Pembahasan Objek Kajian dalam Contoh Karya Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia

Pembahasan Objek Kajian dalam Contoh Karya Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia

Contoh karya ilmiah bahasa dan sastra Indonesia dapat diperoleh dan dibuat apabila kita mengetahui dan mendalami berbagai macam teori sastra. Teori tersebut merupakan panduan buat membuat karya ilmiah nan meneliti berbagai macam bentuk objek karya sastra.

Untuk membuat karya ilmiah tersebut, diperlukan pengetahuan mengenai apa saja hal-hal nan perlu disampaikan dalam laporan penelitian, serta bagaimana hal-hal tersebut dimasukkan dalam pembahasan.

Hal pertama nan harus dibuat dalam meneliti sebuah karya ialah latar
belakang penelitian tersebut. Latar belakang dalam contoh karya ilmiah bahasa dan sastra Indonesia ini biasanya dimasukkan sebagai sub bab bagian pertama.

Latar belakang dimaksudkan buat mengetahui sejauh mana objek penelitian nan akan dikaji telah diketahui oleh masyarakat. Lantas, hal-hal apa saja nan belum sepenuhnya diketahui oleh masyarakat sehingga peneliti menggunakan karya tersebut sebagai objek penelitian dalam membuat contoh karya ilmiah bahasa dan sastra Indonesia.

Selain itu, latar belakang juga biasanya mengemukakan perjalanan serta
perkembangan karya sastra nan menjadi objek kajian dalam penelitian nan kita lakukan sehingga pembaca mengetahui hal apa saja nan nantinya akan kita bahas dalam karya ilmiah tersebut.

Setelah latar belakang, maka langkah selanjutnya dalam membuat karya
ilmiah ialah menentukan maslah penelitian. Pada sub bab ini, peneliti diusahakan buat membatasi ruang lingkup permasalahan nan akan diteliti. Hal tersebut berguna sebagai margin agar penelitian tak melebar terlalu jauh dari batas penelitian nan diharapkan.

Pembatasan masalah dalam karya ilmiah biasanya dideskripsikan dengan menggunakan poin-poin eksklusif dengan maksud agar pembaca lebih mudah memahami batasan masalah nan dirujuk dalam penelitian tersebut. Inilah nan akan dijabarkan lebih lanjut dalam contoh karya ilmiah bahasa dan Sastra Indonesia.

Selanjutnya, sub bab nan masih berkaitan dengan masalah penelitian, yakni tujuan penelitian. Pada bagian ini, peneliti wajib menjelaskan tujuan penelitian nan relevan dengan masalah penelitian nan sebelumnya telah dibatasi.

Keterkaitan dua sub bab tersebut merupakan bentuk pelaksanaan latar belakang nan sudah dirumuskan pada sub bab pertama. Sub bab selanjutnya ialah teori dan metode penelitian. Pada bagian ini,
peneliti bisa mendeskripsikan secara singkat teori dan metode nan digunakan buat mencapai tujuan penelitian.

Teori dan metode tersebut harus dijelaskan secara singkat sebab keduanya akan dijelaskan lebih lanjut pada bab kedua, yakni bab nan spesifik menjelaskan teori dan bagaimana teori tersebut diaplikasikan ke dalam penelitian buat menemukan tujuan nan diharapkan dari penelitian ilmiah tersebut.

Sub bab lainnya nan dapat dimasukkan ke dalam bab pendahuluan ialah sumber data (data-data nan digunakan sebagai surat keterangan dalam penelitian) dan sistematika penulisan (urutan dan tata cara nan dipergunakan peneliti dalam merumuskan, membahas, dan menyelesaikan masalah penelitian).



Contoh Analisis Sederhana Novel Atheis sebagai Latar Belakang Karya Ilmiah

Untuk membuat pembahasan contoh karya ilmiah bahasa dan sastra
Indonesia nan sederhana, kita dapat membuat pendahuluan tanpa sub bab. Yakni dengan langsung memasukkan kutipan nan hendak dibahas berkaitan dengantujuan penelitian.

Misalnya saja, dengan judul Menentang Atheisme dan Fanatisme, dalam karya Sastra Berjudul Atheis, penulis dapat langsung memberikan kutipan sekaligus pembahasan mengenai hal-hal nan tersurat dan implisit dalam kutipan tersebut. Berikut ialah contoh analisis sederhananya.

‘Jembatan pisau itu terbentang di atas godogan timah nan panas
mendidih. Orang nan tak pernah berbuat dosa dalam hidupnya, akan
mudah saja melalui jembatan itu seakan-akan ia berjalan di atas aspal'
(hal.23).

