Konsep inti Antropologi Budaya

Konsep inti Antropologi Budaya

Banyak makalah antropologi budaya nan membahas berbagai suku di Indonesia. Artikel ini membahas mengenai suku Baduy Dalam nan tak tersentuh posmodernisme.



Apa itu Antropologi Budaya?

Cabang antropologi nan berkaitan dengan studi variasi budaya manusia bisa disebut sebagai antropologi budaya. Studi antropologi budaya meliputi kegiatan mengumpulkan fakta tentang pengaruh politik, ekonomi dan faktor-faktor lain pada budaya lokal dari suatu daerah tertentu.

Para profesional atau orang nan bekerja di bidang ini dikenal sebagai antropolog budaya. Pekerjaan lapangan nan mereka melakukan buat memperoleh fakta dilakukan melalui kegiatan atau metode seperti survei, wawancara, observasi peserta, dll Mari kita memahami apa nan antropologi budaya secara rinci melalui informasi nan disajikan dalam paragraf berikut.



Sejarah Antropologi Budaya

Penelitian antropologi budaya dimulai pada abad ke-19. Berasal sebagai reaksi terhadap etnologi, cabang dari antropologi budaya mulai berkembang dengan donasi upaya nan dilakukan oleh Edward Tylor dan sarjana lainnya. Studi etnologi berkisar aktivitas perbandingan terorganisir masyarakat manusia.

Pakar seperti JG Frazen dan Edward Tylor menggunakan bahan nan dikumpulkan oleh pedagang, penjelajah dan misionaris buat tujuan referensi. Sekarang mari kita cari lebih lanjut tentang kontribusi dari Edward Tylor.

Edward Tylor ialah seorang antropolog abad ke-19 Inggris. Dia menggambarkan budaya sebagai pemikiran dan konduite manusia nan berpola oleh masyarakat. Pada tahun 1872, Asosiasi Inggris buat Kemajuan Ilmu Pengetahuan telah mengambil pekerjaan mempersiapkan inventarisasi kategori budaya.

Edward Tylor dibantu komite ini dalam pekerjaan mereka. Hasil dari proyek ini ialah bahwa 76 topik budaya nan terdaftar, ini topik nan Namun, terdaftar dalam urutan acak.



Konsep inti Antropologi Budaya

Penelitian antropologi budaya dilakukan dengan cara nan berbeda oleh para sarjana nan berbeda. Namun, ada beberapa baku atau konsep dasar nan tetap sama. Misalnya, komponen dasar antropologi budaya ialah sebagai berikut: apa nan orang 'berpikir', 'melakukan' dan 'menghasilkan'.

Semua konsep dan teori antropologi budaya berputar di sekitar konsep-konsep dasar. Satu bisa menggunakan konsep ini sebagai panduan buat mempelajari budaya suatu masyarakat tertentu. Rendezvous global mental dan fisik manusia dikatakan buat menciptakan budaya itu masyarakat tertentu.

Sifat-sifat nan berbeda bahwa budaya dari suatu masyarakat pameran ialah sebagai berikut: budaya bisa dipelajari, bisa dibagi, bisa menular, bisa disesuaikan, bisa diintegrasikan dan itu ialah simbolik.



Signifikansi Pertanian

Studi tentang pembangunan pertanian harus membuktikan berguna dalam memahami topik antropologi budaya buat sebagian besar teori nan ditemukan. Praktek-praktek nan berbeda termasuk dalam bidang pertanian secara holistik sangat krusial dari sudut manusia menjalani kehidupan nan stabil.

Studi tentang kehidupan / budaya nomaden dan masyarakat agraria menunjukkan kepada disparitas ekstrim dalam budaya mereka. Sebagai masyarakat agraris mulai menjalani kehidupan nan stabil (dibandingkan dengan nomaden), budaya mereka mulai berubah. Orang dengan dominasi huma (agrarians) menjalani hayati kondusif nan jauh dibandingkan dengan nomaden. Para perantau di sisi lain berjalan mencari makanan dan harus berjuang buat hidupnya.

Topik antropologi budaya dipelajari dari berbagai aspek dan sudut mungkin. Menerapkan konsep antropologi budaya dalam pemugaran masyarakat diperlukan. Dalam proses mempelajari apa nan salah antropologi budaya mendapat mempelajari dasar-dasar dan baku eksklusif nan bisa diterapkan pada konduite manusia.

Akhirnya, pengetahuan tentang bidang ini memperkaya hayati kita dan membuat kita peka terhadap masalah nan dihadapi oleh orang nan berbeda di seluruh dunia. Termasuk memahami upaya modernisasi pembangunan yakni pikiran masyrakat kota pada orang desa nan terpencil dalam hal ini Baduy.



