Mungkin ini dampak dari program transmigrasi sehingga beberapa kelompok masyarakat sunda harus eksodus ke wilayah eksklusif buat membentuk kelompok masyarakat baru.



Bahasa Daerah Suku Bangsa Sunda

Bahasa daerah suku Sunda ialah bahasa Sunda. Tentunya penggunakan dialek sunda nan tinggal di Jawa Barat dengan dialek di luar Jawa Barat itu akan berbeda meskipun mereka bisa dikatakan sebagai Suku Sunda. Hal ini terjadi sebab asimilasi budaya setempat dengan budaya nan dibawa oleh Suku Sunda sendiri.

Secara antropologi budaya bisa dikatakan bahwa nan dinamakan Suku Sunda ialah masyarakat nan secara turun temurun mengunakan bahasa ibu, Bahasa Sunda serta dialeknya dalam kehidupan sehari-hari. Jadi pribahasa bahasa menentukan suku bangsa memang sahih adanya. Barang siapa nan berbahasa sunda dengan baik dan ikuti dialeknya maka itulah nan dinamakan Suku Sunda.

Di daerah Jawa Barat sendiri, tak seluruh lapisan masyarakat menggunakan Bahasa Sunda. Jika kita mau meneliti lebih dalam, kita tengok daerah pantai utara Jawa Barat dan di dearah Banten, masyarakat di sana cenderung menggunakan bahasa Jawa tertutama di wilayah cirebon nan menjadi perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat.

Mereka ialah kelompok masyarakat tersendiri nan tak bisa dikatakan Sunda juga tak bisa dikatakan Jawa. Mereka mempunyai budaya tersendiri dan bahasa tersendiri nan disebut bahasa Cirebon, yaitu campuran antara Bahasa Jawa dan Bahasa Sunda.

Sedang di wilayah Jakarta dan sekitarnya, seperti Bekasi, Tangerang, Depok, masyarakat di sana sudah complicated dari berbagai macam suku bangsa sehingga bahasa nan digunakan ialah Bahasa Indonesia atau Bahasa Melayu Betawi.

Dewasa ini, pemakaian Bahasa Sunda oleh Suku Sunda sendiri dipakai secara luas dalam masyarakat di Jawa Barat. Di pedesaan, bahasa pengantar ialah Bahasa Sunda. Sedangkan di kota-kota, Bahasa Sunda biasanya digunakan hanya dalam lingkungan keluarga atau percakapan antarsahabat guna menjalin keakraban.

Dalam hubungannya dengan kehalusan berbahasa Sunda, Bahasa Sunda nan paling baik dan bisa dikatakan Priangan orisinil ialah kabupaten Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Bandung, Sumedang, Sukabumi, dan Cianjur. Sampai saat ini, dialek Cianjur masih dipandang sebagai Bahasa Sunda nan terhalus. Jadi, jika ingin berbahasa sunda nan baik dan sahih belajar pada orang Cianjur.

Bahasa Sunda nan dianggap agak kasar ialah bahasa sunda nan digunakan di pantai utara Jawa Barat, Banten, Kerawang, Bogor, dan Cirebon. Mungkin bahasa mereka sudah banyak terkontaminasi oleh masyarakat urban nan multientis. Sedangkan Bahasa orang Badui nan mendiami Banten Selatan, Kabupaten Lebak ialah bahasa Sunda Kuno.



Rumah Adat Suku Bangsa Sunda

Rumah adat tradisional Sunda ialah rumah anjung rendah, nan ketinggiannya hanya 0,5 - 1 meter dari tanah. Meski demikian, beberapa rumah dapat mencapai tinggi 1,8 meter. Rongga di bawah rumah rumah adat Sunda digunakan buat memelihara hewan-hewan ternak atau buat menyimpan berbagai alat pertanian. Untuk memudahkan akses ke dalam rumah, di depan rumah disediakan tangga kayu atau bambu nan disebut golodog .

