Peran Humas di Organisasi Perusahaan

Peran Humas di Organisasi Perusahaan

Program kerja humas akan muncul setelah seorang humas atau Public Relations Officer (PRO) melakukan perencanaan. Planning nan matang akan menghasilkan program kerja sinkron tujuan komunikasi nan dilakukan seorang PRO. Program kerja humas hanya ada tiga kategori. Ketiganya memerlukan media pada pelaksanaannya.

Sebelum menentukannya, seorang PRO hendaklah memperhatikan hal-hal nan diperlukan buat keberhasilan program kerja tersebut. Kesemuanya ini merupakan hal-hal di sekitar program kerja humas nan perlu diketahui oleh praktisi maupun akademisi PRO.



Kategori Program Kerja Humas

1. Program Rutin

Ini ialah program kerja humas nan dilakukan secara teratur sinkron perkembangan nan terjadi di dalam organisasi. Misalnya, program konsultasi pekerjaan pada suatu perusahaan. Program ini tersusun dengan baik, aplikasi nan teratur dan terus-menerus. Dapat setiap dua hari sekali, satu minggu sekali, dan satu bulan sekali.

Programnya boleh apa saja, nan sinkron tujuan komunikasi seorang PRO tentunya. Misalnya, program tentang keprotokoleran dalam humas nan diselenggarakan setiap dua minggu sekali. Hal ini dilakukan buat memberikan pembekalan mengenai keprotokoleran kepada para karyawan spesifik nan dibentuk buat kepanitiaan dalam acara-acara resmi.



2. Program Insidental

Program ini disusun oleh seorang humas jika sewaktu-waktu ternyata ada kejadian atau peristiwa nan sifatnya mendadak. Dapat disebut juga sebagai program kerja tambahan bagi seorang humas.

Misalnya, program kerja nan dibuat buat penyambutan kedatangan tamu nan datang tiba-tiba. Dapat juga kegiatan public relations nan diselenggarakan sewaktu-waktu atau sekali-kali, namun dianggap perlu dilakukan pada saat itu.



3. Program Darurat

Program ini disusun oleh seorang humas jika suatu waktu terjadi musibah atau kecelakaan nan menimpa organisasi. Peristiwa ini membutuhkan penanganan nan sifatnya segera dan tak dapat ditunda. Peristiwa nan membutuhkan tindakan cepat buat mengatasinya.

Seorang PRO harus bisa menangani masalah dengan cepat sehingga bisa menyelesaikannya sebaik mungkin. Peristiwa-peristiwa itu, di antaranya pencurian hasil produksi secara besar-besaran, adanya kecelakaan, dan karyawan mogok kerja.



Media nan Digunakan

Untuk membuat program-program ini, seorang PRO harus mengetahui media-media nan akan digunakan buat menunjang program-program ini. Denga begitu, program-program ini bisa diselenggarakan dalam organisasinya. Media nan bisa digunakan menurut Cutlip dan Center dibagi menjadi tiga kategori .

  1. The Printed Word, yaitu media nan digunakan buat program kerja PRO nan sifatnya ditulis atau dicetak. Misalnya, majalah dan pamflet.
  1. The Spoken Words, yaitu media nan digunakan buat program kerja PRO, berbentuk ucapan atau lisan. Misalnya, meeting, siaran radio, dan press conference.
  1. The Image, yaitu media nan digunakan buat program kerja PRO, sifatnya berupa gambar atau video. Misalnya, warta televisi, art program , dan pameran.

Untuk pembuatan program kerja humas, seorang PRO harus memperhatikan beberapa hal. Hal tersebut ialah sebagai berikut.

  1. Menentukan waktu nan tepat, kapan program kerja tersebut bisa dilakukan. Ini memerlukan penentuan nan detail, seperti hari, tanggal, jam, dan tempat.
  1. Menentukan dengan tegas segala hal nan berkaitan dengan program jangka pendek. Hal ini diperlukan agar setiap termin program perkembangannya bisa terlihat dengan jelas.


Peran Humas di Organisasi Perusahaan

Sebuah organisasi nan terdiri dari berbagai kelompok individu nan bekerjasama dan berinteraksi satu sama lain, akan membentuk sebuah Norma nan lama-kelamaan akan membentuk budaya organisasi dalam sistem organisasi tersebut.

Budaya organisasi merupakan pola terpadu nan dihasilkan dari konduite individu dalam organisasi termasuk pemikiran-pemikiran, tindakan-tindakan nan dipelajari dan diajarkan kepada generasi berikutnya.

Contoh budaya organisasi dalam setiap perusahaan, muncul berdasarkan perjalanan hayati para pegawai. Pada umumnya budaya organisasi terletak pada pendiri organisasi. Merekalah nan berperan krusial dalam mengambil sebuah keputusan dan sebagai penentu arah taktik organisasi. Budaya organisasi juga disebut sebagai budaya perusahaan. Di sinilah program kerja humas di dalam perusahaan berperan krusial dalam mengatur organisasi tersebut.

Jadi, kehidupan organisasi dalam global kerja ada di dalam budayanya. Budaya di sini bukan mengacu pada kebudayaan tradisional atau suku, ras, dan latar belakang individu. Budaya di sini maksudnya ialah sesuatu cara buat hayati di dalam sebuah organisasi. Di dalam budaya organisasi ada iklim atau atmosfer emosional dan psikologis.

Hal tersebut mencakup pada karyawan perusahaan itu sendiri, yaitu semangat kerja, sikap, dan taraf produktivitasnya. Selain itu, budaya organisasi mencakup simbol berupa tindakan, rutinitas, percakapan, dan lain sebagainya, dan makna-makna nan inheren pada simbol tersebut.

