Sejarah Uang Rupiah

Sejarah Uang Rupiah

Tahukah Anda, sejak kapan rupiah mulai digunakan? Ternyata telah ada bahkan sebelum Indonesia merdeka. Dan tahukah Anda bahwa nama rupiah terinspirasi dari nama mata uang negara India (rupee)? Pertanyaan-pertanyaan ini niscaya menarik buat diketahui. Dan akan lebih menarik lagi ketika mengetahui bagaimana sejarah mata uang rupiah dari awal kemunculannya hingga kini.



Awal Mula Adanya Uang

Namun, sebelum menelusuri sejarah uang rupiah, ada baiknya diketahui terlebih dahulu apa dan bagaimana manusia mulai mengenal uang. Sejak kapan uang mulai difungsikan sebagai alat tukar dan alat pembayaran nan disepakati bersama. Dan bagaimana uang secara fisik mengalami ‘perubahan bentuk’. Dari logam mulia, barang-barang eksklusif nan dianggap punya nilai hingga ke bentuk nan lazim sekarang (kertas dan logam).

Para pakar sejarah mengemukakan bahwa uang mulai dikenal pada awal abad ke-25 sebelum Masehi. Suatu masa nan sangat lama. Yang mengabarkan sejak peradaban manusia telah ada, manusia pun sudah mengenal keberadaan uang.

Saat itu, uang berupa logam mulia seperti emas, perak, dan tembaga, digunakan sebagai alat tukar nan dianggap punya nilai. Peradaban besar seperti di Mesir, Asia Kecil (peradaban Mesopotamia), ialah peradaban nan pertama kali masyarakatnya bertransaksi dengan uang dari logam mulia tersebut.

Hanya saja, ketika itu, logam nan digunakan belum diberi ornamen (cap) apa pun. Masih polos berbentuk batangan atau dibentuk dengan rupa eksklusif (koin). Baru pada sekitar abad ke-20 sebelum Masehi, para arkeolog menemukan uang logam (koin) nan sudah dicap dan diberi nilai eksklusif di Cina.

Adanya pencantuman nilai (angka tertentu) pada koin, mempermudah proses pertukaran. Karena, angka nan ada di koin jadi patokan niscaya berapa nilai dari uang tersebut. Selain uang nan berbentuk koin logam mulia, di Cina juga menggunakan garam buat menukarnya dengan barang-barang murah dan sutra bagi barang-barang mahal.

Peradaban nan lain pun juga sama. Selain logam, ada nan menggunakan barang keramik, kerang, logam, dan kertas sebagai alat tukarnya.Dari contoh-contoh di atas, jelas terlihat bahwa uang sebagai alat tukar dan alat pembayaran harus punya nilai. Nilai ini pun harus disepakati (diketahui) bersama oleh sekelompok masyarakat di wilayah tertentu.



Bentuk-bentuk Uang

Kini, uang tidak hanya memiliki dua fungsi (alat tukar dan pembayaran). Fungsi uang sudah meluas. Mulai dari sebagai alat pembayaran utang hingga alat penunda pembayaran. Contohnya, bisa dilihat dari majemuk jenis uang nan dikenal sekarang. Yaitu uang kartal, giral dan kuasi.



1. Uang Kartal

Pengertian lain dari uang kartal ialah uang nan lazim digunakan atau uang absah di suatu wilayah atau negara. Umumnya berbentuk kertas dan logam. Dikeluarkan oleh suatu forum (bank sentral) eksklusif nan ditunjuk oleh negara.

Lembaga ini punya hak tunggal buat mencetak dan menyebarluaskan uang nan berfungsi sebagai alat pembayaran itu. Selain uang nan dicetak oleh bank sentral, dianggap tak absah dan ilegal. Pelakunya bisa dikenai sanksinya berat dan dianggap membuat uang palsu dengan sanksi kurungan dan denda.



2. Uang Giral

Fungsi uang giral hampir sama dengan uang kartal. Hanya saja, pada uang giral bentuknya tak berupa kertas dan logam nan dicetak oleh bank sentral, tapi bisa berupa cek, giro, telegraphic transfer, dan lain-lain. Intinya, uang giral merupakan tagihan kepada bank dari masyarakat pengguna jenis uang tesebut.

Memang, uang giral tak seleluasa digunakan seperti uang kartal. Hanya, uang giral lebih kondusif dan praktis. Seseorang nan membawa uang giral, tak perlu merasa risi sebab dirampok atau kehilangan. Jika itu nan terjadi, ia cukup segera memblokirnya.

