DBD - Mencegah Penyebaran Nyamuk Aedes Aegepty

DBD - Mencegah Penyebaran Nyamuk Aedes Aegepty

DBD atau nan dikenal dengan demam berdarah dengue ini merupakan salah satu penyebab kematian terganas di Indonesia. Penyakit DBD disebabkan oleh gigitan nyamuk aedes aegepty. Nyamuk nan menularkan penyakit DBD ialah nyamuk betina dewasa sebab nyamuk betina dewasa memerlukan darah manusia atau binatang buat kelangsungan hayati mereka alias berkembang biak.

DBD akan menjadi penyakit nan ganas bagi seseorang nan tak memiliki daya tahan tubuh nan tinggi, misalnya jika penyakit DBD ini menyerang anak-anak. Anak-anak memang rentan terkena penyakit DBD dikarenakan aktivitas mereka nan tak dapat dipantau selama 24 jam oleh orang tua.

Anda tidak pernah tahu ketika anak bermain bersama teman-temannya, sang anak terkena gigitan nyamuk aedes aegepty. Sistem kekebalan tubuhnya nan belum paripurna pun dapat mengakibatkan mudahnya penularan penyakit DBD. Ingat, DBD bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk penyebab penyakit DBD.

DBD dianggap penyakit endemis di Indonesia, sebab penyakit ini senantiasa ada sepanjang tahun. Tiap 4 hingga 5 tahun para penderita DBD di Indonesia selalu meningkat. Penyakit DBD rentan menyerang anak-anak usia 4 hingga 10 tahun. Namun, Anda nan mempunyai bayi mesti waspada sebab penyakit DBD juga dapat menyerang bayi berusia di bawah 1 tahun.

Saat ini, DBD juga menyerang orang dewasa usia 18 hingga 25 tahun. kesimpulannya, nyamuk aedes aegepty menyerang siapa pun tanpa mengenal batasan umur, baik laki-laki dan perempuan.

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa anak balita lebih rentan terserang DBD dibanding orang dewasa. Ini sebab nyamuk aedes aegepty menggigit pada pagi dan siang hari saat anak sedang asyik bermain. Biasanya, perhatian orangtua terhadap anak saat pagi dan siang hari agak berkurang sebab aktivitas nan dilakukan oleh orangtua. Orangtua sibuk membereskan rumah atau bekerja, sementara anak dibiarkan bermain sendiri tanpa pengawasan.

Faktor daya tahan tubuh balita nan masih belum paripurna juga menjadikan balita gampang terserang DBD dibanding orang dewasa. Susahnya lagi, anak balita belum dapat “berbicara” langsung pada orangtuanya tentang sakit nan dirasakannya. Itu sebabnya, risiko DBD sangat tinggi menjangkiti balita hingga menimbulkan kematian.

Ketika anak balita Anda terkena demam jangan pernah dianggap enteng. Apalagi demam tubuhnya lebih dari dua hari. Demam tubuh nan tidak kunjung turun dapat berarti salah satu gejala penyakit DBD. Sebaiknya Anda membawa anak ke puskesmas atau rumah sakit terdekat buat melakukan inspeksi demam tersebut. Penanganan nan tepat penyakit DBD akan menghilangkan risiko kematian pada anak.



Gejala Penyakit DBD

Penyakit DBD gejalanya memang tak terlalu terlihat pada awalnya. Gejala klinis DBD pada saat awal penyakit berupa demam nan tidak turun-turun selama 1 hingga 3 hari sering disalah artikan oleh orangtua. Banyak orangtua nan menganggap demam nan terjadi pada anak hanya sekadar demam biasa. Namun, gejala awal demam bisa menyerupai penyakit lainnya seperti campak, tifus, dan radang tenggorokan.

Pada penyakit DBD, demam nan terjadi dapat datang secara mendadak dengan kisaran suhu sekitar 38,5 celcius hingga 40 celcius. Demam pada anak dapat datang secara mendadak. Anda mungkin masih dapat melihat sang anak ceria di pagi hari, tetapi saat sore hari tiba-tiba ia mengeluh suhu tubuhnya nan sangat tinggi.

Demam penyakit DBD akan terus menerus terjadi pada pagi dan siang hari. Panas tubuh hanya akan turun sebentar setelah diberikan obat pereda turun panas. Anda jangan lengah ketika anak mengeluh demam tinggi dan badannya terlihat indolen sehingga menyebabkannya malas makan. Ini biasanya terjadi pada anak-anak usia sekolah rendah.

