Museum PETA

Museum PETA

Tahukah Anda sejarah Museum Peta ? Sebagian besar masyarakat Indonesia banyak nan belum mengetahui tentang salah satu kawasan bersejarah nan ada di Kota Bogor ini. Kawasan nan terletak berdekatan dengan ibu kota Jakarta ini hanya dikenal melalui keberadaan Istana Bogor atau juga lokasi wisata Puncak, selain juga adanya salah satu universitas besar di Indonesia, yaitu Institut Pertanian Bogor atau IPB.

Padahal, Kota Bogor memiliki kekayaan sejarah nan sangat krusial buat diketahui oleh bangsa Indonesia. Karena, di beberapa tempat, terdapat jejak peninggalan perjalanan bangsa Indonesia. Mulai dari masa kerajaan hingga proses perebutan kemerdekaan.

Salah satu kawasan nan layak buat dikunjungi sebagai wujud kecintaan pada bangsa Indonesia ialah Museum PETA . Museum ini terletak di Jalan Jendral Sudirman, Bogor, berdekatan dengan lokasi Istana Bogor. Jeda kedua lokasi ini hanya sekitar 700 meter sehingga dapat ditempuh dalam sekali perjalanan.

Latar belakang sejarah Museum Peta ini dapat didirikan di Kota Bogor sendiri cukup panjang. Salah satunya sebab Kota Bogor memiliki peran nan sangat besar dalam pembentukan angkatan bersenjata nasional di Indonesia. Termasuk di antaranya ialah pasukan Pembela Tanah Air atau PETA, nan pada mulanya dibentuk oleh pemerintahan Jepang.

Keberadaan Yayasan Pembela Tanah Air atau Yapeta, memiliki peran dalam sejarah Museum Peta. Karena yayasan inilah nan memprakarsai pendirian museum tersebut, sebagai upaya buat mengingatkan generasi penerus tentang perjuangan para pendahulu dalam merebut kemerdekaan dari tangan penjajah.

Museum PETA sendiri menempati sebuah gedung nan berasal dari peninggalan tentara Belanda. Gedung tersebut dibangun pada tahun 1745 dan digunakan sebagai salah satu markas oleh pasukan KNIL, nan merupakan angkatan bersenjata pemerintahan Belanda . Karena dibangun oleh pemerintah Belanda, tak heran jika bangunan tersebut memiliki gaya arsitektur Eropa.

Pendirian museum PETA sendiri, selain ditujukan buat mengingatkan generasi muda akan perjuangan para pendahulunya, juga memiliki tujuan lain. Tujuan tersebut ialah buat memberikan penghormatan kepada para mantan pejuang nan tergabung dalam PETA, atas peran mereka dalam mendirikan republik ini.

Sebelum berdiri sendiri, Museum PETA masih bergabung dengan komplek Zeni Angkatan Darat. Baru pada 14 November 1993, gedung nan sekarang ini ditempati mulai direnovasi. Peletakan batu pertama dilakukan oleh wakil presiden saat itu, yaitu Umar Wirahadikusuma nan sekaligus juga menjabat sebagai sesepuh YAPETA.

Proses perbaikan gedung peninggalan KNIL ini sendiri memakan waktu selama dua tahun. Baru pada 18 Desember 1995, proses renovasi tersebut selesai dikerjakan. Peresmian Museum PETA ini dilakukan oleh Soeharto nan saat itu menjadi Presiden RI juga sebagai mantan perwira PETA angkatan pertama.

Pemilihan gedung peninggalan Belanda ini sendiri bukan tanpa alasan. Salah satunya sebab pada tahun 1943, gedung tersebut pernah dijadikan pusat pelatihan pasukan tanah air. Walaupun pada saat itu proses pelatihan dilakukan di bawah supervisi pihak Jepang nan masuk ke Indonesia dengan alasan membantu Indonesia meraih kemerdekaan dari Belanda.

Tujuan Jepang pada saat itu membentuk pasukan PETA sebenarnya ialah buat membantu mereka dalam mengawasi pasukan Belanda nan telah kalah. Namun pada kenyataannya, pasukan PETA nan dibentuk oleh Jepang tersebut, justru seringkali menyerang tentara Jepang sendiri.

Pasukan PETA inilah nan pada akhirnya menjadi sebuah cikal bakal terciptanya tentara nasional dan membentuk Badan Keamanan Rakyat sebagai angkatan bersenjata Indonesia pada saat itu.



