Mengatasi Ujian Dakwah

Mengatasi Ujian Dakwah

Dakwah itu suci. Dakwah itu contoh diri. Dakwah itu memberi. Dakwah itu kuat. Dakwah itu tegar. Dakwah itu tahan banting, komitmen, dan istiqamah. Apabila seseorang telah memilih jalan dakwah, berarti orang tersebut telah memilih jalan para pejuang, berarti orang tersebut ialah orang pilihan Allah. Maka, jadilah orang-orang beruntung pilihan Allah. Semua orang niscaya bisa, namun hanya saja.

Orang nan dengan bahagia hati memilih jalan dakwah bisa dipastikan bahwa kualitas orang-orang ini ialah orang nan berkualitas luar biasa. Namun, ternyata dakwah tidaklah semudah membolak-balikkan telapak tangan. Inilah nan disebut tantangan dakwah .

Tapi, lebih konkret lagi, tantangan dakwah nan kita hadapi sekarang ini tidaklah seberat tantangan dakwah nan dihadapi Rasulullah SAW, nan penuh dengan cobaan, tetapi Rasulullah tetap sabar, lembut dan berhati pemaaf. Mungkin, jika kita berada di posisi Rasulullah, akan lebih berat lagi, Surga itu mahal, bung?!

Bayangkan, tantangan dakwah nan dihadapi Rasulullah itu seperti ini contohnya: dicaci, dimaki, dilempari kotoran hewan, dilempar dengan kerikil. Namun, Rasulullah tetaplah berlembut hati.!

Ada satu kalimat nan aku selalu ingat bila tantangan dakwah sedang datang menjelang pada diri nan lemah ini, kata seorang guru nan pernah mengajariku, intinya:

"Kalau Rasulullah, tak apa-apa orang-orang menghinaku, berbuat zalim kepadaku. Namun, jika mereka berbuat zalim terhadap agama Allah, hal inilah nan harus saya menegaskannya."



Tiga Contoh Lingkup Tantangan Dakwah

1. Bersumber dari diri sendiri

Sebenarnya, tantangan dakwah paling bernilai tertinggi ialah berasal dari diri kita sendiri, contohnya malas, berbicara namun tak diaplikasikan, kaburamaqtan indallah . Lalu, masih ada penyakit hati nan setan tak akan pernah rela bila ia pergi, sombong, riya atau ingin dipuji, dan sebagainya. Hal inilah merupakan tantangan dakwah diri itu.

Solusi tantangan dakwah jenis ini adalah kita harus selalu membiasakan diri buat beristighfar, apalagi ketika niat di hati kita mulai pudar. Rasulullah nan sudah dijamin Allah masuk surga saja masih beristighfar setiap harinya lebih dari 70 kali. Nah, kita, nan belum tentu dimasukkan Allah ke dalam surga, seharusnya kita lebih banyak beristighfar setiap harinya dibandingakan dengan Rasulullah SAW.

Lalu, berusahalah buat lebih baik lagi di masa mendatang. Berusaha keras tak mengulangi lagi perbuatan jelek kita. Berusahalah wahai pejuang! Ingat, di global ini loka menanam dan menyemai, belajar, bukan loka bersenang-senang. Hanya di akhirat nanti kita akan mendapatkan hasil jerih payah kita.

2. Bersumber dari orang lain

Orang lain juga sangat berpotensi menjadi salah satu tantangan dakwah kita. Misalnya, orang-orang nan keras hati atau tak mau menerima dan mencari kebenaran. Juga orang-orang nan memiliki penyakit hati.

Solusi dari hal macam ini ialah Anda sebagai pendakwah, harus tetap teguh pada prinsip nan berdasarkan Islam ini, harus tetap lembut hati, sabar, dan tak kaburamaqtan. Lalu belajarlah tentang menajemen hati lebih jauh lagi.

3. Bersumber dari keluarga

Keluarga juga dapat jadi tantangan dakwah. Begitu pula dengan Rasulullah. Misalnya, keluarga kita melarang kita memakai jilbab, keluarga kita masih Islam kejawen nan masih memakai sesembahan di rumahnya, dan sebagainya.



Mengatasi Ujian Dakwah

Dakwah ialah kegiatan nan terbaik bagi kalangan beriman, dalam sebuah ayat ali Imron 104 ditegaskan bahwa ada kewajiban bagi kaum muslimin buat melaksanakan amar makruf dan nahi munkar. Amar makruf berarti kegiatan atau upaya nan bertujuan menyeru manusia kepada Allah, dengan memberikan seruan agar melaksanakan berbagai amalan nan sholih.

