Kontroversi Seputar Es Krim dari ASI

Kontroversi Seputar Es Krim dari ASI

Es krim nyaris disukai oleh semua orang. Rasanya nan gurih, dipadukan dengan rasa tambahan yummy lainnya seperti vanilla, coklat, kacang, menjadikan es krim begitu diminati. Memakannya di kala cuaca panas, itu idealnya. Tapi ketika cuaca sedang dingin pun, mencicipi es krim bukan pantangan.

Begitu pun harganya. Es krim bukan lagi barang mahal. Hanya dapat dibeli dan dinikmati mereka nan berdompet tebal. Tidak. Es krim dapat dibeli dengan uang receh sekali pun. Es krim seharga seribuan, ada. Harga sepuluh ribuan, juga ada. Bahkan nan harganya ratusan ribu banyak tersedia. Dari harga murah meriah hingga tertentu berkelas, es krim menyediakannya.

Para penggila es krim niscaya sudah sangat hafal merek atau jenis es krim seperti Cornetto, Eskimo Pie, Klondike Bar, Arctic Roll, Baked Alaska, Es krim astronot, Brain freeze, Es krim goreng, Sandwich es krim, Salju krim, Walls, Indoeskrim, dan Es krim Italia. Nama merek atau jenis es krim itu, menjanjikan rasa lezat dan sensasi unik ketika dimakan. Termasuk juga harga nan bervariasi.

Lalu, apalagi kelebihan dari es krim? Tepat jika Anda menjawab kandungan gizinya nan yahud . Sebagai jenis makanan beku nan bahan dasarnya ialah lemak susu (10-16 persen), wajar bila nilai gijinya jadi berlimpah. Ditambah lagi dengan unsur makanan padat gizi seperti protein dan karbohidrat (laktosa) nan dapat ditemukan dalam susu, membuat es krim jadi makanan tambahan paling oke. Melengkapi menu makanan sehari-hari nan kita makan.

Berikut ini dapat dilihat kandungan lengkap bahan-bahan nan menyusun es krim:

  1. 10-16% lemak susu.
  1. 9-12% milk solids-not-fat atau serum solids, mengandung protein ( casein dan whey protein) dan karbohidrat (laktosa) nan ada pada susu.
  1. 12-16% pemanis, lazimnya merupakan perpaduan dari sukrosa dengan pemanis sirup corn berdasarkan glukosa.
  1. 0.2-0.5% stabilizer dan emulsifiers e.g ., agar atau carrageenan nan diambil dari rumput laut.
  1. 55%-64% air nan berasal dari susu padat atau bahan pelengkap lainnya.

Jika selama ini kita lazim mendengar istilah empat sehat lima sempurna. Dan nan lima paripurna itu dari minuman susu, maka es krim dapat menggantikannya. Ada pun kelebihan es krim dari susu ialah ia cenderung dapat dinikmati oleh semua orang. Meskipun orang tersebut tak terlalu menyukai minuman susu.

Kok bisa? Karena sebagai makanan hasil olahan dari susu, es krim dapat menyamarkan rasa atau bau amis dari susu. Rasa nan bagi sebagian orang membuat mereka jadi menolak jika diminta meminum susu. Apalagi es krim umumnya dicampur dengan gambaran rasa makanan lainnya. Maka rasa atau aroma tak enak dari susu jika diminum langsung, bisa ternetralkan. Sudah tepat jika Anda nan kurang menyukai susu tapi tetap menginginkan kandungan kegunaan dari minuman tersebut, memilih es krim.



Kontroversi Seputar Es Krim dari ASI

Sebagai makanan olahan berbahan dasar susu, lazimnya susu nan diambil ialah dari binatang ternak seperti sapi, kambing, domba, atau unta. Susu dari binatang ternak itu setelah diambil kemudian diolah hingga siap menjadi es krim layak santap. Namun, pernahkah terpikir oleh Anda bahwa ada es krim nan bahan dasarnya dibuat dari air susu manusia?

Tentunya ide ini terdengar gila. Meskipun seorang manusia (perempuan) secara biologisnya niscaya memiliki air susu nan akan diproduksi ketika ia (perempuan itu) sedang hamil dan melahirkan. Tapi, jika air susu itu dijadikan sebagai bahan dasar es krim, niscaya jadi hal nan aneh.

Memang jika dilihat dari kandungan gizi, tak ada seorang pun ahli makanan sehat nan meragukan hebatnya kandungan gizi pada air susu ibu (ASI). Saking luar biasanya, hingga kini belum ada susu formula buat bayi nan secara paripurna menggantikan kegunaan dari ASI. Hanya saja bila digunakan sebagai bahan es krim, menggantikan susu dari hewan ternak, tidak akan terbersit. Selain tak etis, pastinya ide ini menuai protes dari masyarakat.