Kutipan dari novel Atheis tersebut merupakan sebuah fenomena nan
terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari, terutama masyarakat Indonesia nan selalu menanamkan surga dan neraka pada seorang anak sehingga ketika dewasa, pikiran itu ditentangnya atau diterimanya sinkron dengan pemikiran nan berkembang dengan manusia itu sendiri.

Menjadi baik sebab ingin surga atau takut neraka sepertinya sudah
merupakan jalan nan mesti ditempuh oleh orang tua di Indonesia buat
membiasakan anak-anak mereka beribadah. Namun pada kenyataannya, cara tersebut tidaklah selalu sukses menjadikan seseorang menjadi lebih baik dalam beragama.

Seperti dalam novel ini, tokoh Hasan nan sebelumnya seorang nan alim, tiba-tiba berubah menjadi sangat menentang Tuhan dan ajaran agamanya hanya sebab terjerat doktrin-doktrin dan pengetahuan nan belum didapatkannya sebelum itu, karena nan kebanyakan orang tua ajarkan ialah bagaimana mereka beribadah, berzikir, dan melakukan banyak hal nan dikatakan orang sebagai ibadah.

Sementara itu, orangtua mereka tak mengajarkan kepada anak-anaknya bagaimana mereka bersosialisasi, dan bagaimana mereka bekerja menyelesaikan masalah-masalah hayati sehingga pada saat persoalan hayati itu datang, mereka tak siap menerimanya karena tak ada pengetahuan nan diajarkan kepada mereka tentang kehidupan di dunia.

Di sisi lain, ada lagi orangtua nan tak ingin membuat anak-anak mereka menjadi terkungkung dalam fanatisme nan hiperbola sehingga sama sekali tak acuh terhadap masalah keagamaan. Akibatnya, sang anak tumbuh dengan pengetahuan nan hanya berkisar keduniawian, kehidupan, atau apalah selain agama, nan pada akhirnya athesme menjadi jalan keluar bagi mereka.

Hal tersebutlah nan penulis lihat sebagai kritik sosial dari pengarang
terhadap umat manusia nan selalu merasa dirinya-lah nan paling sahih dengan ideologinya (fanatik). Atau sebaliknya, orang nan tak mementingkan ketuhanan karena menurut mereka, nan haus dihadapi saat ini ialah bukan sesuatu nan janggal (dalam hal ini Tuhan) melainkan fenomena hayati nan tengah berkutat dengan diri mereka sehingga Tuhan seolah-olah menjadi sesuatu nan mesti dikesampingkan.

Berdasarkan analisis sederhana di atas, peneliti dapat membuat restriksi masalah mengenai atheisme dan fanatisme dengan menjadikan dinamika karakter tokoh primer sebagai objek penelitian dalam contoh karya ilmiah bahasa dan sastra Indonesia.



Pembahasan Objek Kajian dalam Contoh Karya Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia

Setelah melengkapi bab I dengan sub bab nan mampu menunjang
kelengkapan isi penelitian, kita masuk pada bab II nan merupakan pembahasan lebih lanjut mengenai teori dan metode penelitian.

Pada bab ini, teori dijelaskan secara terperinci dari mulai asal-usulnya,
definisi teori nan digunakan, pembawa teori tersebut, pelaksanaan teori tersebut dalam pembahasan, sampai perkembangan teori tersebut dalam bidang kajian ilmiah karya sastra, baik di Indonesia maupun di luar negeri.

Jika bab kedua tersebut selesai, maka kita beralih ke bab selanjutnya nan merupakan inti dari karya ilmiah. Pada bab III ini, pembahasan dilakukan secara terperinci dari mulai dari interaksi antara teori dengan masalah nan dibahas, sampai bagaimana peneliti dapat merumuskan masalah penelitian sehingga sinkron engan teori dan metode penelitian nan digunakan.

Pada bagian pembahasan ini, peneliti boleh menggunakan anggapan pribadi
asalkan memiliki surat keterangan nan kuat sebagai bukti keabsahannya di bidang penelitian.

Sebagai contoh, dalam bab II dijelaskan apa nan dimaksud dengan atheis serta bagaimana ciri-ciri atheis nan diperkenankan oleh teori dunia. Setelah itu, pada bab III, aplikasikan teori ke dalam teks sehingga muncul anggapan bahwa tokoh dalam novel Atheis telah menganut atheisme sebab memiliki ciri-ciri atheis nan sinkron dengan teori pada bab II.

Dengan demikian, pembahasan nan dilakukan pada bab III bukan hanya
mengambil wilayah peneliti sebagai subjek pengkaji tapi juga sebagai penghubung antara teori ilmiah dengan objek kajian ilmiah.

Oleh karena itu, contoh karya ilmiah bahasa dan sastra Indonesia terkadang dianggap gampang-gampang susah sebab menyangkut anggapan pribadi nan harus dikaitkan dengan teori generik dalam global akademik.