Puisi Lama - Pantun

Puisi Lama - Pantun

Siapa nan tidak mengenal puisi? Rangkaian kata nan terdiri dari beberapa bait berisi baris-baris kata nan mengandung arti. Banyak sekali media cetak nan menyediakan kolom puisi, biasanya para pembaca boleh mengirimkan puisi ciptaannya dan dimuat dalam media cetak tersebut. Tapi pernahkah Anda membaca puisi lama ?

Perkembangan puisi ternyata bertahap. Prosa sastra Indonesia dalam bentuk puisi terdiri dari tiga jenis sinkron dengan periodenya, yaitu puisi lama, puisi baru, dan puisi modern.

Puisi lama berbeda dengan puisi modern nan saat ini sering Anda baca. Dalam puisi lama terikat banyak aturan-aturan. Di antaranya tentang penerapan jumlah kata dalam satu baris, jumlah baris dalam satu bait, tentang anggaran rima, banyaknya suku kata tiap baris puisi, dan anggaran buat irama puisi itu sendiri.

Kekayaan kesusasteraan Indonesia semakin berkembang seiring dengan kemajuan sastra di Indonesia. Namun, puisi lama tidak akan pernah tergantikan. Puisi lama memegang peranan krusial dalam perkembangan karya sastra di Indonesia. Banyak para pujangga lama nan sukses membuat puisi lama nan sampai saat ini masih harum karyanya. Buah pikiran dan kreativitas para pujangga lama sangat terasa hingga kini.

Puisi lama terdiri dari gurindam, syair, pantun, mantra, dan peribahasa. Berikut akan dibahas mengenai pengertian masing-masing dari bentuk puisi lama tersebut.



Gurindam, Puisi Lama Dua Baris

Pernahkah Anda mengenal istilah gurindam? Gurindam ialah jenis puisi lama nan terdiri dari dua baris. Semuanya merupakan isi dan menunjukkan interaksi karena akibat. Dalam gurindam biasanya berisikan mengandung petuah atau nasihat.

Sesuai dengan ketentuan puisi lama nan banyak sekali terikat aturan, dalam gurindam pun berisi aturan-aturan nan banyak. Ciri-ciri gurindam di antaranya tiap bait terdiri dari dua baris nan merupakan isi semua, baris pertama merupakan karena atau pertanyaan dan baris keduanya merupakan dampak atau jawaban, gurindam berisikan nasihat atau sindiran, dan karakteristik lainnya ialah bersajak sama a-a, b-b, c-c, dan seterusnya.

Gurindam atau puisi lama tulisan Raja Ali Haji nan berjudul “Gurindam Dua Belas” ialah gurindam nan paling terkenal, terdiri dari 12 pasal.
Contoh beberapa isi pasal “Gurindam Dua Belas” nan banyak sekali berisi petuah atau nasihat dan mengagungkan keesaan dan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

Barangsiapa mengenal Allah / Suruh dan tegahnya tiada ia menyalah
Barangsiapa mengenal akhirat / Tahulah ia global mudarat

Barangsiapa meninggalkan sembahyang / Seperti rumah tiada bertiang
Barangsiapa meninggalkan zakat / tiadalah hartanya beroleh berkat

Apabila terpelihara lidah / Pasti bisa daripadanya paedah
Apabila perut terlalu penuh / Keluarlah fiil nan tak senunuh

Hati itu kerajaan di dalam tubuh / Jikalau lalim, segala anggota pun rubuh
Pekerjaan marah jangan dibela / Nanti hilang akal di kepala

Gurindam (puisi lama) tersebut hingga kini sangat terkenal. Banyak sekali petuah dan nasihat bijak di dalamnya. Sekilas membacanya pun, Anda niscaya dapat merasakan nasihat nan disampaikan oleh penulis gurindam tersebut.



Puisi Lama - Syair

Jenis puisi lama lainnya ialah syair. Syair termasuk bentuk puisi lama nan paling terkenal. Sebuah syair umumnya ditulis dengan sangat panjang sebab mengandung unsur cerita seperti cerpen. Terkadang, seorang penyair sporadis sekali menyantumkan namanya pada syair nan diciptakannya alias anonim.

Syair berasal dari bahasa Arab nan artinya puisi atau sajak. Dalam kesusastraan Indonesia, syair berarti puisi lama nan terdiri atas empat baris per bait, memiliki rima / a a a a /. Semua baris merupakan isi dan mempunyai bunyi nan sama serta tak memiliki sampiran. Isi syair bercerita tentang kisah, hikayat, nasihat, atau tentang alam.

