Di Balik Ketakutan Suku Primitif

Di Balik Ketakutan Suku Primitif

Suku Amazon primitif ternyata masih ada di tengah-tengah kehidupan manusia nan serba mewah. Suku primitif di hutan Amazon ditemukan memiliki budaya terfulgar. Karena mereka hanya telanjang tanpa pakaian sama sekali.

Hal ini menunjukkan bahwa masih ada keterbelakangan dan adanya loka nan terisolasi dari perhatian kita semua. Sulitnya jangkauan menuju perkotaan salah satu alasan utamanya. Suku seperti mereka ini tak tahu tentang global luar sama sekali.

Bahkan salah satu holikopter dari Amerika ketika melakukan operasi di hutan Amazon tak sengaja menemukan suku Amazon primitif nan ketakutan melihat holikopter nan terlihat asing bagi mereka. Mereka segera melakukan perlawanan dengan melemparkan anak panah dan melempar tombak. Mereka merasa terancam dengan kehadiran holikopter nan tengah melintas.

Penasaran bukan bagaimana di abad ke-21 ini masih ditemukan sekelompok orang nan belum tersentuh? Apa sih penyebab terjadinya? Ada nan tahu tentang hutan Amazon di Amerika Perkumpulan satu ini? Atau kamu sekadar pernah mendengarnya saja di televisi mungkin? Sebenarnya tak terlalu muluk-muluk, salah satu penyebab masih ada golongan primitif hutan Amazon ini sebab disebabkan oleh luasnya hutan Amazon itu sendiri.

Luas Amazon ini sekitar 1,4 miliar hektar, lokasinya di kawasan Amerika Selatan. Bahkan masih terdapat banyak spesies flora dan fauna nan menggantungkan hidupnya di hutan. Namun hutan satu ini terjadi penebangan liar, sebab hutan inilah salah satu hutan hujan. Karena luasnya nan sangat besar seperti ini tak heran jika masih ada orang nan tak terjamah.

Terdapat dua suku Amazon primitif nan ada di pedalaman hutan Amazon. Yaitu suku Xingu. Suku ini berada di sungai Xingu. Ini ialah suku pertama nan ditemukan di hutan Amazon . Mereka hayati di sepanjang 1.979 km dan suku nan bertahan hayati di sini terdapat sekitar 18 etnis. Sungai ini pulalah nan membelah negara Brazil dari Mato Grosso dan Pará.

Dalam kehidupan kesehariannya, suku Xingu ini saat makan dan mempertahankan dirinya sudah menggunakan dapur rumah tangga. Tidak hanya orang-orang modern nan memiliki adat, ternyata suku Xingu juga memiliki adat, hal ini terlihat ketika mereka masih menggunakan baju adat dalam kesehariannya.

Suku Zoe ialah salah satu suku Amazon primitif nan tak kalah uniknya. Misalnya mereka menggunakan poturu. Bagi suku Zoe, poturu ini sebagai salah satu aksesoris mereka nan terbuat dari potongan kayu. Potongan kayu inilah nan kemudian ditusukan di bibir bagian bawah. Bagi kalangan mereka, poturu ini menjadi sebuah identitas.

Secara penampilan dan berpakaian, suku Zoe inilah nan tampak ekstrim. Karena mereka dalam kegiatan apa pun tak menggenakan baju. Laki-laki dan perempuan sama-sama tak menggunakan baju, alias telanjang bulat. Mereka akan menggunakan aksesoris pelengkap saja ketika ada acara adat.

Mereka mempertahankan dirinya dengan berburu ikan dan hewan. Bahkan beberapa kali ketika ilmuwan melakukan pemantauan dari atas pesawat, terlihat mereka juga mengonsumsi buah-buahan dan sayuran nan mereka tanam. Mulai dari umbi batang, tanaman nan sengaja ditanam di dekat mereka, seperti pisang, pepaya, labu, ubi jalar, dan kacang tanah. Bahkan terlihat pula di sana juga ditanam kapas.