Praktis uang giral itu tidak lagi punya nilai dan kehilangan fungsinya sebagai uang. Begitu pun dari sisi kepraktisan. Tak perlu sekarung uang jika dengan uang giral dapat diwakilkan hanya menggunakan selembar kertas dengan nilai nan sama. Bentuk uang giral nan dekat dengan Anda ialah kartu ATM.



3. Uang Kuasi

Bebeda dengan kedua jenis uang sebelumnya, uang kuasi ialah surat atau sertifikat berharga. Nilai nan dimilikinya membuat uang kuasi juga dapat digunakan sebagai alat pembayaran nan sah, pembayaran utang hingga alat penunda pembayaran. Contoh bentuk dari uang kuasi ialah saham, obligasi, dan lain-lain.



Sejarah Uang Rupiah

Bagaimana dengan uang di negeri kita sendiri, Indonesia? Rupiah ialah nama nan disepakati sebagai nama dari mata uang negara Indonesia. Secara resmi, memang rupiah ditetapkan sebagai nama alat pembayaran pada 2 November 1949. Empat tahun setelah bangsa ini merdeka. Namun, cikal bakal rupiah dan penggunakan nama rupiah sudah ada jauh hari sebelumnya.

Kata ‘rupiah’ asalnya dari ‘rupee’, mata uang India. Tidak diketahui secara pasti, apa nan menyebabkan pengaruh mata uang dari negeri anak benua itu hingga menginspirasi nama mata uang Indonesia. Tapi, ketika Indonesia masih berada di bawah penjajahan Belanda, rupiah belum digunakan.

Masyarakat nusantara saat itu menggunakan Gulden Belanda (1610-1817), kemudian berganti ke Gulden Hindia Belanda (1817-1942). Ketika Jepang menginvasi Indonesia, buat nan pertama kalinya nama rupiah digunakan sebagai nama dari mata uang Indonesia. Namanya rupiah Hindia Belanda. Setelah Indonesia merdeka (1945), bank sentral nan ketika itu bernama Bank Jawa (Javaans Bank) memperkenalkan mata uang rupiah jawa sebagai pengganti rupiah Hindia Belanda.

Kekisruhan mempertahankan kemerdekaan dari rongrongan Belanda nan hendak menjajah kembali Indonesia, membuat banyak jenis mata uang nan beredar di masyarakat. Ada gulden NICA (buatan sekutu), beberapa mata uang protesis para gerilyawan Indonesia, termasuk juga rupiah jawa.

Setelah pertikaian dengan Belanda bisa diselesaikan, dan kondisi perpolitikan di Indonesia lebih kondusif, Indonesia pun menetapkan rupiah sebagai mata uang kebangsaannya. Tanggal tepatnya ialah 2 November 1949.



Masa Depan Uang Rupiah

Dampak dari krisis ekonomi Asia pada 1998 lalu, memukul jatuh perekonomian Indonesia. Nilai mata uang rupiah terjun bebas sebanyak 35 persen. Taraf inflasi membumbung tinggi. Nilai uang nan sebelumnya punya nilai, jadi berkurang bahkan ada nan tidak lagi bernilai.

Contoh, sebelum krisis, satuan 25 rupiah, 50 rupiah, 100 rupiah, 500 rupiah hingga 1.000 rupiah masih punya nilai tukar nan cukup berarti. Namun setelah krisis, satuan-satuan rupiah tersebut terpangkas hingga lebih separuh dari nilai tukar sebelumnya.

Rupiah pun seperti mengulang kembali sejarah. Yaitu ketika di masa awal kemerdekaan, rupiah mengalami taraf inflasi nan cukup tinggi. Ini menyebabkan beberapa satuan uang hilang dari peredaran sebab satuan itu tak lagi bernilai penting.

Berikut ialah daftar nama-nama satuan uang nan pernah dipakai namun terpaksa lenyap sebab penurunan nilai rupiah:

  1. Sen (setara dengan seperseratus rupiah).
  2. Cepeng atau hepeng (setara dengan seperempat sen).
  3. Peser (setara dengan setengah sen).
  4. Pincang (setara dengan satu setengah sen).
  5. Gobang atau benggol (setara dengan dua setengah sen).
  6. Ketip/kelip/stuiver (setara dengan lima sen).
  7. Picis (setara dengan sepuluh sen).
  8. Tali (setara dengan seperempat rupiah).
  9. Ringgit (setara dengan dua setengah rupiah).
  10. Kupang (setara dengan setengah ringgit).

