Sejarah Eropa Antik - Romawi Kuno

Sejarah Eropa Antik - Romawi Kuno

Pergolakan sejarah Eropa antik ialah pergolakan mengenai kontradiksi dan perpaduan impian manusia melalui aksi nan aksidental, brutal, dan terkadang satiris. Contohnya, Julius Cesar, pada abad 50-an SM, seorang Jendral Romawi nan lancang menghancurkan demokrasi Roma itu tak akan pernah menyangka bahwa pasukan "kecil" pimpinannya akan mengubah sebagian besar peta Eropa dan Afrika Utara.

Sejarah Eropa antik memang tak berawal dari si Julius itu. Jauh sebelumnya 356 SM - 323 SM, hayati seorang raja besar hellenik nan dipenuhi mitos dan keagungan. Alexander nan agung. Yang menyatukan peradaban saling bermusuhan antara Asia dan Eropa. Misi nan agung.

Gurunya tidak kalah agung, ialah dedengkot filsuf Yunani hellenik, Aristoteles. Berhasilkan Alexander? Berhasilnya secara peta dalam kertas saja. Karena pada dasarnya, orang Asia tak pernah mengakui keunggulan Eropa, begitu pun sebaliknya.

Masa Eropa Antik setelah Alexander, lebih dipenuhi cerita tentang pesebaran bangsa-bangsa buat memenuhi wilayah-wilayah luas di Eropa. Sampai akhirnya demarkasi batas antara bangsa itu dituntaskan, dan diperjelas oleh serbuan-serbuan Romawinya si Jules.

Di Utara, menghunilah bangsa Arya-goth dari kaukasus. Mereka sudah ratusan tahun tinggal di utara, sudah terlanjur dijuluki norseman atau orang utara. Tidak ada negara di utara, nan menghuni ialah suku-suku kecil dengan para pemimpin perang nan didukung pemimpin spiritualnya.

Di Utara pula menghunilah banyak suku-suku nan saling terikat bahasa, tapi saling berbeda budaya sebab disparitas huniannya. Orang Irish, Pictish, Scotish, Thulian, Angle, Saxon menghuni kepuauan Inggris raya, sebelum akhirnya ditekan oleh Romawi Caesar.

Di dataran barat, dihuni orang-orang Gaul, Belgia, ostrogoth, dan orang Franconian; dikepulauan beku utara, swedia, finlandia, denmark, dan Norwegia dihuni orang-orang Viking. Sementara di selatan, di Iberia dihuni oleh orang visigoth.

Tentara Romawi berperang dengan puluhan bangsa dan suku itu. Alasannya ialah pelebaran kekuasaan, emas, dan budak, demi mengisi kas Roma nan rakus. Pada kenyataannya Romawi memerangi Eropa antik selama 700 tahun, dan belum pernah sukses mempersatukan seluruh Eropa.

Front Inggris macet, di northumbria, front Eropa utara macet di hutan Ardeness, Belgia. Otomatis nan dikuasai Romawi ialah wilayah Galia Perancis, Spanyol, dan sebagian kecil dari Belgia dan Inggris. Masalah primer penaklukan nan gagal ialah kekaisaran Roma di pusat nan korup dan banyak masalah.

Masalah lainnya, ialah tumbuhnya agama baru, kristen. Di mana kepatuhan para jenderal Roma terbagi, antara Raja dengan para Uskup. Akhir dari Romawi ialah ketika orang-orang Hun datang dari timur, membumihanguskan Eropa jauh lebih kejam dari apa nan dilakukan oleh Romawi. Setelah Hun main bakar, Romawi bukan lagi negara nan utuh. Melainkan terbagi dua kerajaan.

Akhirnya fajar kegelapan Eropa mulai menapaki sisi terang. Di tengah mitos tentang keperkasaan Raja Arthur, sebagai raja baru pascaromawi di Inggris. Para suku tengah menimbang, memiliki kejayaan kerajaan sendiri seperti halnya romawi.

Suku Gaul pada akhirnya berdiri sebagai kerajaan Perancis, dibawah dinasti Merovingian. Suku goth, dan Frank bergabung di bawah Charles nan agung. Di Inggris berdiri puluhan kerajaan kecil nan tinggal menunggu waktu saling disatukan. Masa sejarah antik Eropa berakhir, ketika Paus Urbanus II, mengumumkan adanya Perang Salib.



Sejarah Eropa Antik Bermula di Kreta

Siapa pun kiranya tahu, dari mana sejarah Eropa antik dimulai. Ya, dari Pulau Kreta. Pulau nan terletak di Bahari Tengah (Mediterania) ini memiliki beberapa peninggalan (artefak/situs) nan masih terawat dengan baik. Bukti nenek moyang peradaban Eropa pernah tinggal dan berjaya di sini.

Melalui kebudayaan nan dibangun di Pulau Kreta (2600 SM - 2000 SM), Peradaban Yunani dan Romawi mencapai masa kegemilangannya. Dua peradaban nan menjadi pondasi berlangsungnya kebudayaan di Eropa. Berbagai sistem pemerintahan, sistem kepercayaan maupun peninggalan budaya berupa seni sastra, seni bangunan (arsitektur), filsafat dan pengetahuan ( science ), menjadi acuan global hingga kini.