Dalam perkembangannya, ada majemuk bentuk rumah adat suku bangsa Sunda . Ciptaan biasanya dilakukan pada bentuk pintu rumah atau atap. Rumah-rumah adat suku Sunda dinamai berdasarkan bentuk atapnya, seperti Jolopong, Badak Heuay, Tagong Anjing, Parahu Kemureb, Capit Gunting, Jubleg Nangkub, hingga Buka Pongpok. Dari semua jenis rumah adat, nan paling populer ialah Jolopong. Rumah Jolopong kini lazim ditemui di desa-desa Sunda dan di wilayah cagar budaya.

Rumah Jolopong ialah rumah sederhana nan efisien. Di dalam rumah tersebut, terdapat emper atau tepas (ruang depan), tengah imah atau patengahan (ruang tengah), pangkeng (ruang samping), pawon (ruang belakang dan dapur), serta padaringan (ruang menyimpan beras).

Rumah adat suku Sunda memiliki pemahaman filosofis nan mendalam. Rumah adat suku Sunda sangat mengagungkan dan menghormati alam. Di konstruksi bangunan, sporadis sekali digunakan paku besi atau pelengkap bangunan modern lainnya. Paseuk dari bambu atau tali ijuk dan sabut kelapa sering kali digunakan buat memperkuat interaksi antar-tiang. Atap rumah dibangun dari ijuk, daun kelapa, ataupun daun rumia. Dinding dibuat dari bilik tipis sedangkan lantainya dibuat dari papan kayu. Semuanya serba alami.



Ragam Kesenian Suku Bangsa Sunda

Suku bangsa Sunda memiliki majemuk kesenian. Inilah beberapa di antaranya nan terkenal:



1. Tari Jaipongan

Jaipongan ialah jenis tarian rakyat nan gerakannya penuh semangat dan erotis. Tari jaipongan memiliki karakteristik khas diiringi musik tradisional Sunda lengkap dengan nyanyian sinden. Tarian ini identik dengan ronggeng, sebab penari perempuan muda seolah menggoda penonton lelaki buat menari bersamanya lantas menyawernya dengan uang.

Karena gerakannya nan lincah, tarian ini banyak diminati dan banyak dipentaskan buat menyambut tamu-tamu internasional. Hal lain nan unik dari tarian ini ialah kostum penarinya nan berwarna-warni menyolok mata. Tari jaipongan pernah mengalami masa jayanya pada tahun 1960 - 1980-an.



2. Angklung

Alat musik angklung ialah jenis alat musik Sunda nan terbuat dari bambu. Suaranya nan khas menjadikan alat musik ini digemari sampai ke mancanegara. Seperti halnya jaipongan, pertunjukan angklung sering kali dipentaskan jika ada kunjungan internasional.

Dahulu, angklung digunakan sebagai pelengkap upacara persembahan kepada Dewi Sri, sang dewi padi. Akan tetapi kini angklung lebih banyak digunakan sebagai alat hiburan dan kesenian. Meski demikian, beberapa suku, seperti suku Baduy dalam, masih menggunakan angklung dalam ritual-ritual upacara kepercayaan. Angklung kini diakui oleh UNESCO sebagai salah satu warisan budaya dunia.



3. Wayang golek

Kesenian wayang golek ialah seni wayang khas Sunda. Tidak seperti wayang kulit nan boneka wayangnya terbuat dari kulit dan berbentuk 2 dimensi, wayang golek Sunda terbuat dari kayu dan berbentuk 3 dimensi; layaknya boneka pada umumnya.

Wayang golek lazimnya mempertunjukkan kisah-kisah dari kitab agama Hindu, seperti "Ramayana" dan "Mahabharata". Kisah-kisah tersebut tak 100% diceritakan sinkron aslinya, melainkan 'dipermak' di sana-sini sehingga melahirkan tokoh-tokoh baru. Salah satu tokoh pewayangan golek Sunda nan paling terkenal ialah Cepot.



4. Karinding

Karinding ialah salah satu alat musik suku bangsa Sunda nan baru-baru ini semakin populer dan semakin digemari. Karinding berasal dari beberapa daerah di Jawa Barat. Karinding dimainkan dengan cara ditiup dan ditepuk perlahan. Bentuk karinding buat perempuan dan laki-laki berbeda. Awalnya, karinding digunakan buat mengusir hama di sawah. Karinding bekerja mengusir hama dengan cara mengeluarkan getaran suara khas nan membuat hama-hama kabur.