Pemimpin Agama Hindu - Masuknya Hindu ke Indonesia

Pemimpin Agama Hindu - Masuknya Hindu ke Indonesia

Hindu merupakan salah satu sistem kepercayaan nan terdapat di Indonesia. Pemimpin agama Hindu tentunya menjadi pemimpin dalam setiap ritual ibadah nan dilakukan oleh umat Hindu. Bukan hanya itu, pemimpin agama Hindu juga menjadi tokoh panutan oleh umat Hindu itu sendiri.

Bali ialah salah satu daerah nan hingga sekarang masih terasa kental adat budayanya. Jika tak percaya, setiap seremoni keagamaan, Anda bisa melihat umat Hindu menjalankan ritual agama dipimpin oleh seorang pemimpin agama Hindu. Di sini kita tak hanya melihat sebuah ritual keagamaan, tapi bagaimana sebuah tradisi budaya menjadi bagiannya.

Umat Hindu, terutama nan berasal dari Bali sangat bangga mengenakan baju adat mereka. Bahkan di sekolah atau loka umum, beberapa umat Hindu nan telah melakukan ritual agama masih memakai tanda di dahi mereka dan rambut mereka dihiasi dengan kembang melati. Itu jugalah nan dilakukan oleh pemimpin agama Hindu.

Mayoritas pemeluk agama Hindu terdapat di Pulau Dewata, Bali. Sistem kepercayaan Hindu pun pada akhirnya berjalan beriringan dengan kebudayaan Bali. Masyarakat dengan sistem kepercayaan Hindu mengenal beberapa strata kasta. Kasta-kasta tersebut tentu saja dibawa dan diajarkan oleh para pemimpin agama Hindu terdahulu. Berikut ini ialah strata kasta dalam agama Hindu tersebut.



Pemimpin Agama Hindu - Kasta dalam Agama Hindu

Umat Hindu Bali mengenal empat strata kasta.



Brahmana

Kaum brahmana merupakan golongan cendekiawan nan memiliki ilmu pengetahuan, baik nan sifatnya umum, adat istiadat hingga keagamaan. Kaum brahmana berasal dari kaum pendeta, agamawan, atau brahmin. Mereka menguasai berbagai ilmu pengetahuan, sehingga menjadi orang pintar nan selalu dimintai pendapat ataupun menjadi sumber ilmu pengetahuan. Mereka mampu mengendalikan pikiran dan perilaku, menulis dan berbicara nan benar, baik, indah, menyejukkan dan menyenangkan. Tokoh pemimpin agama Hindu berasal dari kelompok kasta Brahmana.



Ksatria

Pemimpin agama Hindu juga mengenalkan kaum ksatria. Kaum ksatria ini berasal dari keturunan raja dan bangsawan nan menekuni pemerintahan dan administrasi Negara. Umumnya, kaum ksatria pakar dalam bidang militer dan bela diri. Mereka memiliki kewajiban buat melindungi golongan Sudra, Waisya, dan Brahmana. Jika melakukan kewajibannya dengan baik, maka secara tak langsung kaum ksatria akan mendapat balasan dari ketiga kasta itu.



Waisya

Kaum waisya berasal dari petani, pedagang, nelayan dan profesi lain di bidang perniagaan. Mereka berkewajiban buat memenuhi kebutuhan pokok/primer golongan Sudra, Ksatria dan, Brahmana. Berdasarkan tingkatan, kaum waisya ini memang tergolong rendah, namun sepertinya sudah merupakan sebuah kewajiban bagi para pemimpin agama Hindu buat tak merendahkan, sebab bagaimanapun mereka juga sama-sama makhluk kreasi Tuhan.



Sudra

Sama dengan kaum waisya, kaum sudra juga memiliki kedudukan nan rendah, bahkan lebih rendah daripada waisya. Kewajiban nan dimiliki oleh pemimpin agama Hindu juga tetap memperlakukan mereka dari kaum sudra ini dengan baik.

Kaum sudra merupakan para pelayan nan membantu golongan Brahmana, Ksatria, dan Waisya dalam kehidupan mereka. Dalam Filsafat Hindu disebutkan bahwa tanpa adanya golongan sudra ini, kewajiban ketiga kasta tak dapat terwujud. Jadi, walaupun kasta ini dalam kehidupan sosial dianggap paling rendah, namun mereka sangat berjasa dalam kelangsungan hayati ketiga kasta. Dalam hal ini ketiga kasta saling membutuhkan dan berkesinambungan.

