Kesimpulan Masalah Pertumbuhan Ekonomi

Kesimpulan Masalah Pertumbuhan Ekonomi

Masalah pertumbuhan ekonomi ialah masalah global. Bagi masyarakat awam, mungkin negara maju dianggap akan terbebas dari segala macam masalah termasuk masalah ekonomi. Kenyatannya, tidak ada satu negara pun di global ini nan dapat terbebas dari lingkaran setan tersebut. Mari kita bahas satu per satu masalah ekonomi, seperti apakah nan ada pada masing-masing negara.



Masalah Pertumbuhan Ekonomi di Negara Maju

Permasalahan ekonomi di negara maju mungkin dianggap tak terlalu rumit. Sama halnya seperti orang kaya nan "tak mungkin" akan bermasalah dengan stabilitas perekonomian keluarga. Padahal, negara maju pun tidak luput dari masalah ekonomi. Ingin bukti? Lihat saja kondisi Amerika Serikat, salah satu negara adidaya, beberapa tahun terakhir ini dari sisi ekonomi.

Kurang lebih tiga tahun nan lalu, publik sempat dikagetkan dengan peristiwa bangkrutnya Lehman Brothers, perusahaan jasa keuangan raksasa dunia. Bangkrutnya perusahaan raksasa tersebut tentu mengakibatkan imbas samping nan tidak dapat dianggap remeh. Yang merasakan tidak hanya Amerika, namun juga hampir semua negara di global ini. Ibarat pondasi, Amerika merupakan pondasi primer nan menopang bangunan di atasnya. Ketika ada kerusakan di salah satu bagian pondasi, bangunan di atasnya pun akan ikut goyang.

Kebangkrutan salah satu perusahaan raksasa di bidang jasa tersebut ibarat virus. Dalam waktu nan tak terlalu lama, perusahaan- perusahaan nan dapat dikategorikan besar juga ikut berjatuhan atau setidaknya "koma". Kondisi perekonomian nan tak stabil tersebut berimbas ke mana- mana. Nilai saham nan jatuh hingga ke level minus, pengangguran meningkat, dan kriminalitas bertambah banyak.

Masalah ekonomi di negara maju berkaitan dengan bagaimana negara maju tersebut mempertahankan kondisi perekonomiannya agar tetap stabil. Dari sisi produktivitas, negara maju ialah negara nan taraf produktivitasnya tinggi. Banyak produk-produk baru nan bermunculan dari tahun ke tahun. Kualitas jasa nan diberikan juga terus meningkat.

Namun, bagaimana cara mempertahankan kedua hal tersebut, itu nan menjadi masalah. Bila kita mengingat terguncangnya beberapa negara adidaya beberapa puluh tahun nan lalu, opini kita pun akan semakin kuat, kalau nan menghancurkan sesuatu nan sudah besar bukanlah kondisi eksternal melainkan internal. Enron, salah satu perusahaan raksasa di bidang energi salah satu contohnya. Siapa nan menduga bahwa perusahaan super raksasa itu dapat habis "hanya" sebab pihak manajemennya diduga melakukan moral hazard , yaitu berupa penyalahgunaan atas laporan keuangan. Kesalahan nan seharusnya tak dilakukan bukan?

Jatuhnya Enron saat itu dapat dibilang peristiwa besar nan mengguncang peradaban ekonomi dunia. Karena kebangkrutannya, salah satu kantor akuntan publik (KAP) berskala internasional, yaitu Anderson di- delisting . Sungguh ironis. Lagi- lagi pertanyaannya sama, apakah kebangkrutan Enron tersebut berimbas ke segala aspek kehidupan? Ya, sudah tentu. Negara lain nan sebelumnya sudah memiliki masalah pertumbuhan ekonomi nan cukup serius, kondisinya bertambah parah sebab bangkrutnya Enron.

Jadi, bila ada nan bilang negara maju itu niscaya tidak memiliki masalah pertumbuhan ekonomi, hal itu ialah salah besar. Negara maju tetap memiliki masalah ekonomi nan harus diwaspadai. Masalah tersebut dapat diatasi dengan mempertahankan stabilitas ekonomi dan meningkatkan integritas dari pihak-pihak internal, nan biasanya justru menjadi musuh dalam selimut.



Masalah Pertumbuhan Ekonomi di Negara Berkembang

Berbeda dengan negara maju, masalah pertumbuhan ekonomi di negara berkembang sangat mudah dilihat. Tak perlu jauh- jauh mencari siapa contoh negara berkembang itu, sebab Indonesia sudah dapat kita jadikan bahan analisis. Apa masalah ekonomi nan ada di negara berkembang? Berikut ini ialah beberapa masalahnya.

