Bentuk-Bentuk Hubungan Sosial dalam Masyarakat Kota

Bentuk-Bentuk Hubungan Sosial dalam Masyarakat Kota

Hubungan sosial dalam masyarakat didahului oleh suatu kontak sosial, hal mana kemudian memungkinkan hubungan tadi sebab adanya komunikasi . Proses komunikasi nan menentukan proses sosial , begitu pun sebaliknya, proses sosial pun menentukan proses komunikasi. Hal ini sebab semua proses komunikasi dalam garis besarnya ditentukan oleh struktur norma-norma. Maka jelaslah bahwa proses sosial selain menentukan cara komunikasi juga tergantung dari unsur komunikasi,yaitu terutama intensitas komunikasi, frekuensi hubungan dan pikiran-pikiran nan mendahului interaksi.

Adapun nan dikutip oleh Astrid S Susanto dari Harold Lasswell dan Abraham Kaplan mengenai definisi tentang proses sosial sebagai berikut, “ the totality of value processes for all the values important in the society .”

Dari definisi di atas jelaslah betapa luasnya proses sosial itu, yaitu bahwa ia mencapai semua kegiatan dalam masyarakat dimana terlibatkan masalah sistem nilai nan oleh individu ataupun kelompok diusahakan buat disebarluaskan. Melihat penjelasannya dari segi ini, maka setiap proses sosial menurut Laswell dan Kaplan melibatkan penerimaan ataupun penolakan dari norma-norma nan disebarkan secara sadar ataupun tak sadar, secara langsung maupun tak langsung.

Namun di karenakan sisi normatif ialah sesuatu nan bukan tumbuh dengan sendirinya, melainkan berada dalam situasi buat di pertahankan atau di perjelas, maka posisi kebiasaan bagi masyarakat kota berada dalam kondisi nan tak stabil.



Bersatu Untuk Berbeda dalam Interaksi

Suatu masyarakat juga merupakan suatu kesatuan individu nan dipandang dalam keseluruhannya satu dengan lain, berada dalam interaksi berinteraksi nan berulang tetap, kecuali suatu kesatuan mahluk- mahluk manusia nan terikat oleh suatu kebudayaan nan sama. Hubungan itu terjadi kalau satu individu dalam masyarakat berbuat sedemikian rupa sehingga menimbulkan suatu reaksi dari individu atau individu nan lain.

Dalam masyarakat zaman sekarang ini, hubungan antara individu- individu dalam masyarakat tak lagi membutuhkan interaksi jeda dekat, sebab alat-alat komunikasi seperti tulisan, buku, surat kabar, telepon, radio, televisi merupakan alat- alat nan memungkinkan para individu dalam suatu masyarakat besar buat berinteraksi satu dengan lain pada jarak-jarak besar dalam loka maupun waktu ( Koentjaraningrat, 1974).

Dalam hal menganalisa proses-proses hubungan di antara individu-individu dalam masyarakat, terdapat dua hal nan menjadi syarat-syarat terjadinya hubungan nan pertama ialah dengan adanya kontak sosial dan nan kedua ialah adanya komunikasi. Kata kontak berasal dari bahasa latin con atau cum ,yang artinya bersama-sama dan tango nan artinya menyentuh. Kontak sosial bisa berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu ( Soekanto, 1990).

Kontak antara individu juga tak hanya mungkin pada jeda dekat, misalnya “berhadapan muka”, juga tak hanya jeda sejauh kemampuan pancaindera manusia, tetapi alat-alat kebudayaan manusia memungkinkan individu-individu berkontak pada jeda nan amat jauh.Adapun komunikasi timbul sesudah kontak terjadi. Di dalam proses itu , aksi dari pihak kesatu ( aksi itu bisa berupa suatu gerak, suatu aktualisasi diri muka, suatu ucapan, suatu perlambang, atau lain ), mengeluarkan makna, nan ditangkap oleh pihak kedua dan penangkapan makna itu menjadi pangkal buat reaksi pihak kedua.

Kontak belum berarti adanya komunikasi. Sering juga terjadi bahwa makna dari pihak kesatu berbeda dengan makna nan ditangkap oleh pihak kedua , sehingga tak terjadi suatu komunikasi dan reaksi seperti nan diharapkan oleh pihak kesatu. Dalam proses-proses hubungan di masyarakat , salah persespsi itu amat sering terjadi dan menjadi pangkal primer dari berbagai ketegangan nan ada dalam tiap - tiap masyarakat nan hidup. Dengan demikian kontak tidaklah semata-mata tergantung dari tindakan, akan tetapi juga tanggapan terhadap tindakan tersebut.



