Warisan Kerajaan Islam di Indonesia

Warisan Kerajaan Islam di Indonesia

Tahukah Anda kejayaan kerajaan Islam di Indonesia ? " Kejayaan suatu peradaban itu dipergilirkan ." Ungkapan bijak tersebut sahih adanya. Sejarah membuktikan bagaimana jayanya bangsa tertentu, satu ketika akan jatuh dan diganti dengan bangsa lain. Begitu pun masa kegemilangan kerajaan Islam di Indonesia.



Kerajaan Islam di Indonesia dari Barat hingga ke Timur

Dimulai sejak abad ke-13 hingga abad ke-16, kawasan Nusantara disemarakkan oleh berdiri dan berkembangnya berbagai kerajaan Islam di Indonesia menggantikan intervensi kerajaan Hindu-Budha nan pamornya semakin meredup dan akhirnya pupus. Kekuasaan pemerintahan dan pusat peradaban pun diambil alih oleh kerajaaan-kerajaan bercorak Islam. Maka, dimulailah masa kejayaan kerajaan Islam di Indonesia selama hampir tiga abad.

Setelah masa keemasan tersebut, kerajaan Islam di Indonesia mulai menurun pamornya. Abad ke-17 hingga ke-20 terekam sebagai fase kemunduran. Salah satu karena primer ialah kekuasaan kolonial bangsa Barat nan mengambil alih pusat peradaban Nusantara. Melalui semangat 3G ( Gold, Gospel dan Glory ), bangsa Barat yaitu Portugal, Spanyol, Belanda, Inggris, dan Perancis, silih berganti mendominasi kekuasaan politik dan kebudayaan menggantikan pengaruh kerajaan Islam di Indonesia nan tergerus dan perlahan menuju kepunahan.

Ada pun sebagai satu entitas politik, kerajaan Islam di Indonesia berawal dari pesatnya perdagangan laut. Para saudagar (pedagang) itu mayoritas berasal dari mancanegara, seperti dari Arab, India, Persia, Tiongkok (Cina) dan lain-lain. Namun, pedagang Islam dari Timur Tengah (Arab dan Persia) nan membawa pengaruh signifikan bagi perkembangan kerajaan Islam di Indonesia.

Melalui jalan perdagangan, para pedagang tersebut menularkan nilai-nilai keislaman kepada masyarakat pribumi. Asimilasi dan akultrasi budaya pun terjadi, baik melalui pernikahan, ajakan secara damai dan tanpa paksaan (dakwah) hingga perjanjian kolaborasi nan berujung pada dikenalnya Islam sebagai agama mayoritas penduduk Nusantara.

Nilai-nilai dalam Islam nan mereka bawa (pedagang Islam), memberikan semangat perubahan dan legitimasi bagi masyarakat pribumi buat mendirikan satu pusat kekuasan politik. Ditunjang dengan mulai melemahnya pengaruh kerajaan Hindu-Budha, jadi momentum kebangkitan kerajaan Islam di Indonesia. Bernafaskan Islam sebagai agama nan dianut, lahirlah suatu komunitas masyarakat berdaulat. Ada pemimpin (raja atau sultan), nan dipimpin (rakyat) dan wilayah kekuasaan.

Wilayah kerajaan Islam di Indonesia ini tersebar merata, melingkupi kawasan kepulauan Nusantara, baik itu di Pulau Sumatera dan Semenanjung Malaya, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku dan Papua. Memanjang dari barat hingga ke timur Nusantara. Hal ini menunjukkan bagaimana gemilangnya kerajaan Islam di Indonesia pada saat itu.

Tertarik ingin mengenal apa saja kerajaan Islam di Indonesia? Berikut disajikan daftar lengkap nama-nama kerajaan Islam di Indonesia nan pernah mewarnai dan menjadi pusat peradaban Islam di Nusantara. Kerajaan-kerajaan tersebut rata-rata mengambil bentuk kesultanan nan terinspirasi dari kesultanan besar global Islam ketika itu (Kesultanan/Kekhalifahan Abbasiyah dan Turki Ustmani).



