Cara Mengatasi Pengangguran

Cara Mengatasi Pengangguran

Pengertian pengangguran ialah adanya ketimpangan antara huma pekerjaan dengan kebutuhan orang buat pekerjaan. Artinya, kurang tersedianya huma atau loka pekerjaan, sedangkan orang nan hendak bekerja melebihi jumlah huma pekerjaan.

Pertambahan penduduk mengakibatkan perubahan di segala sektor kehidupan. Akibat kemajuan dapat dilihat dan dirasakan oleh sebagian masyarakat. Namun, ada pula nan merasakan akibat negatif dan bertambahnya jumlah pengangguran.



Jenis Pengangguran Berdasarkan Faktor Penyebabnya

Pengangguran tak berdiri sendiri, ada beberapa faktor nan menyebabkan terjadinya pengangguran, antara lain sebagai berikut.

1. Pengangguran Struktural

Pengangguran struktural ialah pengangguran dampak keadaan ekonomi. Perubahan struktur ekonomi akhirnya mengalami perubaahana dalam kebutuhan tenaga kerja. Struktur ekonomi agraris berubah menjadi sistem struktur Industri, nan menuntut perubahan keterampilan nan bisa menunjang industri.

Perubahan struktural memiliki efek dan peran nan besar dalam terjadinya pengangguran. Pengagguran nan disebabkan oleh pengangguran struktural ini tergolong ke dalam pengangguran nan sangat besar. Dikatakan besar sebab bisa menyebabkan banyak orang nan menjadi pengangguran.

Sebagai contoh ialah perubahnya sistem agraris menjadi sebuah industri. Tentu saja tenaga agraris tidaklah dibutuhkan dalam global industri. Secara otomatis tenaga agraris nan sebelumnya memiliki pekerjaan mengerjakan sawah dan ladang menjadi kehilangan mata pencahariannya.

Dulu nan dapat bertani sekarang tak lagi dapat menjadi seorang petani sebab huma nan digunakan sebagai loka bercocok tanam telah diganti menjadi sebuah pabrik nan luas. Huma nan berupa tanah ini kini telah berubah menjadi tanah beton.

Beberapa kasus pengangguran struktural terjadi pada 1998, pada saat bangsa Indonesia mengalami krisis moneter. Banyak pekerja pabrik, pegawai bank dan perusahaan-perusahaan serta lembaga-lembaga lainnya nan mengalami kerugian, sehingga dilakukan pemutusan interaksi kerja (PHK). Pada tahun tersebut, taraf pengangguran di Indonesia begitu tinggi.

Sangat tingginya taraf pengangguran nan terjadi pada waktu itu sehingga membuat perekonomian negeri ini menjadi kandas dan terpuruk. Semua sektor perekonomian pada waktu itu terkena imbasnya. Seperti dilanda sebuah masa kelaparan nan panjang nan terjadi waktu itu dampak sebuah pemutusan interaksi kerja nan terstruktur.

Pengangguran struktural bisa diatasi jika pemerintah melakukan dan mengeluarkan peraturan serta kebijakan nan memihak rakyat. Di samping itu, pengganggur pun harus memperdalam keahlian dan kemampuannya.

Adanya keahlian lain atau multitalenta memang diperlukan oleh seorang agar ketika terjadi sebuah pemutusan interaksi kerja masih dapat melakukan manuver buat mencari kerja nan lain. Atau bahkan membuka lapangan kerja sendiri nan memang lebih kondusif dibandingkan ikut kerja di orang lain nan suatu saat dapat diberhentikan atau dilakukan pemutusan interaksi kerja.

2. Pengangguran Fiksional

Pengangguran jenis ini merupakan pengangguran normal. Maksudnya, pengangguran nan sifatnya temporer sebab adanya pergeseran antara permintaan dan penawaran tenaga kerja.

Yang termasuk ke dalam pengangguran friksional ialah penganggur nan ingin mencari pekerjaan nan lebih baik, penganggur nan tak bekerja pada waktu masuk proses kerja (membolos), dan penganggur nan sedang menunggu panggilan kerja.

Pengangguran fiksional ini kurang memiliki imbas nan besar sebagaimana pengangguran nan terjadi sebab struktural. Meskipun demikian jika pengangguran fiksional ini dibiarkan terlalu lama juga akan berimbas pada hal nan kurang baik.

3. Penganggur Voluntary

Penganggur voluntary ialah penganggur nan sebenarnya mampu bekerja, namun memilih tak bekerja sebab mempunyai usaha. Misalnya, membuka rental mobil, membuka kos-kosan, dan lain-lain. Penganggur voluntary dapat membuka lapangan pekerjaan buat penganggur lainnya.

Pengangguran voluntary dapat dikatakan sebagai bukan pengangguran namun mereka termasuk pengangguran sebab luangnya aktivitas nan mereka lakukan. Banyaknya waktu luang nan sering dimanfaatkan buat hal lain membuat mereka seperti seorang pengangguran.

Padahal sebenarnya mereka memiliki sebuah usaha atau pekerjaan yakni mengelolah sebuah bisnis. Mengelola bisnis memang terkadang dapat dilakukan dengan waktu luang nan lebih lama dibandingkan dengan bekerja pada suatu perusahaan atau ikut orang lain nan tentunya waktunya ialah seharian penuh alias fullday .

Namun dengan membukan usaha akan banyak sekali waktu luang nan dapat digunakan buat diri sendiri. Selain itu juga ketergantungan kepada orang lain buat mendapatkan pekerjaan juga dapat dihindari sehingga kekhawatiran akan datangnya pemutusan interaksi kerja tak dirasakan.

