Rumah Kos dan Latar Belakang Penghuni Rumah nan Berbeda

Rumah Kos dan Latar Belakang Penghuni Rumah nan Berbeda

Rumah kos kini semakin banyak bertebaran. Di perkotaan, terutama di wilayah-wilayah nan dekat dengan perguruan tinggi, pabrik, dan perkantoran, banyak ditemukan rumah dengan banyak kamar nan disewakan. Kita biasa mengenalnya dengan rumah kos. Para mahasiswa ataupun pekerja pabrik dan kantor nan berasal dari luar daerah atau berada jauh dari loka mereka beraktivitas biasanya memanfaatkan jasa penyewaan kamar ini buat loka tinggal sementara.

Usaha dalam bidang ini pun semakin hari semakin menjamur, terutama di sekitar wilayah kampus-kampus besar. Mahasiswa banyak nan berasal dari luar daerah dan memerlukan loka tinggal sementara. Harga sewa dari kamar kos pun berbeda-beda.

Harga tersebut dapat bergantung pada jenis kamar, luas kamar, posisi kamar mandi apakah ada di dalam kamar masing-masing atau kamar mandi bersama di luar kamar, jauh dekatnya jeda kos dari kampus, seberapa strategis lokasinya, serta beberapa faktor lainnya nan dapat memengaruhi harga setiap kamar. Sistem pembayaran sewa kamar juga tergantung pada pemilik dari loka tersebut, apakah wajib dibayar satu tahun penuh atau dapat dibayar dalam bentuk bulanan.



Rumah Kos dan Latar Belakang Penghuni Rumah nan Berbeda

Sebuah rumah kontrakan atau kos memiliki jumlah kamar nan bhineka tergantung luas rumah dan keinginan dari si pemilik rumah. Dari sekian banyak jumlah kamar, kita akan menemui majemuk latar belakang penghuni. Tidak semua loka berisi penghuni nan berasal dari seluruh daerah, tetapi setidaknya dalam satu loka akan ada beberapa orang nan berasal dari daerah nan berbeda-beda.

Perbedaan ini tentu akan menjadi pengalaman baru bagi seorang mahasiswa semester 1. Di rumah dengan jumlah penghuni nan cukup banyak, kita akan belajar hayati mandiri, beradaptasi, dan bersosialisasi dengan orang-orang baru. Tentu hal ini tak selalu mudah bagi setiap orang. Tidak sedikit juga nan merasa kurang percaya diri dan lebih memilih banyak berdiam diri di kamarnya daripada mulai bersosialisasi dengan penghuni kamar lainnya.

Latar belakang penghuni nan berbeda sebenarnya dapat menjadi pembelajaran bagi kita buat lebih mengenal karakter orang-orang dari daerah nan berbeda. Berbincang ringan mengenai asal daerah masing-masing dapat menjadi jalan buat saling mengakrabkan diri. Disparitas asal daerah ini jangan sampai menjadi beban bagi setiap penghuni, mereka pun juga memiliki banyak kecenderungan dengan kita yaitu tengah menempuh pendidikan di rantau, kemungkinan jauh dari loka saudara, dan tengah belajar hayati berdikari juga.



Keluarga Kedua

Hidup bersama banyak orang nan bhineka dalam satu atap dengan jangka waktu nan tak sebentar tentu akan dialami oleh orang nan memutuskan buat menyewa loka tinggal. Selama jangka waktu eksklusif tersebut, kita akan berjumpa dengan mereka setiap hari layaknya berjumpa dengan anggota keluarga di rumah. Jadi, kenapa tak mencoba menganggap para penghuni nan lain seperti keluarga sindiri? Kita tentu ingin dapat kuliah dan belajar dengan tenang di daerah rantau. Dengan menganggap mereka seperti keluarga kedua, kita pun akan merasa nyaman tinggal di kos seperti di rumah sendiri.

Para penghuni nan berasal dari daerah nan berbeda itu pun tentu juga ingin dapat akrab satu sama lain dan menganggap seluruh penghuni seperti keluarga sendiri. Ada rasa ingin melepas kesepian jauh dari rumah. Kita pun sebaiknya tak menjadi pribadi nan tertutup selama tinggal bersama mereka. Mencoba bersikap terbuka serta ramah dan tak segan membantu akan membuat kita lebih diterima dan dapat menjadi anggota keluarga kedua di loka tersebut.



Membentuk Rasa Kekeluargaan

Ketika sudah dapat menganggap seluruh penghuni di rumah kontrakan atau kos sebagai keluarga kedua, tentu langkah selanjutnya ialah bagaimana membuat keluarga kedua ini dapat tetap serasi dan akrab. Membentuk rasa kekeluargaan dalam sebuah komunitas baru dengan latar belakang daerah nan berbeda tentunya tak dapat hanya dilakukan oleh segelintir penghuni. Seluruh penghuni, termasuk pemilik kos (bila berada satu atap dengan pemilik kos), sudah sebaiknya berusaha buat lebih mempererat rasa kekeluargaan.