Gejala lainnya penyakit DBD ialah penderita mengalami rasa indolen dan lemah secara mendadak. Seluruh badan akan terasa sangat lemah seolah tak memiliki kekuatan. Mirisnya ketika DBD menyerang anak balita sebab mereka tak dapat mengeluh atau bilang tentang kondisi badannya. Apalagi jika anak tersebut terlihat masih aktif. Cermati aktivitas anak apabila terlihat lebih banyak diam daripada biasanya, dapat jadi anak Anda sedang merasakan gejala awal DBD ini.

Selain itu, gejala awal DBD bisa dilihat dari buang air besar sang anak. Anak akan mencret 3 hingga 5 kali dalam sehari. Pesesnya hanya berbentuk cair tanpa lendir. Pada bayi pun seperti itu. Ketika bayi buang air besarnya mencret dengan intensitas sering serta badannya demam, lebih baik Anda segera membawanya ke puskesmas terdekat atau rumah sakit di loka Anda sebab risi terkena gejala DBD.

Selanjutnya, gejala awal penyakit DBD ialah nyeri pada perut serta terjadi pendarahan pada kulit. Rasa nyeri seperti maag jangan pernah diabaikan ketika rasa nyeri perut diawali dengan terjadinya demam selama tiga hari. Pada anak balita nan belum dapat mengeluh, rasa nyeri perut dapat dideteksi dengan meraba daerah ulu hati dan di bawah lengkung iga sebelah kanan.

Gejala awal DBD akan berlanjut setelah fase demam tinggi selama tiga hari dan dilanjutkan demam nan turun pada hari ke empat hingga enam. Saat demam turun di hari ke empat dan ke enam harus diwaspadai. Perhatikan anak saat demamnya turun apakah anak berlaku ceria atau justru tergolek lemah?

Saat anak terlihat lemah dan nafsu makannya tidak kunjung membaik, segera lakukan penanganan awal dengan memberinya air minum sebanyak-banyaknya sebab dapat jadi gejala lanjutan DBD tengah berlangsung. Segera periksakan anak ke rumah sakit atau puskesmas terdekat buat penanganan DBD.



DBD - Mencegah Penyebaran Nyamuk Aedes Aegepty

Penyakit DBD hingga kini belum ada obatnya. Namun, hanya dapat dicegah sebagai penanganan kesembuhan bagi penderita agar DBD tak menjadi kritis dan sembuh serta terhindar dari risiko kematian.

Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan dapat dilakukan sebagai salah satu langkah mengantisipasi penyebaran nyamuk aedes aegepty. Agar jentik nyamuk tak berkembang dan tumbuh, sebaiknya lakukan 3 M yaitu menguras, menutup, dan mengubur, yaitu:

  1. Bersihkan atau kuras minimal satu kali dalam seminggu bak mandi di rumah. Bak mandi nan kotor akan dihuni oleh nyamuk aedes aegepty dan jentik-jentik nyamuk akan tumbuh di sana.
  1. Tutup semua loka penyimpanan air nan ada di rumah Anda.
  1. Kubur semua barang-barang bekas nan dapat menampung air dan membuat nyamuk dapat hayati di sana, seperti ban bekas, kaleng bekas, ember bekas dan barang-barang lainnya nan dapat berpotensi dihuni oleh nyamuk.

Selain melakukan 3 M, biasakanlah menjaga kebersihan di rumah Anda. Jangan menggantung pakaian nan telah Anda pakai sebab nyamuk bahagia bau tubuh manusia. Hal lainnya nan dapat Anda lakukan ialah memasang kasa nyamuk pada jendela dan ventilasi rumah agar nyamuk takbisa masuk.

Bagi Anda nan mempunyai bayi, lindungi bayi ketika sedang tidur dengan menggunakan kelambu di box bayi Anda. Gunakan lotion pelindung nyamuk bagi anak Anda selama pagi dan sore hari buat mencegah gigitan nyamuk penyebab DBD ini.

Menyemprotkan obat nyamuk di rumah setiap pagi dan sore dapat mengusir nyamuk-nyamuk nan ada. Namun, Anda harus menggunakan obat semprot nyamuk nan kondusif bagi kesehatan.

Jangan sampai obat semprot nyamuk mengganggu pernapasan setiap orang. Satu hal lagi sebagai pencegahan terkena gigitan nyamuk penyebab DBD, lakukanlah fogging atau pengasapan di seluruh rumah dan lingkungan loka Anda tinggal.

Penyakit DBD memang sangat berbahaya, khususnya bagi anak. Namun, selama Anda dapat mengantisipasi dan melakukan pencegahan, penyakit DBD bisa dihindari.