Jenis-Jenis Agresi Asma

Jenis-Jenis Agresi Asma

Asma bronkial ialah jenis penyakit asma nan timbul sebab penyempitan saluran pernapasan serta merupakan salah satu Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK). Umumnya, penderita merasakan gejala penyempitan jalan napas nan terjadi secara impulsif ataupun bertahap dengan frekuensi nan berubah-ubah.

Gejala tersebut terjadi sebab saluran pernapasan bersifat hiperaktif (bereaksi nan berlebihan) atau hipersensitif (kepekaan nan luar biasa) terhadap bermacam-macam rangsangan. Agresi ini terjadi mendadak, bisa berlangsung dengan singkat, ringan atau berat, dan berhari-hari. Semakin tua usia seseorang, semakin besar kecenderungannya buat mengidap sindrom PPOK.

Gejala ini bisa terjadi sewaktu-waktu ketika bronkus merespon rangsangan dari luar (eksternal/asma imunologi/asma alergi) seperti alergi debu, alergi bulu binatang, alergi serbuk-serbuk, asap obat nyamuk, asap rokok, aroma parfum, antibodi, anitgen, dan sebagainya. Namun, gejala juga bisa muncul sebab faktor dari dalam (internal/asma nonimunologi/asma non alergi).

Faktor dari dalam dan menimbulkan gejala tersebut ialah aktivitas nan berlebihan, perasaan tertekan, perasaan cemas dan tegang, rasa takut, cuaca dingin, perubahan suhu nan drastis, dan infeksi dampak pneumonia atau parainfluenza virus.

Ketika agresi asma terjadi, terdengar bunyi bengek atau mengi ketika penderita menghembuskan napasnya disertai batuk dan sesak napas nan diakibatkan oleh mengejangnya otot-otot polos pada ranting-ranting tenggorokan, peradangan, pembengkakan selaput lendir, dan pembentukan serta penimbunan lendir nan hiperbola dalam rongga saluran pernapasan. Gejala ini harus segera diobati.

Gejala tersebut akan membahayakan penderita jika dibiarkan begitu saja tanpa pengobatan. Meskipun pada beberapa kasus, saluran pernapasan bisa berubah derajat penyempitannya menjadi normal kembali secara impulsif baik melalui pengobatan maupun tidak.

Ketika Anda memeriksakan diri ke dokter, pastikan Anda menjalani inspeksi spirometri, inspeksi sputum, inspeksi alergi, rontgen thorak , dan analisa gas darah buat semakin menguatkan diagnosa penyakit Anda.

Di dunia, angka penderita penyakit Asma Bronkial ini mencapai 300 juta orang. Bahkan dengan kondisi lingkungan nan semakin memburuk oleh pencemaran udara, angka penderita penyakit ini diperkirakan semakin bertambah hingga 100 juta orang. Di Amerika Serikat, angka penderita asma mencapai 15 juta orang dengan persentase penderita 5% orang dewasa dan 8% anak-anak.

Dengan pasien terbanyak di dunia, penyakit asma bronkial merupakan salah satu penyakit kronik dan menahun nan memerlukan penanganan serius. Di Indonesia, 12 juta penduduk atau sekitar 10% orang Indonesia didiagnosa menderita penyakit ini.



Jenis-Jenis Agresi Asma

1. Asma Episodik

Serangan asma terjadi sebab otot polos saluran napas nan berkerut. Penderita asma jenis ini memiliki periode atau waktu bagi penderita terbebas dari agresi asma. Penderita hanya menderita mengi atau bengek sesekali saja ketika ada rangsangan alergi atau bersentuhan dengan faktor penyebab asma .

Pada umumnya, penderita asma episodik selalu memiliki inhaler atau obat pelonggar napas hirup di dekat mereka (menyimpan di kantung atau di tas) nan bisa mereka gunakan sewaktu-waktu ketika agresi datang. Obat nan juga tersedia dalam bentuk tablet maupun sirup ini termasuk kondusif sebab minim imbas samping.

2. Asma Berkelanjutan

Serangan asma terjadi sebab proses peradangan saluran pernapasan. Penderita asma jenis ini hampir setiap hari menderita mengi atau bengek dan dapat dikatakan hampir tak pernah merasakan bebas dari sesak napas.