1. Kerajaan Islam di Indonesia (Pulau Sumatera dan Semenanjung Malaya)
  1. Kesultanan Perlak (abad ke-9 hingga ke-13)
  2. Kesultanan Samudera Pasai (abad ke-13 hingga ke-16)
  3. Kesultanan Malaka (abad ke-14 hingga ke-17)
  4. Kesultanan Aceh (abad ke-16 hingga ke-20)
  5. Kesultanan Inderapura (abad ke-16 hingga ke-18)
  6. Kerajaan Pasaman Kehasilan Kalam (abad ke-16 hingga ke-18)
  7. Kerajaan Melayu Jambi (abad ke-16 hingga ke-20
  8. Kesultanan Johor-Riau (abad ke-16 hingga ke-20)


2. Kerajaan Islam di Indonesia (Pulau Jawa)
  1. Kesultanan Demak (1500 hingga 1550)
  2. Kesultanan Banten (1524 hingga 1813)
  3. Kesultanan Pajang (1568 hingga 1618)
  4. Kesultanan Mataram (1586 hingga 1755)
  5. Kesultanan Cirebon (abad ke-16 hingga ke-20)


3. Kerajaan Islam di Indonesia (Pulau Kalimantan)
  1. Kesultanan Pasir (1516)
  2. Kesultanan Banjar (1526 hingga1905)
  3. Kesultanan Kotawaringin
  4. Kerajaan Pagatan (1750)
  5. Kesultanan Sambas (1675)
  6. Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura
  7. Kesultanan Berau (1400)
  8. Kesultanan Sambaliung (1810)
  9. Kesultanan Gunung Tabur (1820)
  10. Kesultanan Pontianak (1771)
  11. Kerajaan Tidung
  12. Kesultanan Bulungan (1731)


4. Kerajaan Islam di Indonesia (Pulau Sulawesi)
  1. Kesultanan Gowa (abad ke-16 hingga ke-17)
  2. Kesultanan Buton (1332 hingga 1911)
  3. Kesultanan Bone (abad 17)


5. Kerajaan Islam di Indonesia (Kepulauan Maluku)
  1. Kesultanan Ternate (1257)
  2. Kesultanan Tidore (1110 hingga 1947)
  3. Kesultanan Jailolo
  4. Kesultanan Bacan
  5. Kesultanan Lolota
  6. Kerajaan Tanah Hitu (1470 hingga1682)
  7. Kerajaan Iha
  8. Kerajaan Honimoa/ Siri Sori
  9. Kerajaan Huamual


6. Kerajaan Islam di Indonesia (Pulau Papua)
  1. Kerajaan Waigeo
  2. Kerajaan Misool/Lilinta (marga Dekamboe)
  3. Kerajaan Salawati (marga Arfan)
  4. Kerajaan Sailolof/Waigama (marga Tafalas)
  5. Kerajaan Fatagar/(marga Uswanas)
  6. Kerajaan Rumbati (marga Bauw)
  7. Kerajaan Atiati (marga Kerewaindzai)
  8. Kerajaan Sekar (marga Rumgesan)
  9. Kerajaan Patipi
  10. Kerajaan Arguni
  11. Kerajaan Wertuar (marga Heremba)
  12. Kerajaan Kowiai/kerajaan Namatota
  13. Kerajaan Aiduma
  14. Kerajaan Kaimana


Warisan Kerajaan Islam di Indonesia

Kegemilangan kerajaan Islam di Indonesia selama tiga abad, pastinya meninggalkan berbagai warisan sejarah tidak ternilai, mulai dari perkakas keseharian, arsitektur bangunan hingga adat istiadat nan lestari hingga sekarang. Islam pun berkembang menjadi agama mayoritas di Indonesia.