Proses Sosialisasi

Seorang individu dari masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal dan menyesuaikan diri dengan individu-individu nan hayati dalam masyarakat sekitarnya, dinamakan seluruh proses nan dilakukan individu nan merupakan proses sosialisasi.

Proses pengenalan itu berpangkal kepada hasrat-hasrat biologis dan bakat-bakat insting nan sudah ada dari warisan dalam organisma tiap individu nan baru dilahirkan, tetapi nan mempunyai peranan terpenting dalam hal membangun calon manusia kemasyarakatan itu ialah situasi-situasi di sekitar, macam-macam individu lain dalam tiap taraf dari proses pengenalan dan enkulturasinya ( Koentjaraningrat, 1974).



Bentuk-Bentuk Hubungan Sosial dalam Masyarakat Kota

Interaksi kota tentunya berbeda dengan masyarakat desa. Bila hubungan sosial masyarakat desa masih sangat kuat, masyarakat kota tak demikian. Lihat saja, di perumahan-perumahan, terutama perumahan menengah ke atas, hubungan antartetangga dapat dibilang sporadis terjadi.

Lantas, apa nan menyebabkan hal tersebut terjadi?

  1. Kesibukan. Masalah kesibukan merupakan faktor primer nan menyebabkan hubungan sosial dalam masyarakat kota terhambat. Biasanya, Senin hingga Jumat mereka bekerja, sedangkan Sabtu dan Minggu ke luar kota buat berlibur. Dengan demikian, tetangga nan satu dengan nan lain hampir tak pernah bertegur sapa.
  1. Memiliki klub tersendiri di luar. Biasanya, mereka memiliki klub tersendiri di luar perumahan, seperti klub menulis, klub wiraswasta, klub bunda kreatif, dan lain-lain.

Faktor penghambat utama, yaitu kesibukan, telah membuat hubungan sosial dalam masyarakat kota menjadi sangat jarang. Kalaupun mereka berinteraksi, biasanya ialah ibu rumah tangga nan tak bekerja. Sementara para pekerja, biasanya tak sempat bersosialisasi.



Membuat Klub Sebagai Ajang Interaksi

Jarangnya interaksi sosial dalam masyarakat membuat interaksi batin terasa kurang. Bila di desa kita masih dapat menjumpai para tetangga nan peduli satu sama lain, jangan heran bila di kota kita tidak menjumpai hal tersebut. Mereka memang tidak terlalu akrab satu sama lain. Salah satu upaya buat merekatkan kembali interaksi antarmasyarakat ialah dengan membuat klub di bidang tertentu.

Misalnya, klub membaca nan diperuntukkan bagi ibu-ibu nan getol membaca. Secara berkala, diadakan rendezvous nan membahas mengenai buku bacaan nan telah mereka baca sebelumnya. Meski tujuan pembentukan klub-klub di bidang eksklusif ialah buat silaturahmi, kita harus memperhatikan dengan jeli, jangan sampai tujuan silaturahmi tersebut berubah menjadi sekadar acara gosip tidak berarti.

Untuk itu, beberapa hal nan harus kita perhatikan ialah sebagai berikut.

  1. Niat. Niat buat mendirikan klub ialah menambah teman, bukan menambah musuh.
  2. Sebisa mungkin, klub tersebut bermanfaat dan tidak sekadar acara kumpul-kumpul dan bergosip.
  3. Memiliki perhatian terhadap global sosial nan tinggi, misalnya mengadakan baksos secara berkala.
  4. Sebisa mungkin, mengadakan rendezvous rutin, misalnya seminggu sekali dengan loka nan bergantian.


Klub Sosial Bermanfaat

Tak hanya sebagai ajang interaksi, klub sosial dalam masyarakat kota dapat juga dijadikan ajang buat menambah penghasilan. Misalnya, dengan mencari sponsor dan mengadakan workshop di bidang eksklusif nan tujuannya buat menambah keterampilan dan skill para anggota klub.

Bisa juga dengan membuat bazaar nan menjual produk hasil olahan para anggota klub tersebut. Dengan demikian, kegunaan ganda dapat diperoleh saat mengikuti klub sosial, yaitu kegunaan bertambahnya teman dan kegunaan menambah penghasilan. Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Semuanya itu tentunya harus membawa manfaat, bukan sebaliknya.