Amalan sholih dalam Islam terkategori menjadi 2 hukum yakni amalan wajib dan sunnah. Cakupan dari amalan wajib sangatlah luas, begitu pula dengan nan berhukum sunnah. Perintah nan bersifat wajib misalnya sholat, puasa, zakat, berbakti kepada orang tua, menuntut ilmu sampai dengan hokum nan berkaitan dengan muamalah seperti hudud, jinayat dan takzir.

Sedangkan perbuatan nan bersifat sunnah semisal mengerjakan ibadah puasa senin kamis, sholat rawatib, sholat duha, ataupun berinfak di jalan Allah. Kegiatan menyeru kepada kebaikan setidaknya mengajak manusia di sekitar kita buat bisa mengerjakan amalan wajib terlebih dahulu kemudian diiringi dengan amalan sunnah. Jangan terbalik, mendahulukan nan sunnah daripada wajib.

Era nan semakin bebas dan modern saat ini menambah tantangan berat bagi para pengemban dakwah, dan juga bagi kaum muslimin secara umum. Paham kebebasan nan sekarang didengungkan oleh kaum barat dan media-media nan mereka danai, merasuk ke dalam jiwa para pemuda islam bahkan hingga kepada nan telah berumur tua. Padahal sebenarnya dalam islam tak dikenal paham kebebasan, dengan artian setiap manusia bebas berbuat dan bersuara menurut akalnya masing-masing. Sebab dalam agama nabi Muhammad Saw perbuatan manusia terikat dengan hukum syara’, mulai dari nan mubah, sunnah, wajib, haram ataupun perbuatan berhukum makruh.

Untuk itu setidaknya sebagai muslim nan sadar sebaiknya kita pandai buat menghadapi ujian dakwah nan telah diurai sebelumnya. Berikut beberapa cara mengatasi ujian dakwah:

1. Memurnikan akidah

Akidah dari seorang pendakwah apapun gelarnya harus terbebas dari kesyirikan dan keragu-raguan. Bagaimana mungkin seseorang nan sering melakukan perbuatan syirik bisa diterima oleh masyarakat sebagi seorang juru dakwah. Perkuatlah akidah dengan banyak membaca dan memperhatikan alam semesta.

Dalam banyak ayat Alqur’an, Allah SWT memerintahkan kepada manusia agar menggunakan akalnya buat mencari tahu siapa Tuhan mereka sebenarnya. Memperhatikan keajaiban penciptaan alam semesta berserta isinya, baik itu nan hayati ataupun benda wafat akan menghantarkan manusia kepada pentaqdisan kepada Allah SWT. Seperti halnya nan telah diupayakan oleh Harun Yahya melalui berbagai penelitian nan membuktikan teori penciptaan alam semesta, dan mengungkap kebohongan teori evolusi.

Selain mentadabburi alam semesta, membaca dan mengkaji ayat-ayat Alqur’an setiap hari akan meningkatkan keimanan seseorang. Muslim nan dekat dengan kitabullah maka sebenarnya dia dekat dengan Rab nan menciptakannya.

2. Meningkatkan ilmu keislaman

Semakin dalam ilmu agama seseorang maka dia akan bisa mengatasi segala persoalan hayati sinkron dengan tuntunan agama. Agama islam ialah solusi atas semua masalah nan ada di global ini. Maka sewajarnyalah seorang juru dakwah, meletakkan solusi permasalahan hidupnya pada Alqur’an dan Assunnah.

Banyak cara buat meningkatkan pemahaman terhadap ilmu agama. Misalnya berguru kepada Ustadz atau Kyai nan terkenal keilmuan dan ketakwaannya. Belajar islam tak bisa hanya ditempuh dengan membaca saja, namun harus diperkuat dengan berguru langsung kepada para ulama. Sebagaimana para imam mahzab dan hadist nan berjalan ribuan kilometer hanya buat menemui seorang nan alim.

Ilmu merupakan penuntun bagi amalan kita, karena itu jangan sekali-kali berhenti dalam menuntut ilmu agama. Menimba ilmu tetap menjadi sebuah kewajiban bagi seluruh kaum muslimin, bagi itu nan bergelar ustadz ataupun nan masih awam tentang islam. Tetap bersabar, berusaha dan berdoa. Ingat, betapa besarnya mukjizat doa. Sungguh!