Contoh Konflik Antarbudaya di Indonesia

Contoh Konflik Antarbudaya di Indonesia

Saat ini pemberitaan di berbagai media banyak menceritakan kabar tentang peperangan nan ada di kawasan Timur Tengah. Sementara di Indonesia selain masalah korupsi dan politik, warta lain nan juga sering menjadi perhatian ialah konfik budaya. Tanpa melihat mana nan sahih dan mana nan salah, banyak contoh konflik antar budaya yang bisa menimbulkan ketegangan interaksi sesama manusia.



Contoh Konflik Antarbudaya Luar Negeri

Salah satu contoh konflik antar budaya di luar negeri nan paling sering terjadi berada di wilyah Timur Tengah khususnya Israel dan Palestina. Banyak nan menyatakan jika pertempuran nan terjadi antara Israel dan Palestina merupakan peperangan buat memperebutkan daerah serta mempertahankan kedaulatan negara.

Namun sebenarnya jika diamati secara lebih seksama, masalah ini juga dapat dikatakan sebagai salah satu contoh konflik antarbudaya juga. Karena sumber dari peperangan nan terjadi selama ini salah satunya ialah faktor sejarah.

Orang Israel berpendapat jika tanah konkurensi itu ialah milik nenek moyang mereka. Sementara bangsa Palestinaa juga menganggap apabila wilayah itu merupakan hak bagi rakyatnya. Jadi, meski gencatan senjata sudah berulang kali dilakukan, tapi jika sumber dari masalah ini tak diselesaikan, maka konflik akan terus terjadi.

Selain itu konflik di daerah Timur Tengah ini juga dipengaruhi oleh satu pandangan budaya nan berbeda. Palestina mendapatkan dukungan dari negara-negara Arab nan pada umumnya masih menerapkan sifat antidemokrasi atau otoriter. Pemimpin atau raja dapat jadi sumber dari segala sumber hukum. Apa saja nan dikatakan atau diperbuat raja, maka rakyat harus menurutinya.

Sementara itu Israel mendapatkan dukungan nan lebih besar dari Amerika serta negara-negara barat lainnya. Pada umumnya mereka lebih suka menerapkan demokrasi liberal di mana suara terbanyak dijadikan sebagai produk hukum dan undang-undang. Selain itu, mereka lebih bahagia serta menghargai hak-hak individu dan kebebasan buat melakukan apa saja sepanjang tak mengganggu urusan orang lain.

Dunia nan terus mengalami perkembangan dan kemajuan menganggap jika budaya nan masih terjadi di negara-negara Arab ialah budaya antik sehingga harus ditinggalkan secepatnya dan diganti dengan budaya baru. Yang dimaksud dengan budaya baru ialah budaya demokrasi dan liberal nan sekarang diterapkan di Amerika dan negara-negara Barat tersebut. Hal inilah nan menjadikan konflik di Timur Tengah seakan tak pernah ada akhirnya.



Menghormati Budaya Masing-Masing

Agar konflik dan peperangan nan terjadi di Timur Tengah ini dapat berhenti, salah satu cara nan dapat ditempuh ialah mau memahami dan menghormati budaya masing-masing. Namun selain itu juga harus mau memahami jika budaya itu akan selalu berkembang dan terus mengalami perubahan.

Contohnya di Timur Tengah nan masih menganut paham otoriter dan kekuasaan mutlak berada di tangan raja, sebaiknya mulai melalukan perubahan meski tak perlu secara radikal. Raja tetap dapat menjadi penguasa tunggal namun kekuasaannya harus mendapat kontrol dari majelis atau dewan khusus. Sehingga jika raja atau penguasa melakukan kesalahan tetap dapat mendapatkan peringatan dari para anggota dewan tersebut.

Atau dapat juga raja dijadikan sebagai simbol persatuan negara sementara kepala pemerintahan dipilih oleh rakyat atau orang maupun forum nan dianggap mampu mewakili kepentingan mereka. Mungkin hal ini jika diterapkan secara cepat dapat menimbulkan konflik baru, terutama dari para raja dan penguasa nan tak mau kehilangan kekuasaannya.

Tapi jika mereka mau berpikir jernih demi kehidupan buat masa depan nan lebih baik, sudah sepantasnya apabila penguasa tersebut mau berbesar hati buat berbagi kekuasaan dengan pihak lain agar proses pengontrolan terhadap sistem penyelenggaraan negara dapat berjalan lebih baik dan dapat memuaskan semua pihak. Rakyat dapat terpenuhi keinginannya sementara penguasa dan raja tetap tak kehilangan kehormatannya.