Jika kita sebagai manusia nan mudun dan di lingkungan modern biasa tidur kasur berbusa, berbeda dengan mereka. Mereka suku Zoe tidur dengan cara bergantung. Loka tidur gantung ini sengaja dibuat mengantung pada gubuk nan dibuatnya. Ups! Jangan dibayangkan suku Zoe memiliki rumah nan berdinding seperti rumah kita nan kita tempati ya, mereka tidur seperti itu tak di dalam rumah nan berdinding, hanya beratap dan bercagak saja.



Di Balik Ketakutan Suku Primitif

Suku primitif di Amazon nan ketakutan ketika melihat pesawat bukan sebab suku mereka menganggap pesawat itu alien dari planet lain. Melainkan sebab trauma. Pada abad ke-19 mereka pernah dilempari dinamit dari atas nan menggunakan pesawat. Saat itulah banyak teman-teman mereka nan meninggal.

Mereka nan selamat dari dinamit nan terbuat dari karet itu berlari melarikan diri. Namun mereka tetap dihadang dan dibunuh. Bahkan ada ibu nan sedang menyusui anaknya langsung ditembak di tempat, di bagian kepala. Pembunuhan nan tak pandang bulu.

Suku Amazon primitif tak memiliki peralatan lengkap seperti manusia modern nan telah membunuh suku primitif mereka. Tidak heran jika suku nan ditemukan sekarang ini jumlahnya hanya 18 orang. Merekalah sisa-sisa orang primitif nan melarikan diri selamat, atau dapat jadi mereka ialah anak cucu dari korban nan selamat dari tragedi pemusnahan nan dilakukan manusia modern nan menginginkan kayu nan melimpah.

Suku Amazon primitif bukan ditemukan, melainkan sudah ada sejak dahulu. Ternyata keberadaan mereka telah diketahui sejak lama oleh pemerintah Brazil 20 tahun lamanya menggunakan satelit.

Tujuan pemantauan nan dilakukan buat dijadikan menjadi reservasi buat melindungi orang tersingkirkan. Pemerintah Brazil buat mengumpulkan bukti adannya pencaplokan dari tanah mereka.

Suku Amazon primitif sebenarnya sudah sering melihat pesawat. Bahkan mereka dapat mengetahui sebelum pesawat datang lewat suara mesin pesawat dari kejauhan. Hanya saja mereka menjadi militan dan menyerang setiap kali ada pesawat nan melintas setelah terjadinya insiden penyerangan bom karet tersebut.

Mengapa foto-foto selama ini nan disimpan akhirnya dibeberkan keluar, sebab sebagai bukti keberadaan mereka. Menggunakan tulisan dan lisan tak membuat banyak orang termasuk pemerintah tak mempercayainya. Maka foto dan video inilah bentuk bukti adanya keberadaan mereka.

Harapannya bisa menyerukan kepada pemerintah Peru khususnya buat mengusir penebang pohon liar nan beroperasi di Amazon bagian barat ini. Asa lainnya agar suku Amazon primitif ini memiliki hak mereka buat hayati sinkron habitat mereka.

Salah satu penyebab kepunahan suku Amazon primitif ini sebab disebabkan kekebalan tubuh mereka nan kurang baik. Kebanyakan mereka meninggal global dampak demam, flu, dan sakit nan kita anggap ringan.

Hal ini disebabkan sebab keterbatasan pengetahuan mereka buat mengobati dan lingkungan alam nan tak mendukung. Misalnya sebab lokasi di tengah hutan hujan dan mereka tak memakai pakaian menyebabkan mereka mudah terserang penyakit. Apalagi di hutan Amazon ini banyak serangga nan mematikan berkeliaran.

Itulah sekilas tentang suku Amazon primitif nan hayati di tengah melimpahnya sumber daya alam hutan Amazon. Hutan nan memiliki sumber daya alam melimpah, jangankan buat manusia, secara finansial hasil dari penjualan kayu nan ditebang liar. Alam ini pun juga mengantungkan hutan satu terbesar ini.

Jadi tak ada salahnya buat kita menjaga dan menghargai setiap hayati orang lain, termasuk hak hayati buat suku Amazon primitif. Membunuh suku Amazon primitif sebab ingin menguasai sumber daya alam bukanlah cara nan manusiawi. Mereka memiliki hak nan sama seperti kita, hayati damai dengan cara mereka sendiri.

Semoga tulisan ini memberikan insight lebih peduli dengan sesama.[]