Hal tersebut disebabkan agresi terjadi lebih sering dampak saluran napas nan mengalami peradangan walaupun penderita telah mengonsumsi obat pelonggar napas. Penderita asma berkelanjutan umumnya memerlukan obat tambahan berupa anti peradangan (steroid).

Untuk lebih memahami penanganan penyakit asma, kita perlu mengetahui dua kategori penyakit ini nan terdiri atas stadium dini dan stadium lanjut.

1. Stadium Dini

Beberapa gejala pada stadium ini diantaranya yaitu penderita mengalami batuk berdahak dan pilek atau tanpa pilek. Tanda lainnya penderita mengalami sesak napas namun suara napas masih terdengar bengek atau mengi.

2. Stadium Lanjut (Kronis)

Pada stadium ini, penderita mengalami sesak napas berat sehingga dada seolah-olah tertekan sesuatu nan berat. Kemudian, suara napas melemah bahkan tak terdengar. Batuk monoton sementara dahak lengket dan sulit buat dikeluarkan. Penderita kesulitan berbicara sebab sulit bernapas, banyak berkeringat seperti orang nan bekerja keras, dan kontraksi otot-otot data sampai sela-sela iga menjadi cekung.



Cara Mencegah Penyakit Asma Bronkial

1. Menghindari Faktor Pemicu Asma

Jika kita memiliki alergi tertentu, upayakan agar kita tak terpapar faktor pemicu nan akan menimbulkan alergi tersebut. Terlebih, agresi asma pada beberapa penderita asma terjadi sebab faktor pemicu seperti bulu binatang, debu, asap, dan lain-lain. Reaksi alergi juga dapat disebabkan obat-obatan, minuman, dan makanan serta kontak kulit dengan barang-barang nan menimbulkan alergi.

2. Meminimalisasi Risiko

Tindakan ini umumnya terkait dengan faktor genetik. Seperti slogan salah satu iklan produk kesehatan, penyakit mungkin diturunkan tetapi kitalah nan menentukan muncul atau tidaknya penyakit itu.

Dengan mengetahui riwayat kesehatan orangtua, keluarga besar, atau kerabat nan pernah atau sedang menderita penyakit asma, kita bisa melakukan upaya buat meminimalisasi risiko agar terhindar dari penyakit tersebut. Tentunya dengan menerapkan pola hayati sehat dan menghindari faktor-faktor nan bisa memicu munculnya asma.

3. Atasi Stres

Serangan asma juga bisa terjadi ketika penderita sedang dalam keadaan tertekan (stres) atau mengalami gangguan emosional (merasa takut, cemas, gelisah, frustasi, dan depresi). Bahkan dalam beberapa kasus, stres atau gangguan emosional bisa memperparah penyakit asma nan diderita oleh seseorang.

4. Waspada terhadap Cuaca

Pada beberapa kasus, penderita asma sering terlambat menyadari bahwa loka tinggal nan lembab merupakan pemicu agresi asma nan mereka alami. Jika kondisi kamar tidur atau rumah Anda sering terkena udara lembab, maka upayakan sirkulasi udara nan baik. Anda bisa mengubah tata letak ruangan agar terkena cahaya matahari dan rutinlah menjemur kasur, bantal, dan selimut di bawah sinar matahari.

Sama halnya dengan mereka nan menderita asma namun tetap tinggal di daerah dingin atau wilayah pegunungan. Jika memang tak dapat atau sulit pindah ke daerah nan lebih hangat, upayakan menggunakan penghangat ruangan saat malam buat menghindari agresi asma saat hawa dingin mendera.

5. Batasi Aktivitas Fisik

Jika Anda memiliki risiko terkena penyakit asma atau bahkan sudah terdiagnosa menderita penyakit asma, selalu ingatkan diri sendiri buat membatasi aktivitas fisik. Jika masih mungkin, Anda bisa memilih pekerjaan nan tak banyak menguras energi.