Pulau Kreta

Pulau Kreta terletak di selatan Yunani dengan pusat pemerintahan di Knossus. Letak pulau termasuk strategis sebab tepat berada di jalur perdagangan antara benua Eropa (Yunani) dengan Timur Tengah (Mesopotamia) dan Mesir (Egypt). Sehingga sektor perdagangan dan pelayaran menjadi profesi mayoritas penduduk. Selain itu, Pulau Kereta juga jadi loka asimilasi dan akultrasi berbagai budaya dari peradaban-peradaban besar saat itu.

Sejarah peradaban di Pulau Kreta bisa dilacak dari karya sastra penyair Homerus, berjudul Illiad dan Odysseia . Dalam karya berupa legenda dan mitologi tersebut, Homerus menceritakan bagaimana tingginya peradaban di Pulau Kreta.

Bangunan-bangunan di dalam kota terbuat dari batu bata serta dibangun secara bertingkat. Bahkan, istana raja berbentuk labyrinth (rumah siput). Yang dimaksudkan buat keamanan, sebab orang asing nan masuk akan tersesat atau kesulitan keluar dari istana.

Cerita dari Homerus ternyata bukanlah fiksi, tapi nyata. Pada 1878 M, Sir Arthur Evans dari Inggris menemukan bukti arkeologi tentang kejayaan Pulau Kreta. Persis seperti nan dituliskan oleh Homerus. Bagaimana estetika dan kemakmuran di pulau nan memiliki tak kurang dari 90 kota-kota perdagangan. Dua di antaranya nan terbesar ialah Knossus dan Phaestos.

Tak hanya latif dan makmur, di Pulau Kreta juga telah dikenal seni Lukis Fresko, seni pahat pada gading, seni porselin/gerabah, dan majemuk seni kerajinan logam. Karenanya, masyarakat Pulau Kreta sudah tidak asing dengan peralatan rumah tangga, alat pertukangan, dan berbagai peralatan lain nan terbuat dari logam.

Hebatnya lagi, masyarakat Kreta telah mengenal tulisan, nan dinamakan tulisan Minos. Nama ini berasal dari nama seorang raja di Pulau Kreta, Raja Minos. Dari sinilah kebudayaan Pulau Kreta memperoleh nama kebudayaan Minoa. Sayangnya, hingga kini tulisan tersebut belum bisa dibaca olah para pakar purbakala. Sehingga sejarah Pulau Kreta masih banyak nan belum terungkap.



Akhir Peradaban Kreta

Ada beberapa teori nan memberikan klarifikasi karena berakhirnya kejayaan peradaban di Pulau Kreta. Salah satunya ialah dampak bala alam. Menurut estimasi para ahli, sekira abad 15 SM, Gunung Thera nan terletak 100 km di utara Pulau Kreta, meletus dahsyat. Memuntahkan lava dan abu vulkanik nan menutupi angkasa dalam waktu lama, merenggut banyak korban jiwa dan makhluk hayati (hewan ternak dan tanaman). Dampak dari bala alam luar biasa inilah nan dianggap menghancurkan berbagai kota dan kehidupan masyarakat di Pulau Kreta.

Ada juga teori lain nan menyebutkan peradaban Pulau Kreta hancur sebab pencaplokan (serangan) dari bangsa lain. Yaitu bangsa dari ras Indo Jerman di Asia Tengah nan menuju Yunani, kemudian ke Pulau Kreta. Bangsa ini diperkirakan memporak-porandakan kota-kota di Pulau Kreta sehingga tidak dapat bangkit kembali.

Apa pun sebabnya, peradaban di Pulau Kreta memang tidak lagi dapat berjaya. Namun, bukan berarti peradaban nan dibangun di pulau tersebut ikut mati. Sebaliknya, peradaban Pulau Kreta berkembang di luar pulau itu. Yaitu di daratan Yunani, tepatnya di kota Mycena, nan merupakan daerah kekuasaan pemerintahan Pulau Kreta sebelumnya.

Dan sejarah kemudian mencatat, bagaimana setelah itu peradaban tersebut semakin berkembang. Hingga pada puncaknya ditunjukkan dengan berdirinya dua "imperium" kebudayaan terbesar di dunia, Yunani dan Romawi.



Sejarah Eropa Antik - Romawi Kuno

Selain Yunani Kuno, sejarah Romawi Antik pun menjadi bagian krusial dalam perkembangan sejarah Eropa Kuno. Sebagai bukti kesuksesan Romawi Antik pada zaman sejarah Eropa Antik digambarkan dengan kesuksesan dan tingginya peradaban Romawi Antik nan terwujud hasil kerja keras manusianya. Kerja kerasa penduduk Romawi Antik ini ditunjukkan pada tingginya peradaban Romawi Antik dalam bidang agama, pemerintahan, ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya.



