Etika Komunikasi dalam Ilmu Komunikasi

Etika Komunikasi dalam Ilmu Komunikasi

Arus informasi dewasa ini begitu cepat berkembang, sehingga memerlukan etika komunikasi untuk mengaturnya. Di antara derasnya perkembangan komunikasi. Apalagi di tengah berkembangnya arus pasar bebas. Sehingga setiap orang harus bersicepat dalam menangkap dan memahami arus informasi.



Pengertian tentang Komunikasi

Pernahkah Anda merasa pernah melakukan komunikasi nan sia-sia? Seolah Anda sedang tak berpijak pada realita dan tak mampu memahami komunikasi nan tengah Anda lakukan. Atau dalam kalimat lain, mengapa komunikasi sering tak nyambung ?

Memang kadang jadi terasa serbasalah. Padahal meskipun setiap kata sudah dipikirkan sedemikian rupa, namun tetap saja kadangkala komunikasi tak berjalan dengan semestinya. Ada saja nan membuat komunikasi menjadi tersendat.

Lalu apa sebenarnya makna atau pengertian dari komunikasi itu sendiri? Ilmu komunikasi ialah suatu proses penyampaian pikiran atau pesan dari komunikator kepada komunikan, melalui suatu media spesifik dan tertentu, dengan maksud buat memperoleh hasil atau umpan balik nan diharapkan



Pemahaman Lain tentang Komunikasi

Beberapa komunitas juga sering memaknai lain tentang komunikasi. Pemahaman lain tentang komunikasi, nyatanya memang memiliki banyak dimensi. Seperti, komunikasi itu juga ialah seni. Komunikasi itu seni nan nyeni . Dibutuhkan rasa dan karsa taraf tinggi buat menjadi seorang komunikator nan handal dan beretika. Keilmuan nan luas, kecerdasan nan luar biasa, belumlah menjamin bahwa seseorang dapat menjadi seorang komunikator nan ulung.

Ada banyak hal nan menjadi penghambat dalam berkomunikasi. Antara lain : kurang memahmi makna komunikasi, tak mengerti etika komunikasi, tak mengikuti trend perubahan masyarakat, Norma komunikasi nan tak efektif.

Karena itu salah bicara sedikit, bila nan tengah Anda ajak berbicara sedang dalam kondisi sensitif, dapat langsung berbuah masalah. Padahal, jika dengan orang lain, apa nan sedang Anda bicarakan merupakan topik nan biasa saja. Tapi tak dengan si sensitif tadi. Apabila hal ini terjadi, itu berarti Anda kurang peka terhadap kondisi dan situasi nan tepat terhadap versus bicara Anda.



Etika Komunikasi dalam Ilmu Komunikasi

Sebelum Anda memahami tentang etika komunikasi, maka ada baiknya Anda mengerti dulu unsur-unsur komunikasi. Unsur-unsur komunikasi tersebut ialah :

  1. Komunikator atau penyampai pesan

Yang dimaksud dengan komunikator ialah subyek nan membawa dan menyampaikan pesan. Baik pesan kepada seseorang atau kepada komunitas.

  1. Pesan

Adalah isi pesan nan ingin disampaikan.

  1. Komunikan atau penerima pesan

Yang dimaksud dengan komunikan ialah subyek nan menerima pesan nan dibawa tadi.

  1. Tujuan

Maksudnya ialah tujuan dari penyampaian pesan tersebut.

  1. Umpan balik

Maksudnya sudah jelas ialah umpan balik atau feedback nan diharapkan dari penerimaan dan penyampaian pesan tadi.

  1. Halangan

Terkadang dalam sebuah proses komunikasi menemui beberapa hambatan nan cukup berarti atau biasa saja. Hal ini merupakan batas kewajaran pada saat terjadinya sebuah komunikasi.

Nah, kini setelah Anda memahami unsur-unsur komunikasi tersebut, berarti Anda telah mampu memahami juga etika dalam berkomunikasi. Yakni batasan-batasan nan tak boleh dilampaui dalam proses sebuah komunikasi. Agar komunikasi tersebut bisa berjalan sinkron dengan nan diharapkan.

Pada umumnya etika komunikasi meski tanpa anggaran khusus, namun diharapkan tak dilanggar. Agar tak terjadi macetnya sebuah komunikasi.



Dasar-dasar Etika Komunikasi

Di awal telah dijelaskan tentang makna komunikasi dan juga unsur-unsur komunikasi. Di mana sebuah komunikasi memiliki etika komunikasi nan tak boleh dilampaui batas-batasnya.

Lebih jauh lagi sebuah komunikasi pada umumnya dilakukan secara dua arah, maupun multiple audience. Artinya, komunikasi dilakukan antara dua orang, atau satu orang kepada lebih dari satu versus bicara.

