Klasifikasi Iklim Junghuhn

Klasifikasi Iklim Junghuhn

Suatu saat, Anda mungkin akan menghadapi sebuah pertanyaan singkat, apakah iklim itu? Apabila Anda sudah mengetahui pengertian cuaca, pengertian iklim pun sudah niscaya dapat Anda jawab. Iklim ialah keadaan cuaca rata-rata dalam kurun waktu satu tahun dan melingkupi wilayah nan luas. Lalu, apa pengertian iklim Indonesia ? Ya, berarti cuaca rata-rata dalam kurun waktu satu tahun nan terjadi di Indonesia.

Iklim dipelajari secara spesifik dalam klimatologi. Klimatologi merupakan ilmu pengetahuan nan mengkaji gejala-gejala cuaca nan bersifat generik dan berlaku di daerah luas di atmosfer permukaan bumi.



Golongan Sistem Iklim Dunia

Pada dasarnya, iklim global bisa terbentuk sebab adanya pengaruh dari faktor-faktor berikut ini:

1. Rotasi dan revolusi Bumi;
2. Disparitas lintang geografi dan lingkungan fisiknya.

Oleh sebab faktor-faktor tersebut, muncul berbagai klasifikasi iklim dari berbagai pakar klimatologi dengan berbagai penekanan nan berbeda.

  1. Sistem klasifikasi iklim menurut Wladimir Köppen, digolongkan berdasarkan pada sifat-sifat generik suhu dan curah hujan sinkron dengan penyebaran botani di permukaan Bumi.
  1. Sistem klasifikasi iklim menurut Trewartha, merupakan modifikasi dari iklim Köppen nan ditambahkan dengan sifat-sifat dinamika cuaca umum.
  1. Sistem klasifikasi menurut Thornthwaite, tipe iklimnya berhubungan dengan penyebaran botani dunia.
  1. Sistem klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson, berlaku buat seluruh daerah tropika nan didasarkan atas disparitas jumlah bulan basah dan bulan kering.
  1. Klasifikasi iklim menurut Junghuhn, membagi lima wilayah iklim berdasarkan ketinggian loka di atas permukaan bumi.

Berkenaan dengan tipe iklim Indonesia, pola iklimnya dipengaruhi oleh berbagai faktor sebagai berikut.

  1. Posisi wilayah Indonesia nan berada di sekitar khatulistiwa sehingga menyebabkan rata-rata suhu tahunannya tinggi sebab penyinaran matahari senantiasa tegak.
  1. Karena posisinya tersebut, sebagian wilayah Indonesia terletak pada kawasan Doldrum sehingga terbebas dari ancaman badai siklon tropis.
  1. Bentuk fisik wilayah Indonesia berupa kepulauan nan dikelilingi oleh lautan menyebabkan taraf kelembapan udara nan tinggi bahkan pada saat musim kemarau sekalipun.
  1. Posisi Indonesia nan diapit oleh samudera dan benua besar menyebabkan pola iklim Indonesia dipengaruhi oleh perputaran angin muson nan berembus dari Benua Asia dan Australia.

Klasifikasi Iklim Schmidt-Ferguson

Salah satu klasifikasi iklim nan banyak digunakan buat menentukan jenis iklim Indonesia ialah klasifikasi iklim menurut Schmidt Ferguson (SF). Pada dasarnya, klasifikasi iklim SF merupakan hasil modifikasi dari Wladimir Köppen.

Namun, klasifikasi iklim SF ini lebih menitikberatkan buat penentuan iklim di daerah tropika termasuk iklim Indonesia. Selain itu, klasifikasi iklim SF ini sangat cocok dengan kondisi geografis Indonesia nan sebagian besar bentang lahannya berupa daerah pegunungan dan dataran tinggi.

Tahun 1950, ada sekelompok kerja penelitian tengah mempersiapkan pembuatan sebuah peta iklim Indonesia. Kelompok kerja ini dipimpin oleh Dr. F. H. Schmidt (Acting Direktur Jawatan Meteorologi dan Geofisika, Jakarta) dan Ir. J. H. A. Ferguson (Guru besar Manajemen Kehutanan, Fakutas Pertanian Bogor, Universitas Indonesia, sekarang menjadi Institut Pertanian Bogor) nan beranggotakan sebagian besar dari sarjana-sarjana Belanda nan diperbantukan di Indonesia. Anggotanya terdiri atas:

  1. Dr. F. H. Endert (Inspektur kehutanan sebagai pakar Nabati Kehutanan);
  2. Dr. Ir. E. Meyer Drees (Kepala Bagian Nabati Kehutanan Institut Penelitian Hutan);
  3. Ir. G. J. A. Terra (Inspektur Jawatan Hortikultura);
  4. Ir. J. L. Unger (Biro Tata Guna Lahan);
  5. Ir. ch. L. Van Wijk (Kepala Bagian Perlindungan Tanah pada Institut Penelitian Hutan);
  6. R. M. Van Der Voort (Kepala Institut Penelitian Tanah);
  7. Schmidt Van Hoopen (petugas pada jawatan meteorologi dan Geofisika, Jakarta);
  8. Dr. T. W. G. Dames (Institut Penelitian Tanah, Bogor);
  9. Ir. A. H. J. Kroon (Acting Kepala pada Biro Tata Guna Huma Bogor);
  10. Dr. C. G. G. J. Van Steens (ahli botani);
  11. Prof. Dr. P. Hoekstra
  12. Ir. f. K. M. Steup
  13. Tuan Suminta (Asisten Spesifik sebagai pegawai asisten pada Jawatan Meteorologi dan Geofisika, Jakarta)
  14. Tuan W. F. Ch. C. Smeets (asisten pada jawatan meteorologi dan geofisikan Jakarta)
  15. L. W. Hannibal

Dengan donasi dari para pakar tersebut, Schmidt dan Fergusson sukses membuat peta iklim Indonesia. Peta iklim Indonesia ini sangat krusial artinya buat pengembangan pada bidang pertanian, perkebunan, dan kehutanan di Indonesia.

