Asal usul Suku Jawa : Watak

Asal usul Suku Jawa : Watak

Asal usul suku Jawa dan suku lainnya krusial buat diketahui sebagai tambahan wawasan kita mengenal suku-suku di negara tercinta ini. Slogan Berbeda-beda Tunggal Ika nan berarti bhineka tetapi tetap satu kesatuan merupakan satu slogan nan menjadi penguat antar suku di negara ini buat bersatu. Wajar jika Indonesia memiliki rasa persatuan dan kesatuan nan harus dijalin dan dijaga setiap waktu.

Indonesia dikenal sebagai negara majemuk. Alasannya yaitu negeri ini terdiri dari banyak sekali suku bangsa dan budaya. Adapun suku bangsa tersebut tersebar luas ke seluruh wilayah negara ini hingga ke pelosok. Suku bangsa memiliki asal-usulnya masing-masing dan ciri nan mendukung asal-usulnya. Suku bangsa nan dikenal di Indonesia di antaranya suku Dayak, suku Ambon, suku Batak, suku Sunda, suku Betawi, suku Madura dan sebagainya. Salah satu suku bangsa nan akan diulas dan diketahui lebih rinci asal-usul dan segala hal nan berkaitan dengannya yaitu suku Jawa.



Asal usul Suku Jawa : Definisi, Bahasa, Penggolongan Sosial, Sistem Kekerabatan

Suku Jawa ialah salah satu suku bangsa nan dominan di wilayah negara ini. Alasannya yaitu sebab jumlah penduduknya cukup banyak dibandingkan suku bangsa lainnya. Suku Jawa nan dimaksud yaitu mereka nan memiliki asal dari Jawa Tengah, Jawa Timur serta Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan dari Jawa Barat, terdapat suku bangsa Betawi dan suku Sunda. Wajar jika daerah Jawa Barat tak menganggap diri mereka termasuk ke dalam wilayah Jawa.

Menguak asal usul suku Jawa menjadi menarik sebab terbukti banyak tokoh-tokoh Indonesia nan berasal dari suku bangsa ini. Meski sebenarnya bukan hanya tokoh-tokohnya saja nan menarik, misalnya mengenai makanan khasnya, karakteristik, pandangan hidup, kepercayaan dan sebagainya. Tokoh-tokoh nan menjadikan suku Jawa memiliki kelebihan daripada suku lain yaitu sebut saja, Susilo Bambang Yodoyono (SBY), Soeharto, Soekarno, Gusdur, Megawati, dan masih banyak tokoh Indonesia nan lainnya. Mereka semua pernah menjadi orang nomor satu di Indonesia. Bahkan, Susili Bambang Yodoyono masih menjadi presiden Republik Indonesia saat ini.

Awal mula kisah dari asal-usul suku bangsa Jawa dimulai dari datangnya seorang satria pinandita. Satria pinandita tersebut yaitu Aji Saka. Ia termasuk orang nan menulis sebuah sajak. Sajak itu nan kini diakui sebagai huruf Jawa. Asal mula ini pun akhirnya digunakan buat awal mula almanak kalender saka.

Memahami definisi, bahasa, penggolongan sosial serta sistem kekerabatan suku Jawa merupakan bagian nan krusial dari asal usul suku Jawa . Sinkron definisinya, suku Jawa ialah mereka nan merupakan penduduk orisinil di pulau Jawa bagian tengah dan timur. Selain itu, mereka juga melakukan komunikasi dengan ibu bapak maupun saudara sekitarnya dengan menggunakan bahasa Jawa. Itulah nan didefinisikan oleh Magnis-Suseno mengenai suku Jawa.

Selain definisi tersebut, asal-usul suku bangsa Jawa juga berkaitan dengan bahasa nan digunakan oleh suku Jawa juga krusial diketahui. Ada dua jenis bahasa Jawa. Adapun dua jenis bahasa tersebut yaitu sebagai berikut.

  1. Bahasa Jawa Ngoko. Bahasa Jawa tersebut berdasarkan asal-usul suku Jawa digunakan kepada orang nan sudah akrab, orang nan lebih muda usianya atau lebih rendah status sosialnya.
  2. Bahasa Jawa Kromo. Bahasa Jawa tersebut berdasarkan asal-usul suku Jawa digunakan kepada orang nan belum akrab, tetapi sebaya atau memiliki status sosial nan sama, serta kepada orang nan usianya lebih tua atau nan lebih tinggi status sosialnya.

Kedua jenis bahasa tersebut memiliki peran dan waktu nan tepat buat digunakan. Bahasa nan digunakan tersebut juga bisa menunjukkan bahwa suku Jawa memiliki penghormatan pada orang tua maupun orang muda. Asal usul suku Jawa juga telah menunjukkan bagaimana peran bahasa Jawa ketika digunakan sinkron fungsinya.

Selanjutnya, berdasarkan asal-usul suku Jawa, terdapat penggolongan sosial, pada tahun 1960-an oleh seorang antropologi dari Amerika nan memiliki nama Clifford Geertz. Ia membagi suku Jawa ke dalam tiga golongan. Adapun tiga golongan nan dimaksud diantaranya.