Namun, pemikiran seperti itu tak membuat seseorang nan bernama Matt O'Connor mengurungkan niatnya buat membuat es krim berbahan dasar ASI. Matt nan memiliki restoran Icecreamists di daerah Covent Garden, London, Inggris, pada akhir Februari 2011, menjual es krim nan terbuat dari ASI dengan nama 'Baby Gaga'.

Matt menyampaikan keyakinannya bahwa ASI tidak hanya baik bagi bayi, tapi juga buat manusia dewasa. Untuk itu, es krim nan ia benderol seharga 14 Poundsterling atau setara dengan Rp199 ribu tersebut, ia gagas.

Matt meyakinkan masyarakat atau calon konsumennya bahwa es krim Baby Gaga ini enak dan menyehatkan. Tampilannya juga seperti es krim biasa nan terbuat dari susu sapi. Untuk urusan higienitas, tidak perlu diragukan.

Selain alami dan bebas bahan pengawet, es krim Baby Gaga diolah dengan sangat khusus. Tidak seperti es krim biasa. ASI didapat dari para ibu nan menjual ASI-nya. Proses menemukan ibu nan mau menjual ASI dilakukan melalui lembaga ibu-ibu online nan bernama Mumsnet. Calon penjual ASI itu lalu dicek riwayat kesehatan dan kandungan ASI-nya. Jika sehat, ASI pun dapat diambil.

ASI lalu diproses melalui pasteurisasi agar bebas bakteri dan jasad renik lainnya nan membahayakan kesehatan manusia. Proses pasteurisasi selesai dan es krim separoh jadi itu dicampur (dikocok) dengan potongan vanilla kering Madagaskar dan perasan air jeruk lemon. Es krim nan berisi 75 persen ASI ini kemudian disajikan dengan roti panggang.

Matt O'Connor memang seorang entrepreneur sejati. Ia tidak segan-segan melakukan terobosan bisnis dengan ide 'gila'nya itu. Termasuk kesiapan menerima dampak dari tindakannya menjual es krim dari ASI. Tidak berapa lama setelah keberadaan es krim Baby Gaga diberitakan oleh berbagai media lokal maupun internasional, kontroversi merebak di masyarakat.

Ada nan setuju, namun tidak sedikit pula menolak. Bahkan ada nan meminta aparat pemerintah Inggris buat menutup restoran nan menjual es krim ASI itu. Bagi nan setuju, mereka berargumen bahwa sah-sah saja jika ada nan menjual es krim berbahan ASI. Selama es krim itu tak menimbulkan masalah kesehatan pengonsumsinya, maka tak apa-apa. Apalagi para ibu nan ASI-nya diambil, melakukannya dengan suka rela. Tidak ada paksaan. Bahkan para ibu itu mendapat bayaran. Jadi, es krim ASI murni produk bisnis. Aman, sehat dan tak melanggar hukum.

Ada pun nan menolak, mengangap keberadaan es krim ASI tak hanya melanggar kebiasaan kepatutan (etis), tapi juga merendahkan harkat kemanusiaan. Proses jual beli ASI bisa disamakan dengan transaksi menjual organ atau bagian dari tubuh manusia. Selain buat alasan kesehatan (medis), tindakan seperti itu tak dapat dibenarkan.

Kelompok nan menolak juga menyampaikan kekhawatiran ancaman kesehatan dari es krim ASI. Meskipun Matt sudah menyampaikan bahwa es krim itu kondusif dari bahaya-bahaya nan mengancam kesehatan manasuia, mereka tak percaya. Menjual makanan nan terbuat dari cairan tubuh orang lain (manusia) rentan dengan penyebaran virus-virus membahayakan. Salah satunya berpotensi menularkan hepatitis.

Terlepas dari pro dan kontra, es krim ASI jadi produk makanan nan populer. Banyak konsumen dari dalam maupun mancanegara, mendatangi restoran Icecreamists hanya buat merasakan es krim berbahan air susu manusia itu.

Kalangan selebritis Hollywood pun juga sama. Banyak dari mereka nan menyatakan ketertarikan buat mencicipi es krim kontroversial tersebut. Beberapa dari mereka bahkan mengaku sudah merasakannya.

Hanya saja buat saat ini, es krim Baby Gaga terpaksa menghentikan sementara produksinya. Bukan sebab ditinggal oleh konsumen, tetapi sebab badan kesehatan Inggris ( Health Protection Agency dan Food Standard Agency ) mengajukan keluhan dan keberatan mereka ke pemerintah setempat. Es krim ASI pun dilarang dijual hingga produk tersebut lolos dalam masa pengujian.