Klasifikasi iklim SF membagi iklim tropika ke dalam 8 tipe dengan menggunakan lambang huruf A sampai H. Dasar penentuan iklim SF ialah hanya memperhitungkan jumlah bulan kering dan bulan basah.

Suatu bulan dikatakan bulan kering apabila endapan hujan pada bulan-bulan pengamatan kurang dari 60 milimeter. Sebaliknya, suatu bulan dikatakan bulan basah apabila endapan hujan pada bulan-bulan pengamatan lebih dari 100 milimeter. Data nan diperlukan buat menentukan iklim SF ialah data klimatologi selama 10 tahun terakhir nan selalu diperbandingkan dengan klasifikasi iklim Köppen.

Untuk menentukan tipe iklim SF digunakan rumus sebagai berikut.

Q = Md/Mw x 100%
Q = perbandingan bulan basah dan bulan kering (%)
Md = mean rata-rata bulan kering, yaitu jumlah bulan kering dibagi jumlah tahun pengamatan
Mw = mean rata-rata bulan basah, yaitu jumlah bulan basah dibagi jumlah tahun pengamatan

Semakin besar jumlah bulan basah, maka semakin kecil persentase nilai Q. Sebaliknya, semakin besar persentase nilai Q, maka semakin kecil jumlah bulan basah. Atau, dengan kata lain semakin besar nilai Q maka semakin kering iklim nan bersangkutan.

Ketentuan iklim SF ialah sebagai berikut:

  1. Tipe iklim A (sangat basah), jika nilai Q antara 0-14,33%
  2. Tipe iklim B (basah), jika nilai Q antara 14,33-33,3%
  3. Tipe iklim C (agak basah), jika nilai Q antara 33,3-60%
  4. Tipe iklim D (sedang), jika nilai Q antara 60-100%
  5. Tipe iklim E (agak kering), jika nilai Q antara 100-167%
  6. Tipe iklim F (kering), jika nilai Q antara 167-300%
  7. Tipe iklim G (sangat kering), jika nilai Q antara 300-700%
  8. Tipe iklim H (kering sangat ekstrem), jika nilai Q lebih dari 700%

Seperti halnya klasifikasi iklim lainnya, klasifikasi iklim SF juga memiliki kekurangan dan kelebihan. Kelebihan dari klasifikasi iklim SF adalah:

  1. Tepat guna khususnya buat daerah-daerah tropika basah dan kering;
  1. Tepat guna buat pengembangan pertanian, kehutanan, dan hortikultura;
  1. Tepat guna buat alat penelitian pengembangan tanah di daerah tropika;
  1. Analisis datanya tak memusingkan seperti pada analisis iklim Köppen dan analisis iklim lainnya.

Sedangkan kekurangannya ialah sebagai berikut.

  1. Tidak memperhitungkan faktor-faktor suhu nan bisa memengaruhi pada penguapan (evaporasi, evapotranspirasi)
  1. Tidak berlaku generik buat setiap wilayah di dunia
  1. Tidak memperhitungkan dinamika iklim.


Klasifikasi Iklim Junghuhn

Junghuhn telah membuat klasifikasi iklim tropika khususnya buat Pulau Jawa nan diterapkan buat perkebunan besar. Berdasarkan pada percobaannya, Junghuhn membagi lima zone ketinggian yaitu sebagai berikut.

  1. Zone panas, berada pada ketinggian 0-700 meter di atas permukaan bahari dengan suhu udara tahunan rata-rata 300-260°C. Zone ini sangat cocok buat dijadikan sebagai huma tanaman padi, jagung, tebu, kelapa, dan karet.
  1. Zone sedang sejuk, ketinggian loka 700-1.500 meter di atas permukaan laut, suhu udara rata-rata 280-300°C. Pada zone ini sudah mulai adanya huma nan cocok buat dijadikan perkebunan teh dan perkebunan kina. Selain itu juga dapat dibudidayakan tanaman hortikultura yaitu kol, kacang, tomat, kentang, dan cabe.
  1. Zone sejuk, terletak pada ketinggian 1.500-2.500 meter di atas permukaan bahari dengan suhu rata-rata tahunan ialah 180°C. Zone ini sangat cocok buat dijadikan sebagai huma pertanian seperti sayuran, bunga-bungaan, dan beberapa jenis tanaman buah-buahan.
  1. Zone dingin, terletak pada ketinggan 2.500-3.300 meter di atas permukaan bahari dengan suhu rata-rata tahunan di antara 200-150°C. Jenis tumbuhan nan masih mampu bertahan pada zone ini ialah jenis lumut-lumutan dan rumput alpina, serta rhododendrom.
  1. Zone dingin bersalju, terletak di atas 3.000 meter di atas permukaan laut, sering tertutup salju abadi dan tak memungkinkan berkembangnya tanaman di zone tersebut.

Semoga informasi mengenai iklim Indonesia ini dapat bermanfaat bagi Anda!