Peran Bogor

Tentara PETA dianggap sebagai salah satu awal lahirnya tentara nasional nan dimiliki oleh Indonesia. PETA mampu menyumbangkan prajurit terbaik mereka, buat memimpin perjuangan bangsa Indonesia di awal kemerdekaannya. Kota Bogor merupakan loka di mana para taruna nan akan menjadi para pemimpin tersebut mendapatkan pendidikan serta digembleng dengan disiplin tinggi.

Mereka inilah nan kemudian dipilih buat menjadi bagian dari Tentara Sukarala Pembela Tanah Air. Mereka pulalah nan memiliki peran besar pada saat Indonesia menghadapi kebimbangan buat menentukan kemerdekaannya.

Dari Kota Bogor inilah lahir pasukan nan bernama Jawa Boei Giyugun Kanbu Kyo Iku Tai atau Pusat Pendidikan Perwira Tentara Sukarela Pembela Tanah Air di Jawa. Atas dasar inilah kemudian Kota Bogor ditetapkan sebagai Kota Pembela Tanah Air (PETA). Penetapan ini dilakukan melalui surat keputusan DPRD Kotamadya Taraf II Bogor No. 3/kep/DPRD/1995 tanggal 19 Oktober 1995.



Museum PETA

Bagi nan ingin mengunjungi Museum PETA ini, harus melalui mekanisme nan ada. Minimal dibutuhkan 25 orang agar kita dapat mendapatkan akses masuk ke dalam museum tersebut. Namun, langkah pertama nan harus dilakukan ialah melakukan pendaftaran kepada petugas nan ada di museum tersebut. Tujuannya ialah agar kita mendapatkan jadwal kunjungan dan tak bersamaan dengan kunjungan rombongan lainnya.

Museum PETA sendiri dipisahkan menjadi dua ruangan. Di mana dalam ruangan tersebut, terdapat 14 diorama nan menghiasi museum. Ruangan dalam museum, akan terlihat gelap. Sehingga, buat dapat melihat bagian dalam ruangan tersebut, harus menggunakan donasi lampu meski pada siang hari.

Selain itu, sirkulasi udara nan cukup sedikit, membuat pendingin ruangan nan ada di dalam museum menjadi salah satu solusi agar pengunjung dapat nyaman selama berada di dalam museum tersebut.

Di bagian dalam museum, masih terlihat beberapa jenis senjata kuno, baik nan berjenis laras panjang maupun laras pendek. Holistik senjata tersebut berasal dari peninggalan para tentara PETA nan digunakan dalam pertempuran merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Luas holistik Museum PETA sendiri tak kurang dari 1 hektar. Di mana di sekeliling museum terdapat pusat latihan pasukan Zeni serta menjadi lokasi pendidikan serta pelatihan kemliliteran. Bangunan Museum PETA sendiri tak meninggalkan karakteristik khas sebagai bangunan kuno. Di mana tiang-tiang kokoh dan berukuran besar menjadi sebuah petunjuk bahwa bangunan tersebut merupakan bangunan nan masih orisinil peninggalan Belanda.

Jika beranjak ke bagian belakang museum, di sana akan dijumpai sebuah patung Jendral Sudirman dalam posisi berdiri tegak. Patung Jendral Sudirman ini menjadi sebuah pengingat, bahwa perjuangan nan dilakukannya mampu menjadi sebuah inspirasi perjuangan seluruh elemen bangsa Indonesia.

Selain patung, ada pula replika tandu nan digunakan oleh Jendral Sudirman kala melakukan pertempuran gerilya. Di mana pada saat itu Jendral Sudirman dalam keadaan sakit parah dan hanya memiliki satu buah paru-paru dampak penyakit TBC nan menyerangnya.

Replika tandu ini seakan mengingatkan seluruh generasi muda, bahwa perjuangan dalam meraih kejayaan haruslah dilakukan dengan sepenuh hati dan semangat. Halangan apa pun niscaya akan dapat diatasi, jika segalanya dilandasi pada niat dan keinginan buat kemajuan bersama.

Dengan adanya Museum PETA ini diharapkan para generasi muda mampu tergugah semangatnya dalam menjaga serta mengisi kemerdekaan bangsa nan ada sekarang ini. Karena, kemerdekaan nan kita nikmati sekarang ini, bukan didapat dari sebuah pemberian atau hadiah atau pula sebab datang secara tiba-tiba.

Namun, kemerdekaan nan ada sekarang ini, didapat dengan perjuangan dan pertumpahan darah para pahlawan. Mereka rela berkorban agar kehidupan generasi mendatang dapat lebih baik dan tak ditindas oleh para penjajah.