Kini, walaupun badai krisis ekonomi telah berlalu lebih dari satu dasa warsa nan lalu, namun ancaman inflasi masih membayang-bayangi. Dampak konkret dari inflasi ialah turunnya nilai tukar rupiah. Lihat saja sebelum krisis (tahun 1995), nilai tukar uang rupiah terhadap satu dolar Amerika (USD) sebesar Rp2.248, -. Namun ketika krisis (1999), nilai tukar anjlok menjadi Rp7.810,-. Sekarang (2011), nilai rupiah bertengger di angka Rp9.113,-.

Karenanya, salah satu usaha Bank Indonesia (bank sentral) buat mengendalikan taraf inflasi ialah dengan mengeluarkan planning meredenominasi rupiah. Yaitu kebijakan mengurangi nilai pecahan mata uang rupiah tanpa mengurangi nilainya dengan cara menghilangkan tiga atau empat angka nol terakhir. Contohnya, pecahan rupiah 100.000 menjadi 10 atau 100 rupiah tanpa nilai tukarnya terkurangi.

Tulisan ini bukan dalam rangka membahas bagaimana mencari, mengelola, apalagi “menernak” uang. Tetapi, lebih kepada kilasan singkat, budaya, arti, dan manfaat pragmatis dari uang.

Dalam ilmu ekonomi uang diartikan secara generik diterima sebagai alat pembayaran buat pembelian barang dan jasa. Uang memberi pilihan lebih mudah daripada barter. Barter tak efektif dan efisien sebab membutuhkan orang nan memiliki minat nan sama.

Kesulitan barter salah satunya ialah menentukan nilai dalam pertukaran. Di samping itu “uang barter” lebih sulit disimpan mengingat bentuknya nan beraneka ragam dan berbeda-beda.

Apalah artinya sejarah uang dengan segala asal-usulnya. Orang barangkali sudah tak ambil pusing dengan semua itu. Tetapi, akan pusing kalau tak punya uang. Benar, uang tak dibawa mati. Namun, uang bisa menyelamatkan orang nan hampir mati.

Benar, uang ialah akar kejahatan. Namun, tak punya uang menyebabkan pikiran orang menjadi jahat. Fungsi uang lebih praktis daripada sekadar merenungkan uang secara teoretis. Oleh sebab itu, siang malam orang mencari uang. Meskipun pada akhirnya uang itu akan habis lagi dan habis lagi.

Manusia seperti “tak henti-hentinya” berpikir mencari, menjemput, menjaring, dan memasang “perangkap jebakan” agar uang terus mengalir. Mengapa manusia bertindak demikian? Sebab, ia ingin kaya. Kelak, kalau sudah kaya ia dapat senang dan membeli seluruh mimpi-mimpinya dan sejuta keinginan lainnya.

Padahal, penelitian menyebutkan dan sudah banyak ditulis dalam referensi. Kebahagiaan datang dari keberlimpahan, rasa syukur, dan terangkatnya derajat sosial. Jadi, kendati pun Anda kaya-raya dan punya segalanya, selagi derajat sosial Anda tak terangkat, Anda tak bahagia.Sekalipun begitu, menjadi kaya ialah hak setiap orang.



Bahan Standar Dasar Pembuatan Uang
  1. Uang logam; emas atau perak mudah dikenali dan tak mudah rusak atau hancur.

  2. Uang kertas terbuat dari kertas biasanya bergambar dan diberi cap nan sah.

  3. Uang zaman dahulu menggunakan kulit binatang, kerang, batu, logam, dan lain sebagainya. Terpenting pada saat itu dapat dijadikan alat pembayaran.


Teori Uang
  1. Teori uang statis mempelajari apakah sebenarnya uang? Mengapa uang ada harganya? Mengapa dan bagaimana cara uang beredar dan diedarkan? Jika mencetak uang mudah, mengapa tak mencetak uang sebanyak-banyaknya? Teori ini tak membahas perubahan nilai nan diakibatkan perkembangan ekonomi.

  2. Teori uang dinamis ialah kebalikan teori tidak aktif yakni mempersoalkan terjadinya perubahan dalam nilai mata uang.


Uang: Unik dan Lucu
  1. Pemerintah Filipina pada tahun 1998 pernah membuat uang kertas terbesar di global dan bernilai 100.000 peso.

  2. Bank Inggris pada tahun 1948 mengeluarkan uang kertas satuan setara dengan nilai £1,000,000

  3. Pertama kali ada ATM (Anjungan Tunai Mandiri) tahun 1968 di London.

  4. Peredaran uang palsu bisa membuat ekonomi suatu negara terganggu.

  5. Pada uang kertas, gambar paras cantik Ratu Elizabeth II telah digunakan oleh lebih dari 33 negara.

  6. Uang kotor (haram) dan istilah cuci uang. Pernah benar-benar terjadi di Amerika. Sebab, saat itu mayoritas uang dolar terkontaminasi kokain dan banyak digunakan sebagai gulungan (alat penyedot) dari serbuk kokain ke hidung.