1. Saling Toleransi

Setiap penghuni memiliki sifat, sikap, dan Norma nan berbeda-beda. Ada orang nan mampu mengendalikan ego pribadinya demi kepentingan bersama, tetapi ada juga nan tak begitu peduli dengan orang lain nan merasa terganggu oleh kebiasaannya. Orang-orang seperti itu mungkin saja ditemui dan kita tak disarankan buat berpikir bahwa semua orang memiliki pemikiran nan sama dengan kita.

Untuk tetap menjaga keharmonisan bersama, setiap penghuni perlu mengendalikan ego pribadinya dan saling bertoleransi menghargai satu sama lain. Rasa saling toleransi ini dapat menjadi jalan pembuka buat membentuk rasa kekeluargaan sesama penghuni.

2. Memilih Ketua

Rumah kontrakan atau kos memang bukan sebuah organisasi seperti beberapa jenis organisasi di kampus. Tapi, sebuah loka tinggal dengan banyak penghuni nan berbeda tentunya perlu memiliki satu orang nan dapat dipercaya dan dapat menjadi penghubung antar penghuni, panghubung dengan pemilik kos, serta pengendali situasi. Setiap kosan biasanya memiliki ketua nan diberi nama berbeda-beda. Ada nan dinamai RT, lurah, nyonya besar, dan sebagainya tergantung keputusan bersama.

Ketua ini diharapkan dapat menjadi orang nan mampu mengendalikan situasi di dalam rumah, mengontrol setiap penghuni, menyalurkan aspirasi penghuni pada pemilik kos, dan menyampaikan informasi-informasi dari pemilik kos. Akan tetapi, semua tanggung jawab itu pun perlu didukung dan dibantu oleh penghuni lainnya.

3. Menjaga Kebersihan Bersama

Setiap penghuni memang memiliki kamar masing-masing dan bertanggung jawab atas kebersihan kamarnya tersebut. Tapi, kita tak hanya tinggal di dalam kamar kita. Sebuah kosan biasanya juga menyediakan ruangan buat para penghuni dapat berkumpul seperti ruang TV (untuk menonton TV bersama-sama), dapur, taman kecil (biasanya bila berbentuk rumah dengan atap terbuka, serta kamar mandi bersama (bila kamar mandi berada di luar kamar). Holistik loka selain kamar pribadi sebakinya dirawat kebersihannya. Apabila tempat-tempat generik tersebut bersih, tentu semua penghuni akan merasa nyaman.

Setiap pemilik kos memiliki Norma nan berbeda. Ada pemilik kos nan membayar pembantu buat membersihkan kosan setiap harinya mulai dari seluruh ruang umum, kamar mandi, juga setiap koridor di depan kamar. Tapi, ada juga pemilik kos nan tak menyewa jasa pembantu. Untuk para penghuni, ada atau tidaknya pembantu nan membersihkan rumah sebaiknya tetap turut andil dalam menjaga kebersihan rumah. Kegiatan menjaga kebersihan rumah dapat menambah erat rasa kekeluargaan antar penghuni.

4. Membuat Kegiatan Rutin Bersama

Kegiatan sebagai mahasiswa tentunya tak saja hanya seputar global kuliah ataupun kegiatan organisasi nan diikuti. Kehidupan bersama rekan-rekan penghuni nan lain pun perlu tetap bergerak maju misalnya dengan membuat kegiatan harian penghuni nan dapat dilakukan bersama.

Kegiatan rutin tersebut misalnya salat berjamaah (bagi penghuni nan muslim), menentukan satu hari dalam satu minggu buat bersih-bersih rumah, arisan, berolahraga bersama, kedap bulanan buat membahas apa saja nan terjadi selama satu bulan dan merencanakan kegiatan-kegiatan lainnya, liburan bersama, serta banyak kegiatan rutin ringan nan dapat dilakukan.

Setiap kegiatan rutin tersebut, walaupun hanya kegiatan kecil, tetapi akan memiliki pengaruh besar buat menambah erat rasa kekeluargaan. Rasa kekeluargaan nan kuat akan membuat setiap penghuni merasa nyaman dan menjalani aktivitas kuliah dengan tenang.

Rumah kos memang hanya rumah buat loka tinggal sementara. Tapi apabila dapat membentuk rasa kekeluargaan nan erat di sana, kita dapat memiliki pengalaman hayati berdikari nan menyenangkan dan meningkatkan kualitas bersosialisasi buat bekal saat terjun ke masyarakat langsung.