Dan dalam berkomunikasi juga dibutuhkan aturan-aturan atau rambu-rambu. Sehingga komunikasi tak berarti lebih dari sekadar asal bicara, apalagi asal bunyi. Ada etika nan harus ditaati, baik nan tersurat maupun nan tersirat. Namun demikian, pada dasarnya etika itu bisa berdasarkan 5W+1H.

1. Who (Siapa)

Dengan mengetahui siapa nan Anda ajak berkomunikasi, Anda bisa langsung menyesuaikan diri. Nada suara, mobilitas tubuh, pandangan mata, hendaknya seirama dengan siapa Anda berbicara. Misalnya, bila berbicara dengan anak-anak, nada suara agak direndahkan, mobilitas tubuh agak mengikuti anak-anak nan tengah Anda ajak bicara, pandangan mata menjadi lebih lembut.

Dari pengalaman umum, bagaimana Anda bersikap dan tepat dalam bersikap pada saat berkomunikasi. Telah mengisyaratkan 75% keberhasilan dalam berkomunikasi. Artinya Anda pandai dalam menilai kepada siapa Anda berbicara pada saat tersebut.

2. What (Apa)

Setelah tahu siapa nan menjadi teman Anda berkomunikasi, kini Anda dapat menyesuaikan apa nan hendak dibicarakan. Rasanya tak akan nyambung berbicara tentang reksadana syariah kepada orang nan tak tahu bahkan tentang bank sekalipun. Hanya buang-buang waktu dan membuat kita semakin terpuruk pada kegagalan dalam membangun sebuah komunikasi.

Pahami lebih dulu apa trend nan sedang in atau tengah booming , sebelum Anda jadikan sebuah topik pembicaraan. Agar komunikasi dan pembicaraan Anda tak sia-sia.

3. Where (Di Mana)

Membicarakan tentang politik di loka pesta ulang tahun teman? Well , sebaiknya hindari saja. Jangan menjadi perusak suasana. Bergurau secara hiperbola ketika sedang menikmati santap malam di sebuah restoran hotel nan cukup mewah saja Anda akan menjadi pusat perhatian bahkan akan dicap menjadi seorang perusuh. Dapat jadi semua mata akan memandang Anda.

Agaknya pepatah nan menyebutkan bahwa ‘lain ladang, ladang belalang. Lain kolam, lain ikannya’ ialah sahih adanya. Apa nan biasanya Anda anggap biasa, mungkin menjadi sangat luar biasa di loka lain. Begitupun sebaliknya. Yang Anda anggap bermasalah, ternyata malah menjadi adat di loka lain. Buka mata, buka hati, buka telinga, lebarkan kulit, tajamkan penciuman, pekakan rasa, menjadi kunci bagaimana membawa diri di loka nan berbeda.

4. When (Kapan)

Waktu sangatlah krusial buat diperhitungkan dalam menjaga etika komunikasi. Tidak mudah buat menjadi pandai mengetahui kapan waktu nan tepat buat membicarakan sesuatu. Mengetahui tentang Norma seseorang nan Anda ajak berkomunikasi sangatlah penting. Agar apa nan Anda bicarakan menjadi efektif dan efisien. Misalnya, kapan waktu nan tepat buat melamar seorang gadis. Tentunya harus dipilih waktu luang dengan suasana nan santai. Temuilah orang tua gadis tersebut sehabis maghrib atau isya, sekitar pukul 7 atau pukul 8 malam.

Atau ketika Anda menginginkan sebuah promosi atau kenaikan gaji. Carilah waktu nan tepat buat berbicara dengan boss Anda. Apabila salah memilih waktu, pembicaraan dan komunikasi Anda bukan saja tak efektif, justru mungkin akan berakhir dengan kegagalan.

5. Why (Mengapa)

Mengapa, suatu pertanyaan nan dapat menjadi tujuan dari arah pembicaraan. Tujuan ini disesuaikan dengan siapa, apa, di mana, dan kapan ketika Anda mengutarakan maksud dan tujuan pembicaraan Anda. Menentukan arah pembicaraan itu penting. Selain agar dapat lebih fokus, tujuan akan membuat kita memilih kata-kata nan tepat buat mendapatkan sasaran. Arah pembicaraan, akan membuat pembicaraan Anda menjadi lebih efektif pula.

6. How (Bagaimana)

Tujuan baik, tapi cara penyampaian tak baik, hancurlah sudah. Komunikasi Anda bisa saja dianggap tak beretika. Cara akan membawa rupa, rupa dapat membawa berkah atau petaka. Cara ini sangat krusial buat dipertimbangkan dengan matang. Salah-salah semua nan sudah Anda rencanakan menjadi berantakan hanya gara-gara sedikit salah melangkah.

Kini, diharapkan Anda telah siap buat menjalin sebuah komunikasi. Dan Anda benar-benar telah memahami etika komunikasi nan tepat dalam melakukan pembicaraan bermutu Anda. Good luck .