Sementara itu buat bangsa Amerika dan negara-negara barat lainnya, meski punya pandangan nan berbeda, tapi tetap harus mau menghormati budaya negara lain khususnya Timur Tengah. Boleh saja mereka mengembangkan ideologi demokrasi di wilayah tersebut. Tapi perlu disadari tak semua pemikiran mereka dapat diterapkan dengan baik di daerah atau wilayah lain.

Apalagi mengingat sebelum mempraktekan paham demokrasi, beberapa abad nan lalu negara-negara barat juga masih menerapkan sistem kekuasaan mutlak di tangan raja. Barulah setelah terjadi revolusi, mereka merubah paham tersebut secara radikal. Kekuasaan raja dibatasi bahkan ada nan menghilangkannya sama sekali.

Untuk saat ini perubahan secara radikal belum dapat diterapkan di negara-negara Arab atau Timur Tengah. Sebaiknya perubahan dilakukan secara satu langkah demi satu langkah sehingga pada suatu saat nanti akan tercipta suatu sistem pemerintahan nan lebih adil dan bijaksana di mana raja atau penguasa dapat berbagi kekuasaan dengan orang atau forum lain.



Contoh Konflik Antarbudaya di Indonesia

Di negeri sendiri yaitu Indonesia , salah satu contoh konflik antarbudaya nan hingga saat ini masih sering terjadi ialah interaksi antara Indonesia sendiri dengan Malaysia. Banyak cabang seni nan merupakan hasil karya dari bangsa Indonesia namun dinyatakan sebagai milik bangsa Malaysia.

Misalnya lagu daerah nan berjudul Rasa Sayange . Bahkan negara jiran tersebut sudah berani menantang negeri kita buat membuktikan jika lagi tersebut memang milik Indonesia. Kemudian, ada lagi seni pembuatan batik nan juga diklaim oleh mereka. Padahal selama ini global sudah mengakui jika batik ialah milik Indonesia. Bahkan PBB melalui salah satu lembaganya yaitu UNESCO sudah menegaskan hal tersebut.

Selain lagu Rasa Sayange dan batik, beberapa seni dan budaya lain nan pernah diklaim oleh Malaysia antara lain ialah tari Pendet dari Bali, Reog dari Ponorogo, seni angklung dari Jawa Barat dan sebagainya.

Namun sayang sekali klaim dari Malaysia tersebut tak dipersoalkan oleh pemerintah. Mereka menyatakan jika antara bangsa Indonesia dan Malaysia memang punya banyak kecenderungan dan pada jaman dulu orang Indonesia nan bertempat tinggal maupun menetap di Malaysia sudah membagi ilmunya pada penduduk setempat.

Perlu dipahami bahwa budaya ialah salah satu kebanggaan dan simbol harga diri suatu bangsa. Maka jika budaya tersebut dinyatakan sebagai budaya bangsa lain sudah sepantasnya kita harus berani menyatakan jika perbuatan tersebut merupakan suatu kesalahan besar.

Untuk negara Malaysia , boleh saja menggunakan budaya bangsa lain termasuk Indonesia buat berbagai macam kepentingan. Namun mereka dilarang keras buat mengklaim atau menyatakan jika budaya tersebut ialah hasil karya mereka sendiri.

Contohnya ialah seni barongsai. Kesenian ini sebenarnya berasal dari negara China. Namun di beberapa negara lain, termasuk Indonesia, tetap dapat berkembang dan menjadi salah satu bagian dari budaya negeri ini. Namun Indonesia tak pernah mau mengakui jika barongsai ialah milik bangsa ini sendiri. Sebaiknya Malaysia harus mau meniru atau mencontoh tindakan seperti itu serta tak melakukan praktek-praktek nan membuat interaksi kedua negara jadi tegang dan terus memanas.

Apabila mau menghormati kedaulatan dan hak-hak masing-masing negara, sebenarnya beberapa contoh konflik antarbudaya tersebut tak perlu terjadi. Jika ingin menggunakan budaya milik bangsa lain harus tetap menyatakan jika dirinya bukan pencipta atau pemilik budaya tersebut tapi hanya menjadikannya sebagai suatu pengembangan atas budaya nan menjadi milik sendiri.