4. Pengangguran Deflasioner

Pengangguran ini terjadi sebab huma pekerjaan kurang/tidak tersedia atau huma pekerjaan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pekerja. Inilah nan memicu orang buat melakukan urbanisasi (hijrah ke kota besar) sebab daerah atau kotanya sudah tak tersedia lagi lapangan pekerjaan), banyaknya tenaga kerja wanita (TKW), tenaga kerja Indonesia (TKI).

Adnaya pengangguran deflasioner juga mengakibatkan banyak hal. Beberapa hal tersebut diantaranya ialah murahnya tenaga kerja. Gaji nan seharusnya diterima lebih layak oleh pekerja menjadi semakin murah atau di bawah kata layak sebab banyaknya sekali tenaga kerja.

Tentu saja ini akan memicu berbagai hal nan merupakan masalah serius bagi kemasyarakatan. Salah satunya ialah dengan menurunnya taraf kesejahteraan pegawai nan dapat menyebabkan terjadi berbagai hal. Diantaranya ialah meningkatnya kemiskinan dan juga dapat berakibat pada meningkatnya kriminalitas.

Sudah menjadi hal sangat wajar bila terjadi penurunan kesejahteraan dalam masyarakat maka akan menimbulkan akibat pada kehidupan sosial di masyarakat. Salah satunya ialah krminalitas tersebut nan semakin meningkat akibatnya keamanan dan kenyamanan hayati bermasyarakat pun menjadi terganggu.

Oleh sebab itu, pengangguran nan berjenis pengangguran deflasioner haruslah segera di atasi sesegera mungkin agar akibat nan tak diinginkan dapat diatasi.

5. Pengangguran Teknologi

Pengangguran teknologi ialah pengangguran dampak dari kemajuan teknologi. Misalnya terjadi pada sektor pertanian dan perindustrian. Dampak dari penggunaan mesin-mesin, sumber daya manusia nan awalnya dibutuhkan, diganti oleh tenaga mesin.

Pengangguran dapat menimbulkan akibat negatif, nan bukan hanya bagi sang penganggur, namun juga bagi masyarakat di sekitarnya. Pengangguran membawa permasalahan ekonomi suatu keluarga, nan dapat menyebabkan terganggunya kondisi psikis seseorang.

Misalnya, terjadi pembunuhan dampak masalah ekonomi, terjadi pencurian dan perampokan dampak masalah ekonomi, rendahnya taraf kesehatan dan gizi masyarakat, kasus anak-anak terkena busung lapar, juga terjadinya kekacauan sosial dan politik seperti terjadinya demonstrasi dan perebutan kekuasaan.



Cara Mengatasi Pengangguran

Pengangguran memang merupakan masalah tersendiri nan sangat merepotkan. Tidak hanya merepotkan bagi negara tetapi juga bagi masyarakat pada umumnya. Banyak hal nan dapat menyebabkan terjadinya pengangguran. Namun nan lebih menjadi sorotan primer ialah pada bagaimana mengatasinya.

Secara umum, mengatasi pengangguran bisa dilakukan dengan cara berikut.

1. Memperluas dan membuka lapangan pekerjaan

Langkah ini ialah langkah nan paling tepat dalam mengatasi masalah pengangguran nan ada. Dengan adanya lapangan kerja baik itu lapangan kerja baru maupun lapangan kerja lama maka secara otomatis akan menyerap banyak sekali tenaga kerja. Dengan demikian secara otomatis akan mengurangi dari adanya pengangguran.

Banyaknya pengangguran nan beredar di lapangan akan semakin berkurang dengan adanya lapangan pekerjaan tersebut. Semua jenis pengangguran dapat dikurangi dengan adanya lapangan pekerjaan nan terbuka bagi semua orang.

Namun membuka lapangan pekerjaan saja juga bukan merupakan langkah nan bijak, diperlukan juga pembimbingan atau pembekalan terhadap mereka sebagai calon tenaga kerja. Dengan demikian kemampuan nan diperlukan oleh perusahaan nan menginginkan tenaga kerja dapat terpenuhi.

Jika ada lapangan kerja baru tetapi skill atau kemampuan dari para calon tenaga kerjanya tak ada maka secara otomatis juga mampu menambah adanya pengangguran baru. Bukan malah menyelesaikan sebuah masalah malah menambah masalah. Oleh sebab itu, pendidikan atau pembekalan terhadap calon tenaga kerja nan baru juga sangat diperlukan agar hal nan seperti ini tak terjadi.

2. Bagi individu nan mampu (wiraswasta)

Membuka usaha baik skala kecil maupun besar. Hal ini mampu memperkecil taraf pengangguran dan membuka lapangan pekerjaan baru. Dengan adanya suatu usaha nan dilakukan oleh seseorang akan memperkecil adanya pengangguran.

Sikap nan menggantungkan diri terhadap lowongan pekerjaan dari suatu perusahaan akan berkurang. Semua hal tersebut dikarenakan adanya jiwa berdikari nan mau berusaha sendiri tanpa harus menggantungkan nasib mencari sebuah lowongan pekerjaan.

Namun semua tak semudah nan dibayangkan, buat menjadi sebuah wiraswasta memang membutuhkan niat dan mental nan kuat. Dengan demikian ketika usaha nan dijalankan mengalami kegagalan maka akan tetap bangkit dan berusaha buat membuka usaha lagi.

3. Mengadakan Bimbingan

penyuluhan dan keterampilan tenaga kerja, menambah keterampilan, dan meningkatkan pendidikan.