Kehidupan Masyarakat Romawi Kuno

Sebagai bagian dari sejarah Eropa Kuno, Romawi Antik memiliki masyarakat nan mempunyai peradaban tinggi. Oleh sebab itu, timbul pertanyaan, siapakan cikal bakal bangasa Romawi nan mendirikan pemerintahan di Roma? Menurut sumber sejarah Eropa antik dan Romawi Kuno, sebuah kitab nan berjudul Aeneis mengisahkan seorang pelarian dari Troya nan dikalahkan oleh Yunani dalam perang Troya nan bernama Aeneas. Aeneas bersama puteranya lari ke negeri latin di Italia.

Selanjutnya, bersama puteranya nan bernama Ascanius pindah ke pedalaman dan mendirikan kota Alba Longa. Beberapa lama kemudian, , keturuanan Aeneas nan bernama Rhea Silva nan diusir oleh pamannya melahirkan bayi kembar bernama Remus dan Romulus. Namun, Amulius membuang kedua bayi tersebut ke Sungai Tiber. Kedua bayi tersebut kemudian ditemukan oleh seekor serigalan dan seorang penggembala. Kemudian penggembala itu merawat kedua bayi itu.

Setelah dewasa, mereka mendirikan Kota Roma. Namun, Romulus membunuh Remus dalam sebuah pertengkaran. Kemudian Romulus penjadi pemimpin tunggal di Kota nan sekarang dikenal dengan nama Roma. Untuk mengabdikan kisah tersebut, dibuatlah patung perunggu berbentuk serigala nan sedang menyusui bayi kembar tersebut.

Berbicara soal kehidupan masyarakat Romawi kuno, masyarakat Romawi antik hayati dari sektor pertanian, perdagangan, dan pelayaran. Interaksi dagang Romawi Antik dijalani dengan bangsa-bangsa nan ada di sekitar Bahari Tengah. Bahkan pada masa kekaisaran Ocktavianus Agustus, interaksi dagang meluas hingga sampai ke China. Interaksi dagang antara Romawi dengan China dijalin memalui jalur perdagangan nan disebut "Silk Road" atau "Jalur Sutera".

Bangsa Romawi memiliki kemapuan nan tinggi dalam sistem pengolahan logam, penggunaan batu buat bangunan, serta teknik pengeringan rawa nan diadopsi dari Suku Etruska. Selain itu, bangsa Romawi antik pun mewarisi sifat kekuatan, ketekunan, keuletan, kesetiaan, dan kedisiplinan. Sifat-sifat inilah nan membaw kejayaan bangsa Romawi Antik dalam sejarah Eropa Kuno .



Sistem Pemerintahan Romawi Kuno

Sistem pemerintahan Romawi antik awal memiliki sistem kerajaan (monarki), kemudian berubah menjadi republik, dan selanjutnya menjadi kekaisaran. Berikut ini penjelasannya.



1. Sistem Pemerintahan Romawi Antik - Kerajaan

Sebagai bagian dari sejarah Eropa Kuno, Romawi antik memiliki sistem pemerintah nan berubah-ubah. Awalnya, Romawi Antik memiliki sistem pemerintahan monarki atau kerajaan. Sistem ini diadopsi Romawi Antik pada 750 SM hingga 500 SM.

Raja pertama dari sistem kerajaan ialah Romulus. Raja-raja nan memerintah Romawi Antik saat menganut sistem monarki berasal dari keturunan pendatang, yaitu bangsa Etruska. Jadi pada awal sistem kerajaan, penduduk orisinil Roma dipimpin oleh bangsa pendatang.

Meskipun bidang ekonomi Romawi Antik mengalami perkembangan, namun penduduk orisinil Roma, bangsa latin tak bahagia terhadap penguasa asing nan menerapkan Undang-Undang Militer kepada penduduk asli. Oleh sebab itu, terjadilah pemberontakan penduduk Roma. Pemberontakan itu sukses menurunkan Raja Tarquin nan arogan sebagai raja terakhir Romawi pada 509 SM. Pemberontakan itu dipimpin oleh Lucius Junius Brutus.



2. Sistem Pemerintahan Republik

Setelah masa kerajaan Romawi Antik runtuh, sistem pemerintahan Romawi Antik beralih menjadi sistem Republik. Pada sistem pemerintahan republik, Romawi Antik membentuk lembaga-lembaga nan bertugas menjalankan sistem pemerintahan, di antaranya konsul, senat, dan majelis. Sistem pemerintahan republik Roma mengharuskan seluruh warganya buat mengikuti wajib militer. Oleh sebab itu, dikenal angkatan perang nan bernama Legium.



3. Sistem Kekaisaran Romawi

Setelah mengadopsi sistem republik, Romawi antik kembali mengadopsi sistem baru, yaitu sistem kekaisaran. Menurut sejarah Eropa Antik dan Romawi Kuno, sistem kekaisaran inilah nan membawa era kejayaan Romawi kuno. Sistem kekaisaran nan dianut Romawi Antik ini menghasilkan banyak kaisar nan sangat disegani, di aantaranya kaisar Octavianus Agustus dan Kaisar Nero.

Itulah klarifikasi mengenai sejarah Eropa Antik nan mencakup sejarah Yunani Antik dan sejarah Romawi Kuno. Semoga bermanfaat.