Jika dikelompokkan, setidaknya ada dua bentuk peninggalan kerajaan Islam di Indonesia, yaitu dalam bentuk bangunan dan karya seni. Warisan tersebut memadukan antara kebudayaan Islam dan adat istiadat setempat. Hasilnya, sebentuk kebudayaan adiluhung dan kental dengan nilai-nilai keislaman. Memotret kearifan budaya setempat tanpa meninggalkan ajaran Islam sebagai ruh utamanya.

Warisan kerajaan Islam di Indonesia nan berupa bentuk bangunan ialah masjid, istana /keraton dan makam (nisan). Ketiga jenis bangunan ini sangat khas. Para pakar sejarah dan arkeolog bisa dengan mudahnya mengidentifikasi serta membedakannya dengan peninggalan dari peradaban lain (Hindu-Budha atau Eropa), baik itu dari corak bangunan atau lokasi peletakan bangunan tersebut.

Contoh, masjid sebagai bangunan peribadatan umat Islam, lazimnya terletak di tepi barat alun-alun (lapangan luas) dekat istana/keraton. Nyaris di setiap kerajaan Islam di Indonesia berpola seperti itu. Termasuk juga dari sisi arsitektur masjid. Walaupun bentuk dan ukuran masjid bermacam-macam, namun punya kecenderungan dalam bentuk kubah (atap masjid). Yaitu atap nan bersusun mengerucut. Semakin ke atas semakin kecil, dan buat taraf paling atas berbentuk limas.

Lalu, jika diteliti lebih jauh, jumlah atap nan menyusunnya selalu ganjil seperti bentuk atap candi. Karena itu, sekelompok sejarawan mengajukan anggapan bahwa jumlah ganjil tersebut mendapat pengaruh dari peradaban sebelumnya, Hindu-Budha.

Bila ingin membuktikannya, cermati saja masjid peninggalan kerajaan Islam di Indonesia, seperti Masjid Banten, Masjid Demak, Masjid Kudus, Masjid Keraton Surakarta, Yogyakarta, Cirebon, Masjid Agung Pondok Tinggi, Masjid tua di Kotawaringin, Masjid Raya Aceh, dan Masjid Raya Deli. Pola arsitektur dan lokasi masjid, punya pola serupa.

Sementara warisan kerajaan Islam di Indonesia nan berupa karya seni, lebih majemuk dan sarat dengan nilai historis serta filosofis. Karya seni sebagai wujud dari tingginya kebudayaan kerajaan Islam di Indonesia itu, berupa seni ukir, seni pahat, seni pertunjukan, seni aksara, seni lukis, dan seni sastra.

Untuk seni ukir dan pahat warisan kerajaan Islam di Indonesia, bisa dinikmati keindahannya di bangunan masjid nan ada di Kota Jepara, Jawa Tengah. Begitu pula dengan seni pertunjukan. Populernya alat musik rebana dan tarian (contohnya tarian Seudati) ialah wujud tingginya apresiasi masyarakat terhadap seni.

Seni aksara atau tulisan juga berkembang pesat. Masyarakat dari kerajaan Islam di Indonesia niscaya tidak asing dengan tulisan berupa huruf Arab-Melayu atau Arab gundul. Dinamakan seperti itu sebab tulisan Arab tersebut tak memakai tanda ( harakat ) buat membacanya.

Selain itu, kaligrafi sebagai seni lukis warisan dari tanah Arab (tempat lahirnya agama Islam) pun berkembang pesat. Keindahannya tidak kalah dengan kaligrafi Arab atau Persia. Itu dapat dilihat pada kaligrafi di makam Malik as-Saleh, salah satu raja/sultan dari Kesultanan Samudra Pasai.

Terakhir, karya sastra. Para artis dari kerajaan Islam di Indonesia, terbukti produktif dan kreatif dalam menghasilkan karya sastra berupa syair, hikayat, suluk, babad, dan kitab-kitab. Selain populer di masyarakat, berbagai karya sastra itu juga mengandung kedalaman makna dalam memberikan pedagogi terhadap nilai-nilai keislaman, khususnya bagaimana nilai-nilai Islam bisa dipahami dan dipraktikkan dalam konduite sehari-hari seseorang.