Reproduksi Cumi-Cumi

Reproduksi Cumi-Cumi

Cumi-cumi merupakan salah satu hewan bahari nan bisa dikonsumsi oleh manusia. Cumi-cumi memiliki kandungan protein nan tinggi, selain itu kandungan kalsium dari cumi sangat bermanfaat buat kesehatan tulang dan gigi. Cumi-cumi menjadi objek tangkapan nelayan buat dijual di pasar maupun buat dikonsumsi sendiri.

Oleh sebab itu cumi-cumi memiliki nilai hemat nan tinggi bagi nelayan. Cumi-cumi menjadi komoditi komersial nan diperdagangkan dipasar ikan dan supermarket. Cumi-cumi, menjadi menu primer di restoran seafood, maupun menjadi salah satu kasanah masakan Indonesia.

Cumi-cumi dapat dimasak apa saja, dibakar, goreng maupun dikukus tidak mengurangi rasa lezatnya dengan tekstur daging nan kenyal. Di Jepang, cumi-cumi, menjadi makanan favorit masyarakatnya. Bahkan orang Jepang dan Korea lebih menyukai menyantap cumi-cumi mentah dengan menggunakan saos kecap manis saja, alasanya kalau dimasak, mengurangi nilai kandungan nutrisi pada cumi-cumi.



Ciri Cumi-Cumi

Cumi-cumi memiliki nama latin Mastigoteuthis flammea , masuk dalam famili Cephalopoda . Karakteristik khas anggota famil cephalopoda ialah memiliki tentakel atau kaki-kaki nan menyerupai belalai. Cumi-cumi tidak memiliki tulang belakang dan dikategorikan menjadi hewan moluska seperti siput, ubur dan lain sebagainya.

Cumi-cumi berenang dengan cara menggerakan tentakelnya dan bergerak mundur. Jika cumi-cumi merasa terancam atau terdesak dia akan mengeluarkan senjata andalan yakni tinta. Tinta ini disemprotkan ke arah musuhnya agar pandangannya terganggu sebab rona hitam dari tinta begitu pekat.

Setelah tinta disemprotkan si cumi-cumi ini seketika melesat melarikan diri menghindar jauh dari musuhnya. Musuh cumi-cumi ialah predator bahari seperti ikan marlin, barracuda dan hiu. Badan cumi-cumi berwarna putih terang, kalau dipegang tekstur badannya licin menyerupai jelly.

Fisik cumi-cumi berbentuk tabung memanjang. Sistem pernapasannya menggunakan insang, dia memompa air dengan kuat kemudian dimasukan ke insang buat di saring okesigennya.

Alat memompa menyerupai cerobong nan berbentuk bulat, cerobong ini berada di bagian tengah. Sedangkan mata cumi-cumi berada di atas tentakel, berbentuk bulat di tengahnya terdapat pupil nan berwarna hitam keabu-abuan. Organ nan ada di badan cumi-cumi antara lain, jantung, ingsang, ginjal, lambung, ovarium, kantung tinta, esophagus dan rektrum.

Di habitatnya jika cumi-cumi terancam, hewan ini akan berubah menjadi hitam, fungsinya sebagai kamuflase agar tidak terlihat oleh musuhnya.



Habitat Cumi-Cumi

Hampir seluruh bahari di bumi ini terdapat aneka spesies cumi-cumi, hewan tentacle ini memiliki sifat nan mudah beradaptasi dengan berbagai jenis perairan laut. Cumi-cumi lebih bahagia berenang di permukaan laut.

Cumi-cumi merupakan hewan nocturnal , dia beraktivitas di malam hari, seperti mencari makan, kawin dan bereproduksi. Radius konvoi cumi-cumi mencapai 5 kilometer dari habitat asalnya. Gerak nan cukup jauh bagi hewan sekecil hewan moluska.

Cumi-cumi nan menyukai berenang di permukaan air bahari nan tenang, mudah di lihat dari atas perahu. Oleh sebab itu, cumi-cumi mudah sekali ditangkap oleh nelayan, tanpa susah payah menebar jaring. Cukup dengan memancing, sudah bisa banyak, apalagi cumi-cumi menyenangi sinar.

Nelayan penangkap cumi-cumi, menggunakan petromak atau sinar lampu nan dipasang di ujung perahu, gunanya agar cumi-cumi mendekat di kapal kemudian dipancing menggunakan umpan buatan. Cumi-cumi merupakan komoditas bahari nan tidak mengenal musim tangkapan. Kapan saja cumi-cumi dapat ditangkap pada malam hari. Sehingga cumi-cumi menjadi komoditas bahari nan memiliki nilai jual stabil.



Reproduksi Cumi-Cumi

Pembiakan cumi-cumi melalui telur. Musim kawin cumi-cumi antara bulan April sampai Juli, ketika mendekati musim kemarau, saat air bahari menjadi hangat. Biasanya bulan purnama merupakan masa cumi-cumi jantan mencari betina buat kawin. Usia matang buat kawin berumur 8 bulan.