Makna tersebut dicapai melalui hubungan atau pengenalan nan terjadi antar pegawai atau karyawan perusahaan tersebut dengan pihak manajemen perusahaan.

Pengertian budaya organisasi menurut Robbins (1996), mengatakan bahwa budaya organisasi dalam sebuah perusahaan itu mencakup beberapa hal, yaitu sebagai berikut.

  1. Terdapat nilai-nilai dominan nan didukung oleh organisasi.
  1. Terdapat falsafah nan menuntut kebijaksanaan organisasi terhadap pegawai dan pelanggan.
  1. Terdapat cara kerja nan dilakukan di perusahaan itu.
  1. Adanya anggapan dan kepercayaan dasar nan terdapat di antara anggota organisasi.

Contoh budaya organisasi, menurut sudut pandang karyawan, memberi panduan pada karyawan terhadap segala sesuatu nan krusial buat dilakukan. Budaya organisasi memiliki peranan penting, yaitu sebagai berikut.

  1. Budaya perusahaan bisa membantu mengembangkan jati diri setiap karyawan nan bekerja di perusahaan tersebut.
  1. Budaya organisasi bisa dipakai buat mengaitkan pribadi karyawan dengan organisasi perusahaan.
  1. Membuat stabilitas organisasi perusahaan menjadi suatu sistem sosial.
  1. Dapat menyajikan panduan konduite karyawan sebagai hasil dari kebiasaan konduite karyawan nan sebelumnya sudah dibentuk.

Dalam membentuk, mengembangkan, memperkuat, atau bahkan mengubah sebuah organisasi, diperlukan sebuah praktek buat menyatukan nilai budaya karyawan dengan nilai budaya organisasi tersebut.

Prakteknya ialah dengan melakukan induksi atau sosialisasi, yaitu melalui transformasi budaya organisasi dan nan berperan di sini ialah PRO itu sendiri. Yang dimaksud dengan pengenalan organisasi ialah serangkaian aktivitas nan secara substantif berdampak kepada penyesuaian aktivitas individual dan keberhasilan organisasi. Misalnya, komitmen, kepuasan, dan kinerja karyawan.

Langkah-langkah pengenalan tersebut nan bisa membantu dan mempertahankan budaya organisasi ialah dengan cara menyeleksi calon karyawan, menempatkan karyawan, mendalami bidang pekerjaan, menilai kinerja karyawan, dan memberikan penghargaan kepada karyawan, serta menanamkan kesetiaan pada nilai-nilai luhur.

Selain itu, memperluas cerita dan warta tentang karyawan, serta mengakui kinerja karyawan dengan cara mempromosikan karyawannya dibantu oleh para PRO.

Hal tersebut bisa memperkuat budaya organisasi dan memastikan bahwa karyawan nan bekerja di perusahaan tersebut bekerja sinkron dengan budaya organisasi nan berlaku, sehingga karyawan tersebut diberikan imbalan sinkron dengan dukungan nan dilakukan oleh karyawan tersebut terhadap perusahaan.

Sosialisasi perusahaan terhadap karyawan dilakukan dengan cara nan efektif bisa menghasilkan kepuasan kerja, komitmen organisasi, rasa percaya diri pada pekerjaan, mengurangi tekanan, dan karyawan akan betah diperusahaan tersebut.

Untuk itu, sebuah perusahaan perlu menyusun anggapan dasar, menyatakan dan memperkuat nilai nan diinginkan, dan menyosialisasikan melalui contoh, agar bisa mempertahankan organisasi tersebut. Budaya organisasi bisa ditemukan melalui tiga tingkatan, yaitu sebagai berikut.



1. Artefak

Pada taraf artefak, budaya itu bersifat kasat mata. Akan tetapi, seringkali hal tersebut tak bisa diartikan, seperti lingkungan fisik organisasi, teknologi di dalam perusahaan, dan cara berpakaian pada global kerja. Pada strata ini, analisa nan dilakukan cukup sulit ditafsirkan, meskipun diperolehnya dengan mudah.



2. Nilai

Pada strata ini, budaya nan ada dalam sebuah perusahaan lebih tinggi dari pada pada artefak, sehingga lebih sulit buat diamati secara langsung. Untuk bisa menyimpulkannya harus melakukan wawancara dengan anggota organisasi perusahaan tersebut. Itu pun harus dengan orang nan mempunyai posisi nan mengerti artefak dokumen perusahaan.



3. Anggapan dasar

Pada strata nan terakhir ini, budaya nan diterima sangat mudah, tapi bagian ini krusial bagi budaya organisasi. Budaya diterima begitu saja, tak kasat mata dan tak disadari. Anggapan dasar ini merupakan reaksi nan berawal dari nilai-nilai nan didukung oleh karyawan.

Apabila anggapan dasar ini sudah diterima, maka kedasarannya akan menjadi hilang. Masksudnya, disparitas antara anggapan dengan nilai artefak terletak pada nilai-nilai nan diperdebatkan apakah diterima atau tidak.

Jadi, program kerja humas berlaku di dalam lingkungan apa saja, baik di sebuah instansi atau perusahaan, di masyarakat umum, atau di global pendidikan. Untuk itu, program kerja sebuah PRO harus benar-benar diperhatikan dan dipahami, sehingga bisa menghasilkan sesuatu nan bermanfaat, salah satunya ialah dengan membantu sebuah organisasi di dalam perusahaan. Semoga bermanfaat.