Contoh syair:

Wahai Ananda dengarlah pesan
Pakai olehmu sifat anak jantan
Bertanggung jawab dalam perbuatan
Beban dipikul pantang dielakkan

Wahai Ananda intan pilihan
Sifat tanggung jawab engkau amalkan
Berani mencencang terpotong tangan
Berani berhutang tumbuhlah beban

Wahai Ananda permata hikmat
Tanggung jawabmu hendaklah ingat
Berani menanggung karena akibat
Berani berbuat tangan dikebat

Wahai Ananda Bunda berpesan
Tanggung jawabmu jangan tinggalkan
Sakit dan perih engkau tahankan
Aib dan malu engkau tampungkan

Jelas sekali dalam syair berbentuk cerita panjang nan mengandung petuah bijak dan nasihat bagi seseorang. Puisi lama ini sampai saat ini masih berkembang dan banyak sekali penyair di Indonesia nan masih aktif membuat syair-syair kebajikan.



Puisi Lama - Pantun

Anda tentu mengenal pantun? Saat ini, banyak orang nan suka berpantun. Bahkan anak remaja pun selalu membuat pantun, meskipun pantun nan dibuatnya tak mengandung unsur sastra seperti zaman dahulu. Lebih ke arah pantun buat lawakan ataupun mengandung kekeh pendengarnya. Tapi tahukah Anda bahwa pantun juga tergolong sebagai salah satu bentuk puisi lama?

Pantun ialah jenis puisi lama nan terdiri atas empat baris, memiliki rima atau persamaan bunyi berupa /a b a b/, baris pertama dan kedua merupakan sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat merupakan isi. Setiap baris terdiri atas 4 hingga 5 kata nan terdiri atas 8 hingga 12 suku kata.

Ada beberapa jenis pantun. Menurut bentuknya, pantun dibedakan menjadi pantun biasa, pantun jenaka, pantun orangtua, dan seloka. Pantun biasa merupakan puisi lama seperti pantun nan saat ini kita kenal. Pantun jenaka berisi pantun nan menghibur, biasanya juga berupa insinuasi buat seseorang. Pantun orangtua akan berisi petuah, nasihat, adat, maupun tentang agama. Sedangkan pantun seloka merupakan pantun berkait. Masing-masing bait saling berhubungan dengan bait lainnya.



a. Contoh Pantun (puisi lama) Biasa

Jika ada sumur di ladang
Boleh kita menumpang mandi
Bila ada umurku panjang
Boleh kita bertemu lagi



b. Contoh Pantun (puisi lama) Jenaka

Pergi ke pasar membeli kasa
Jangan lupa membawa dompet
Hati siapa nan tidak suka
Melihat monyet sedang berjoget



c. Contoh Pantun (puisi lama) Orangtua

Membeli sayur di tengah pasar
Pedagang sayur di pinggir pagar
Jika kau rajin belajar
Akan menjadi anak nan pintar



Puisi Lama - Mantra Hingga Peribahasa

Mantra nan termasuk puisi lama ialah kata atau ucapan nan mengandung hikmah serta memiliki kekuatan gaib. Kekuatan mantra dianggap bisa mengobati atau menembuhkan suatu penyakit serta bisa dipercayai mendatangkan celaka. Keberadaan mantra dalam masyarakat lama pada mulanya bukan sebagai karya sastra puisi lama, melainkan lebih banyak berhubungan dengan kepercayaan dan adat masyarakat.

Puisi lama lainnya ialah peribahasa. Pengertian peribahasa ialah kalimat nan mengiaskan maksud tertentu. Dalam peribahasa terdapat berbagai bentuk, yaitu pepatah, perumpamaan, ungkapan, tamsil, dan pameo.

Sementara nan dimaksud dengan puisi lama berbentuk pepatah ialah peribahasa nan mengandung ajaran atau nasihat dari orangtua. Misalnya, di mana bumi dipijak, di situ langit di junjung nan artinya kita harus menyesuaikan diri dengan lingkungan loka tinggal kita berada.

Perumpamaan sebagai salah satu bentuk puisi lama ialah kalimat nan mengungkapkan perbandingan atau pengibaratan sesuatu dengan sesuatu nan dapat dikiaskan. Misalnya bagai bulan dengan matahari ketika melihat seseorang nan berbeda sifatnya dengan nan lainnya.

Ungkapan dalam kajian puisi lama ialah kiasan buat memperhalus maksud kalimat. Misalnya kura-kura dalam perahu , artinya pretensi tak tahu. Contoh lainnya ialah belum bertaji hendak berkokok , artinya belum mempunyai keahlian apa-apa, tetapi sudah menyombongkan diri.

Sementara bentuk puisi lama Tamsil ialah pengibaratan tentang suatu hal. Misalnya bagai mendapat durian runtuh artinya mendapat banyak rezeki.

Puisi lama tidak akan pernah mati, selama karya sastra dan kesusastraan Indonesia terus berkembang. Majemuk puisi lama ini sangat patut dilestarikan dan dipelajari oleh penyuka karya sastra Indonesia.