Setelah kawin, cumi-cumi betina menaruh telurnya di karang-karang nan merupakan sarangnya. Cumi-cumi betina menunggui telur-telurnya dari gangguan hewan predator. Telur cumi-cumi akan menetas setelah 20 hari. Selepas itu anak cumi-cumi bergerak sendiri mencari makan.



Makanan Cumi-Cumi

Cumi-cumi mencari makan di malam hari sebab cumi-cumi ini termasuk hewan nocturnal nan beraktivitas di malam hari. Mereka keluar dari sarang buat mencari makan di permukaan air laut. Makanan cumi-cumi berupa organisme bahari kecil, seperti udang, anak ikan dan hewan kecil lainnya.

Hewan kecil seperti udang ditangkap dengan tentakelnya dengan cara dibelit agar tidak lepas, kemudian buruannya dimasukan ke mulut cumi-cumi nan ada di tengah tentakelnya. Cumi-cumi merupakan hewan soliter nan lebih bahagia bergerak sendiri dalam mencari makan.



Kerabat Cumi-Cumi

Indonesia nan negara maritim memiliki bahari terluas di muka bumi ini, dan di dalamnya terkandung banyak biota bahari termasuk cumi-cumi. Jenis cumi-cumi di Indonesia banyak sekali ragamnya, termasuk sotong dan gurita nan masih kerabat dari cumi-cumi. Berikut ini klarifikasi tentang kerabat cumi-cumi nan masih tergolong famil Cephalopoda .



1. Kerabat Cumi-Cumi - Sotong

Sotong merupakan salah satu family terdekat cumi-cumi. Sotong memiliki nama latinnya Belosaepiidae . Populasi sotong sangat merata di bahari di mana saja, ada spesies sotong nan habitatnya di muara dan sungai-sungai. Sotong sering kali di samakan dengan cumi-cumi, padahal secara fisik tubuhnya berbeda dengan cumi-cumi.

Sotong memiliki tubuh nan pipih dan pada kedua tepi tubuhnya terdapat sirip nan berfungsi sebagai alat berenang. Ukuran tentakel sotong lebih pendek daripada cumi-cumi . Sotong menyukai bahari dalam sebagai loka habitatnya. Sama seperti cumi-cumi, sotong dapat dimakan dan mengandung protein tinggi.

Salah satu pembedaan nan jelas ialah sotong memiliki cangkang nan ada di punggungnya. Cangkang berbentuk pipih, cangkang sotong mengandung mineral tinggi, sehingga banyak dicari oleh penggemar burung buat memacu pertumbuhan bulu burung.



2. Kerabat Cumi-Cumi - Gurita

Gurita merupakan kerabat jauh, cumi-cumi. Dalam bahasa Inggris dinamai octopus. Gurita memiliki delapan tentakel nan ukurannya panjang. Pada tentacle terdapat deretan alat penghisap nan berbentuk bulat-bulat. Secara fisik gurita lebih besar ketimbang cumi-cumi. Tentakel gurita lebih kuat, mampu mencengkram mangsanya nan berukuran besar.

Cengkramannya dapat membelit ikan sehingga tidak dapat bernafas dan wafat lemas. Ukuran gurita lebih besar dari pada cumi-cumi, bobot gurita dewasa mencapai 5 kg dengan panjang badan dan tentakel mencapai 3 meter. Seperti cumi-cumi, gurita tidak memiliki tulang belakang, sehingga tubuhnya sangat lentur dan dapat menyelinap di antara rongga-rongga kerang buat bersembunyi.

Sama seperti cumi-cumi, gurita merupakan hewan soliter nan habitatnya di karang-karang laut, dia lebih suka menyendiri, gurita merupakan hewan pemalu, dia mengindar manusia ketika didekati. Namun ketika gurita merasa terancam, dia akan menyerang dengan menyemprotkan tinta hitamnya dan membelit kuat-kuat musuhnya dengan tentacle.

Gurita jug memiliki nilai komersial bagi nelayan sama seperti cumi-cumi, hampir semua jenis gurita, dapat dikonsumsi oleh manusia. Daging gurita mengandung protein dan kalsium tinggi. Bahkan di Jepang, masyarakatnya menyukai gurita sebab dagingnya enak, dapat dimakan mentah mau pun dimasak. Sedangkan di Indonesia gurita ditangkap buat diasinkan agar awet.

Demikianlah seklumit global cumi-cumi nan memiliki nilai komersial tinggi, sehingga menjadi objek tangkapan nelayan. Walaupun Indonesia memiliki kekayaan bahari dan ikannya nan beragam, sayangnya taraf konsumsi ikan di kalangan masyarakat sangat rendah, padahal ikan memilik nutrisi nan baik buat perkembangan otak, agar lebih cerdas. Oleh sebab itu mari kita tingkatkan konsumsi ikan termasuk cumi-cumi.