Masyarakat Kota

Masyarakat posmodernisme (disingkat posmo) nan sangat konsumenrisme telah menjadi gaya hayati di kota-kota besar. Contoh kecil nan dapat kita tilik ialah penggunaan ponsel di kalangan masyarakat kita.

Jika dalam kurun waktu sepuluh tahun ke belakang pengguna ponsel ialah kalangan orang kaya saja, tapi sekarang hampir setiap orang niscaya punya ponsel, tak peduli dia kaya atau miskin, anak atau orang dewasa. Ponsel dianggap sebagai kebutuhan primer, bukan lagi kebutuhan sekunder apalagi tersier.

Contoh lain ialah pengguna laptop, sekarang pun laptop bukan lagi sesuatu nan mewah, melainkan sesuatu nan biasa. Kita lihat di kafe kafe di mal-mal hampir semua pengunjung membuka laptopnya, menggunakan hotspot , kumudian asyik di global maya.

Inilah salah satu karakteristik masyarakat posmo kota nan tak lagi memandang ruang dan waktu, sosial atau budaya. Semua kalangan dapat menggunakan fasilitas nan ada, asal ada uang.



Mengenal Masyarakat Baduy

Namun, budaya posmo nan konsumenrisme ini tak dapat menyentuh masyarakat Baduy Dalam nan tinggal di wilayah pedalaman Jawa Barat, tepatnya di wilayah Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

Ternyata, masyarakat Baduy masih dapat mempertahankan budaya aslinya tanpa harus tersentuh budaya posmo nan sudah merangsek masyarakat kota-kota besar. Mereka masih dapat hayati dengan baik-baik saja tanpa ponsel atau laptop.

Lain halnya dengan orang kota, ketinggalan ponsel saja seperti ketinggalan nyawa, seolah global hanya dapat hayati dengan menggunakan ponsel.

Wilayah suku Baduy meliputi, Cikeusik, Cibeo, dan Cikartawarna. Kata baduy sendiri diambil dari nama sebuah sungai nan menjadi urat nadi nan menyatukan ketiga desa tersebut.

Di desa ini tinggal masyarakat suku Baduy Luar nan sudah berbaur dengan masyarakat umum. Mereka sudah beradaptasi dengan kebudayaan kota, namun tetap mempertahan tradisinya, seperti berpakaian hitam-hitam, menggunakan bahasa sunda nan kental, dan mengunakan sandal jepit kulit.

Suku Baduy Luar pun sudah mengenal sekolah dan sudah dapat berbahasa Indonesia. Rumah mereka sudah berjendela kaca bahkan di antaranya sudah ada nan terbuat dari tembok. Mereka sudah mengenal radio dan televisi bahkan di antara mereka ada nan menggunakan ponsel.

Adapun nan tak tersentuh budaya posmo sama sekali ialah masyarakat suku Baduy Dalam nan masih tinggal di dalam hutan. Rumah mereka terbuat dari bambu dengan atap daun rumbia. Rumah mereka tak berjendela kaca. Ventilasi mereka terbuka dan ditutup dengan kayu biasa.

Masyarakat suku Baduy Dalam hanya terdiri dari empat puluh suhunan, maksudnya hanya terdiri dari empat puluh kepala keluarga. Mereka dipimpin oleh seorang kelapa suku adat nan disebut Jaro. Seorang Jaro dapat menjadi media penghubung antara masyarakat Baduy Luar dan Dalam.

Masyarakat Baduy dalam beragama sunda wiwitan. Mereka beranggapan bahwa global tercipta dari Arca Domas nan berada di hutan larangan. Arca domas dipercaya sebagai inti jagad.

Masyarakat suku Baduy Dalam selalu berpakaian putih-putih dan tak dijahit. Mereka tak pernah memakai sandal. Ke manapun mereka pergi selalu tanpa alas kaki. Mereka tak mengenal sekolah, tak mengenal global luar. Mereka begitu tertutup. Mereka hanya mengenal huruf sunda dengan ejaan hanacaraka datasawala.

Mereka sangat kuat dengan tradisi leluhurnya nan selalu mengunakan media alam buat menjalani kehidupan, mereka tak mengenal uang, mereka juga tak mengenal listrik. Mata pencaharian mereka dari bertani. Gula aren ialah salah satu produknya.

Mereka dapat hayati tanpa teknologi. Apa kita sebagai orang kota, bisakah kita hayati tanpa teknologi? Nah, bagaimana Anda menilai makalah antropologi budaya tentang baduy vs modernisasi tersebut?