Untuk Anda nan getol berolahraga, Anda bisa memilih jenis olahraga nan sinkron dengan kapasitas pernapasan Anda. Jangan lakukan olahraga nan terlalu berat dan jangan memaksakan diri sebab agresi asma dapat muncul kapan saja. Bahkan, agresi asma bisa menjadi parah dan mengancam keselamatan Anda. Tentu saja Anda tak ingin hal itu terjadi, bukan?



Cara Mengatasi Penyakit Asma Bronkial

Asma ialah penyakit kambuhan, sehingga dapay dikendalikan meskipun sulit disembuhkan. Hal krusial nan harus dilakukan ialah bagaimana penderita asma bisa mencegah terjadinya agresi asma sehingga terhindar dari sesak napas . Oleh sebab itu, penderita asma perlu memahami dengan baik cara pengobatan nan sahih agar bisa mencegah kambuhnya asma.

Beberapa hal nan bisa Anda lakukan buat mengatasi penyakit asma ialah sabagai berikut.

1. Mencari Informasi dan Konsultasi

Seseorang nan wajib memperhatikan kesehatan dalah diri kita sendiri. Sehat atau sakitnya tubuh kita, kita nan merasakannya bukan orang lain. Oleh sebab itu, kita perlu proaktif mencari informasi dengan membaca artikel, buku, atau majalah nan memuat informasi tentang penyakit asma.

Infomasi nan Anda dapatkan bisa berguna sebagai upaya pencegahan dan penanganan asma. Kemudian, lakukan konsultasi dengan dokter atau pakar kesehatan buat lebih memahami cara menghindari dan menanggulangi penyakit tersebut. Penanganan penyakit secara dini, benar, dan teratur akan bisa meminimalkan agresi asma.

2. Pengobatan Asma

Jangan tunda pengobatan jika Anda memang sudah terdiagnosa penyakit ini. Kunjungi dokter spesialis terdekat dan ikuti seluruh tata cara pengobatan nan terbagi atas pengobatan jangka pendek dan pengobatan jangka panjang.

a. Pengobatan Jangka Pendek

Pengobatan ini umumnya bertujuan buat melebarkan saluran pernapasan nan menyempit, mengurangi produksi dahak nan berlebihan, dan mengatasi sembab selaput lendir, dengan terapi obat-obatan. Biasanya, pengobatan ini dilakukan pada saat terjadi agresi asma nan hebat dan terus dilakukan hingga agresi berkurang.

Obat buat mengatasi penyempitan saluran napas ini dikenal sebagai obat bronkodilator. Fungsi obat ini ialah melemaskan otot polos pada saluran napas. Tiga golongan besar obat ini, yaitu Xantin ( Ephedrine HCl nan terdapat dalam Neo Napacin ) nan bisa diperoleh tanpa resep dokter, Simpatomimetika , dan Antikolinergik .

Selain itu, obat buat mengatasi sembab selaput lendir pada jalan napas dikenal sebagai obat kortikosteroid atau kromolin dan buat mengurangi produksi dahak nan hiperbola yaitu dengan cara mengeluarkan dahak dari jalan napas dengan obat Ambroxol atau Carbo Cystein . Selain itu, jika agresi asma terjadi, tetaplah tenang dan minum air putih hangat nan banyak.

b. Pengobatan Jangka Panjang

Pengobatan ini ditujukan buat mencegah agresi asma dan diberikan selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun secara teratur. Penghentian pengobatan harus mendapat persetujuan dari dokter. Pengobatan jangka panjang ini dikenal dengan nama immunoterapi.

Pengobatan immunoterapi dilakukan dengan cara menyuntikkan bahan penyebab alergi kepada penderita alergi nan dosisnya dinaikkan secara bertahap dengan tujuan buat mengurangi kepekaan penderita terhadap bahan penyebab alergi tersebut (hiposentisisasi) atau menghilangkan kepekaan penderita terhadap alergi tersebut (desentisasi).

Mencegah tentunya selalu lebih baik daripada mengobati. Semoga artikel ini bisa memberikan pemahaman kepada Anda agar bisa menghindarkan diri dari penyakit asma dan bisa segera melakukan pengobatan jika Anda sudah terdiagnosa. Karena ketika Anda sakit, Anda menyadari bahwa kesehatan ialah hal nan berharga.