Kasta merupakan budaya hindu Bali nan menjadi salah satu bukti diri budaya di Bali. Sehingga, sistem kasta ini menjadi rona tersendiri dalam budaya Indonesia. Maka, tak salah jika sistem kasta masih bisa kita jumpai di daerah Bali. Pemimpin agama Hindu dan umat agama Hindu berkewajiban buat tetap menjaga sistem kasta ini.



Pemimpin Agama Hindu - Pedande

Pedande ialah pemimpin agama Hindu dalam setiap upacara atau ritual keagamaan di Bali. Dalam adat budaya Bali, seorang pedande berasal dari kaum brahmana. Karena pedande dianggap memiliki ilmu nan lebih tinggi dibandingkan dengan kasta nan lain serta status brahmana diperoleh dengan menekuni ajaran agama, hingga layak dan diakui sebagai seorang pemimpin agama Hindu.

Seperti nan telah disebutkan diatas, bahwa pemimpin agama Hindu bertugas buat menjaga keberlangsungan agama Hindu itu sendiri. Caranya tentu saja melalui berbagai ritual. Pemimpin agama Hindu juga seolah memiliki anggaran main nan tak tertulis tentang kewajibannya mengetahui serta memahami berbagai anggaran dan ajaran dalam agama Hindu.



Pemimpin Agama Hindu - Masuknya Hindu ke Indonesia

Agama Hindu sendiri dalam sejarahnya berasal dari India. Berdasarkan penelitian para pakar terhadap kitab-kitab Weda, diperkirakan bahwa agama Hindu telah tumbuh dan berkembang sekitar 6000 tahun SM. Nenek moyang Bangsa India berasal dari Bangsa Arya dan Bangsa Dravida.

Kedatangan Bangsa Arya menyebabkan terjadinya peperangan kedua bangsa tersebut, dan dimenangkan oleh Bangsa Arya. Akhirnya Bangsa Arya mendiami daerah Punjab dan Doab. Di kedua daerah itu mereka membangun peradabannya hingga akhirnya menerima wahyu Weda.

Penerima wahyu Weda disebut Maha Resi. Wahyu diterima melalui pendengaran, sebab itu wahyu Weda disebut Sruti (sru = pendengaran). Proses waktu turunnya wahyu-wahyu Weda ini disebut sebagai zaman Weda, nan kemudian tersebar ke berbagai penjuru dunia.

Di Indonesia, agama Hindu masuk pada awal Tarikh Masehi. Ajaran ini dibawa oleh para Musafir dari India, nan disebut Batara Guru dan Musafir Budha Pahyien dari Tiongkok. Bukti-bukti penyebaran ajaran mereka di Nusantara bisa dilihat dari sisa-sisa kerajaan Hindu. Kedua tokoh tersebut dapat dikatakan menjadi pemimpin agama Hindu pertama di Indonesia.

Di antaranya Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat, Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, Kerajaan Singosari dan Majapahit di Jawa Timur, Kerajaan Watu Renggong dan Udayana di Bali, serta masih banyak lain nan tersebar di beberapa pulau Nusantara. Kerajaan-kerajaan tersebut melahirkan banyak pemimpin agama Hindu nan bertugas buat menyebarkan ajarana agama Hindu ke seluruh pelosok Indonesia.

Raja-raja Hindu atau pemimpin agama Hindu ini sangat besar pengaruhnya tak hanya dalam perkembangan agama, tapi juga dalam seni, budaya dan kesusastraan di zaman itu. Hal ini bisa dilihat pada beberapa bangunan di Jawa seperti Candi Prambanan, Candi Penataran, Pretensi di Bali dan Lombok, Yupa-yupa di Kalimantan dan beberapa arca nan ditemukan di hampir seluruh Nusantara.

Sayangnya, perkembangan Agama Hindu baru mendapatkan perhatian pada abad ke-8 dari pendeta-pendeta Hindu sekaligus pemimpin agama Hindu itu sendiri. Adapun Empu Markendava ialah pemimpin ekspedisi pertama penyebaran agama Hindu di Bali dan membawa pengikut sebanyak 400 orang. Sayang, ekspedisi ini gagal.
Kesuksesan didapatkan pada ekspedisi kedua, dengan pengikut 2000 orang, di mana hutan pertama nan dibuka ialah Taro di wilayah Payangan Gianjar. Di sana didirikanlah sebuah pura nan diberi nama Pura Murwa. Dari sinilah Empu Markandeya mulai mengembangkan ajaran Hindu.

Hingga sekarang, Agama Hindu tak hanya menjadi salah satu agama nan diakui di Indonesia, namun kebudayaan Hindu nan diadaptasi oleh masyarakat Bali menjadi salah satu budaya bangsa nan diakui hingga di seluruh dunia. Pemimpin agama Hindu pun tetap memegang perannya sebagai pemuka agama ini.