  1. Gempuran produk dan jasa dari luar

Poin pertama ini berhubungan dengan perdagangan bebas nan mulai dilakukan oleh banyak negara termasuk negara kita. Mudahnya produk dan jasa dari luar buat keluar masuk ke negara kita, telah menjadi ancaman tersendiri bagi produsen dalam negeri. Namun, sebenarnya hal tersebut justru menjadi tantangan buat merangsang kreativitas. Apa jadinya bila kita hayati "sendiri" tanpa ada rival. Tentu perjuangan kita tidak akan maksimal. Jadi, persaingan entah dari mana asalnya, sebenarnya ialah sesuatu nan absolut terjadi dan tidak seharusnya kita hadapi secara manja.

  1. Kurangnya dukungan pengadaan barang dan jasa

Masalah pertumbuhan ekonomi berikutnya di negara berkembang, berhubungan dengan dukungan terhadap pengusaha baru. Banyak pengusaha nan curhat seperti ini, "Bagaimana dapat berkembang coba, belum-belum udah "dipalak" sana-sini dengan alasan kontribusi, keamanan, dan uang kerjasama!" Ya, dilema memang. Di satu sisi, kita disuruh buat kreatif dengan menciptakan banyak lapangan kerja. Namun di sisi lain, pungutan liar masih ada di mana-mana. Ibarat sebuah kondisi kita sedang berada di dalam sumur. Ketika kita ingin keluar dari sumur nan gelap tersebut, dan ingin merasakan hangatnya sinar matahari, kaki kita ditarik oleh orang-orang nan juga sama-sama berada di dalam sumur.

  1. Kurangnya kreativitas

Sekalipun jumlah orang-orang kreatif meningkat dari waktu ke waktu, namun sejujurnya kita masih kekurangan orang-orang kreatif. Hal itulah nan juga akan menjadi masalah ekonomi. Tak ada kreativitas itu artinya mati. Bila saat ini kita ialah mahasiswa nan baru saja lulus dan tidak juga mendapatkan pekerjaan, apa nan akan kita lakukan? Memulai usaha atau bertahan menjadi pengangguran bergengsi? "Malu dong, masa sarjana jualan?" begitu salah satu contohnya. Padahal, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat terus naik sebab banyaknya orang-orang kreatif di negara tersebut.

Bila tidak ada nan kreatif, mungkin tidak ada nan akan menciptakan kendaraan dan alat komunikasi. Namun, di negara berkembang, biasanya para penduduknya masih suka mengikuti tren. Kebanyakan dari mereka akan malu bila berjalan sedikit "menyimpang" dari teman-temannya. Hal tersebut dapat jadi, sebab negara berkembang biasanya sudah "terbiasa" dijajah oleh bangsa lain. Sehingga pola pikir menurut dan patuh itu sangat membudaya. Sedangkan pola pikir nyeleneh atau tampil beda itu dianggap melanggar aturan. Padahal pola pikir dan sikap nyeleneh nan positif ialah bagian dari kreativitas nan mungkin dapat bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi bangsa.

  1. Kurangnya apresiasi terhadap inovasi nan bermanfaat

Masalah pertumbuhan ekonomi lainnya di negara berkembang ialah kurang adanya apresiasi atau dukungan terhadap penemuan-penemuan di bidang ekonomi nan dapat bermanfaat bagi banyak orang. Bahkan, lebih sering mungkin sikap nyinyir nan akan diperlihatkan ketika inovasi tersebut tercipta.



Kesimpulan Masalah Pertumbuhan Ekonomi

Dari klarifikasi tadi, dapat kita simpulkan bahwa tidak ada satupun negara di global ini nan terbebas dari masalah pertumbuhan ekonomi. Namun, masalah tersebut sebenarnya malah memberikan akibat positif bagi setiap negara. Masalah ekonomi tadi, memberikan kita konklusi sebagai berikut.

  1. Negara akan dipaksa buat terus bergerak dan berpikir.
  2. Seharusnya tidak ada negara "adidaya" sebab setiap negara memiliki masalah ekonominya masing-masing.
  3. Kemajuan ekonomi tidak dapat diukur hanya dengan angka, seperti anak sekolah nan dikategorikan cerdas bila mendapat nilai 10 dan bodoh bila mendapat nilai 5. Bagaimana bila nan mendapat nilai 10 tersebut ialah tukang contek dan bagaimana bila nan mendapat nilai 5 tersebut ialah siswa nan jujur? Begitu pula dengan negara. Bagaimana bila negara tersebut kaya tapi dari hasil menjual barang-barang terlarang? Dan, bagaimana bila sebaliknya.
  4. Masalah pertumbuhan ekonomi secara tak langsung membuat semua negara di global ini saling terhubung, sebab tidak ada negara nan dapat hayati sendiri.

Jadi, terlepas dari apapun, masalah pertumbuhan ekonomi nan dihadapi oleh setiap negara akan menjadikan negara tersebut lebih "segar" dan selalu hidup. Hadapi dan berbuatlah lebih buat mengatasinya.