  7. Pada tahun 2009 Zimbabwe mengalami inflasi paling tinggi di dunia. Peristiwa ini ditandai dengan pembakaran dolar.

  8. Ternyata pertama kali ada uang kertas ialah di Cina pada tahun 907 M.


Uang Kata Mereka
  1. Ketika uang berbicara, kebenaran tetap diam— Peribahasa Rusia.

  2. Dalam Tuhan kita “percaya,” nan lain harus membayar tunai— Peribahasa Amerika .

  3. Saya ingin hayati sebagai orang miskin dengan banyak uang— Pablo Picasso.

  4. Uang ialah agama semua orang— Voltaire.

  5. Jangan pernah menginvestasikan uang pada apa pun nan Anda makan atau buat kebutuhan servis perbaikan— Billy Rose.

  6. Uang ialah indera keenam— H. Mulyadi MM

  7. Uang orang bijak ialah agama— Euripides.

  8. Uang menghasilkan uang— Peribahasa Indonesia .

  9. Uang seperti kotoran tak baik kecuali menyebar. Jika Anda menimbunnya di satu loka baunya seperti neraka— Peribahasa Jerman.

  10. Uang berbeda dari mobil atau gundik dan menjadi sama pentingnya dengan mereka nan memiliki dan mereka nan tidak— John Kenneth Galbraith.

  11. Uang, ternyata, persis seperti seks, Anda memikirkan hal lain jika Anda tak memilikinya dan masih memikirkan hal-hal lain jika Anda sudah memilikinya— James Baldwin.

  12. Orang bekerja buat memperoleh uang, tetapi enggan belajar agar uang bekerja buat mereka— Kiyosaki .

  13. Tanpa uang, ketenaran sudah mati— Peribahasa Irlandia.

  14. Orang nan berpikir, uang tak penting. Ini ialah semacam keangkuhan spiritual nan membuat orang berpikir bahwa mereka dapat senang tanpa uang— Albert Camus.

  15. Uang tak berbicara, ia bersumpah— Bob Dylan.

  16. Taruh uang di dompet-Mu— William Shakespeare.

Percayalah, jika Anda benar-benar masih bisa menghitung uang Anda. Sungguh mati, Anda tak benar-benar orang kaya.



Koleksi Uang Kuno

Setiap orang niscaya memiliki hobi nan berbeda-beda, seperti menonton film, memancing, mengumpulkan komik, dan lain-lain. Salah satu hobi nan sporadis dilakukan atau dapat dikatakan cukup langka ialah mengoleksi uang antik atau istilah nan populer ialah “numismatik”.

Hobi mengoleksi uang ialah sesuatu nan unik sebab uang antik sangat susah didapat. Selain itu, hobi mengoleksi uang juga membutuhkan kesabaran, ketelitian, dan tentunya kondisi keuangan nan memadai. Untuk menjadi seorang kolektor uang antik sejati, banyak hal nan wajib dipelajari. Seorang kolektor uang antik harus memiliki minat dan kemauan buat belajar. Ada banyak literatur dan serikat nan bisa dijadikan acuan, misalnya:

  1. Katalog Uang Kertas Indonesia cetakan 1996, 2005, atau 2010;
  2. Katalog Uang Logam Indonesia;
  3. Standard Catalog of World Paper Money ( Krause );
  4. Catalog of Paper Money (Johan Mevius);
  5. katalog lelang dari berbagai balai lelang (lokal dan internasional);
  6. majalah atau literatur terbitan Asosiasi Numismatik Indonesia; dan
  7. informasi dari internet seperti blog atau nan lainnya.

Sumber-sumber informasi tersebut bisa memberi banyak pengetahuan seputar uang kuno, seperti jeis atau seri uang antik (contohnya seri Soekrno 1960, seri Bunga Burung 1959, seri Pekerja 1958, dan seri-seri lainnya). Selain itu, infomasi lain nan didapat ialah harga dari setiap uang antik tersebut.

Harga uang antik dipengaruhi oleh kualitas uang itu sendiri. Semakin baik kualitas suatu uang kuno, maka semakin mahal harganya dan sebaliknya. Oleh sebab itu, krusial bagi para kolektor uang antik buat mempelajari kualitas suatu uang. Ada beberapa istilah spesifik nan berhubungan dengan kualitas uang kuno, seperti Uncirculated, Extremely Fine, Very Fine, Fine, Very Good, Fair, dan lain-lain.