  1. Golongan nan disebut kaum Santri. Kaum santri yaitu mereka nan menganut agama islam.
  2. Golongan nan disebut kaum Abangan. Kaum abangan yaitu mereka nan hidupnya masih berpegang pada adat istiadat Jawa. Biasanya kaum ini disebut juga kejawen . Para kaum priyayi antik biasanya masuk ke dalam golongan ini juga. Walaupun ada di antara mereka beragama Islam, namun demikian kewajiban-kewajibannya nan terdapat dalam rukun Islam tak dijalankan secara utuh.
  3. Golongan nan disebut kaum Priyayi. Kaum priyayi yaitu para pegawai atau para cendikiawan.

Adanya penggolongan sosial juga berkaitan dengan bahasa nan digunakan dalam melakukan komunikasi antara satu dengan nan lainnya. Suku Jawa memiliki tata cara sendiri dalam menunjukkan rasa hormatnya kepada orang nan lebih tua, pejabat, orang nan lebih muda dan sebagainya.

Selain itu, suku Jawa juga mengenal adanya sistem kekerabatan sinkron dengan asal usul suku Jawa. Sistem kekerabatan mereka ialah bilateral. Maksud dari interaksi bilateral tersebut yaitu dari keluarga ayah dan keluarga ibu. Kesimpulannya yaitu interaksi nan tak hanya dari satu garis saja, seperti pada suku Batak.



Asal usul Suku Jawa : Pandangan Hayati Dan Kepercayaan

Masing-masing suku bangsa di wilayah negara ini memiliki etos dan kepercayaan nan unik. Berdasarkan asal usul suku Jawa, mereka meyakini bahwa apapun nan ada di global ini ialah kesatuan hidup. Manusia nan ada di global ini manunggal dengan semesta alam. Hal itu menyebabkan mereka konfiden kehidupan manusia ialah pengembaraan nan penuh dengan pengalaman religius.

Sesuai asal usul suku Jawa, hal nan telah membuat mereka menggolongkan kehidupan ialah ulasan di atas. Sedangkan menurut mereka, kehidupan terdiri dari dua alam.

  1. Alam makrokosmic. Alam tersebut memiliki definisi yakni alam nan misterius, nan penuh dengan hal-hal nan bersifat supranatural.
  2. Alam mikrokosmic. Alam tersebut memiliki definisi yakni alam nyata.

Kedua alam ini bisa menunjukkan bahwa suku bangsa Jawa memberikan tujuan hidup. Tujuan hayati tersebut yaitu mencapai ekuilibrium kehidupan makrokosmic dan mikrokosmic. Mereka pun percaya agar memiliki kehidupan nan baik di global batin dan jiwa mereka juga haruslah baik. Hal itulah etos suku Jawa. Pembagian dua alam tersebut juga berfungsi buat memudahkan suku Jawa memnjalani kehidupannya.

Mengenai sistem kepercayaan kepada Pencipta alam semesta ini, suku Jawa masih banyak nan menganut kepercayaan kejawen. Maksud dari kejawen ialah kepercayaan warisan nenek moyang nan masih memiliki banyak unsur agama Hindu. Hal tersebut wajar terjadi sebab penyebaran agama Hindu dan Budha terjadi lebih dulu daripada agama Islam dan lainnya di Indonesia. Adapun penganut kejawen ini sinkron dengan asal usul suku Jawa, terutama nan hayati di kalangan kraton dan mereka mempertahankan tradisi-tradisi leluhur suku Jawa.



Asal usul Suku Jawa : Watak

Setiap suku bangsa memiliki tabiat nan berbeda satu dengan lainnya. Sinkron asal usul suku Jawa, suku Jawa terkenal sebagai suku bangsa nan penuh dengan tata karma dan memiliki budi pekerti nan halus. Selain itu, mereka dikenal sebagai orang-orang nan ulet dalam mengerjakan sesuatu. Wataknya nan cenderung tertutup dan tak suka berterus terang juga menjadi tabiat nan dikenal dari suku bangsa satu ini. Hal tersebut terjadi sebab sifat mereka nan ingin memelihara interaksi nan harmonis.

Asal usul suku Jawa juga menggambarkan bahwa mereka tak menyukai pertikaian. Namun demikian, tabiat suku Jawa tersebut memiliki sisi negative sebab sifat ini, mereka seringkali menyimpan dendam dengan sesame saudara ataupun orang lain di sekitarnya. Suku Jawa termasuk ke dalam suku nan cenderung membeda-bedakan strata atau kasta. Hal tersebut bisa ditunjukkan melalui bahasa nan digunakan pada masing-masing usia dan golongan. Ini ialah salah satu warisan kebudayaan Jawa antik dan Hindu nan sudah mengakar pada pribadi mereka.

Demikianlah menguak asal usul suku Jawa. Meski tiap suku bangsa memiliki asal-usul sendiri, tapi memahami asal-usul suku bangsa satu per satu lebih baik daripada tak sama sekali. Kadang antar suku bangsa memiliki arti nan beda mengenai bahasa, penggolongan sosialnya ataupun watak. Memahami asal usul suku Jawa akan memiliki arti krusial bagi nan memahaminya sebagai tambahan wawasan dan budaya bangsa.