Hedonisme - Solusi Menghadapi Budaya Tersebut

Hedonisme - Solusi Menghadapi Budaya Tersebut

Istilah hura-hura sudah tak asing lagi di masyarakat. Pengaruhnya dalam kehidupan saat ini semakin tampak konkret di segala bidang. Meski awal mulanya istilah ini tak dikenal masyarakat Indonesia utamanya generasi muda, tapi seiring perkembangan zaman istilah ini memberikan pengaruh di masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia mulai kehilangan budaya Timurnya ketika budaya ini hadir dan memberikan pengaruh cukup besar.



Hedonisme - Sejarah Awal Mulanya

Hedonisme merupakan satu istilah nan menunjukan paham kesenangan atau suatu pandangan tentang kenikmatan global menjadi tujuan hayati manusia. Berdasarkan asal katanya, hura-hura berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata Hedone nan mempunyai arti kesenangan.

Jika diteliti dalam kamus Bahasa Indonesia, istilah tersebut mempunyai arti suatu paham dengan asumsi tentang kesenangan merupakan hal paling sahih di dunia. Secara umum, istilah ini bisa diartikan sebagai suatu etos nan menganggap bahwa orang bisa meraih hayati senang dengan mencari kebahagiaan sebanyak-banyaknya. Selain mencari kebahagiaan, mereka juga harus menghindari perasaan menyakitkan dalam kehidupan.

Democritus merupakan salah satu nama tokoh filsuf Yunani. Namanya disebut dalam sejarah filsafat Yunani antik sebagai tokoh nan memperkenalkan istilah hura-hura di masyarakat. Kesenangan global nan dimaksudkan dalam istilah ini tak terbatas pada fisik, tapi kesenangan nan mempengaruhi intelektual manusia.

Sementara itu, Epicurus juga menjadi salah seorang tokoh nan mengemukakan pendapat tentang istilah ini. Menurut Epicurus, kesenangan tetap menjadi sumber norma, tetapi tak hanya mencakup kesenangan jasmaniah saja. Alasannya yaitu sebab kesenangan tersebut bisa mengakibatkan rasa sakit jika hiperbola melakukannya. Menurut Epicurus puncak Hedone ialah ketenangan jiwa.

Selain dua tokoh tersebut, ada tokoh lain nan bernama Aristippus. Ia sepakat dengan gagasan Sokrates tentang keutamaan yaitu mencari nan baik. Hura-hura menurut tokoh satu ini yaitu mencari kesenangan yaitu hedone. Ia mengemukakan pendapat bahwa akal menusia seharusnya bisa mengoptimalkan kesenangan dan meminimalisir kesusahan. Jadi, menurut tokoh ini hayati nan baik berkaitan dengan kerangka rasional tentang kenikmatan. Namun, kesenangan menurut pendapat tokoh ini memiliki batasan nan mencakup pengendalian diri sendiri sebagai alat kontrolnya.

Menurut Aristippus, kesenangan bukan suatu masa depan ataupun masa lalu. Adapun nan ia maksud kesenangan yaitu mempunyai sifat badani atau mobilitas dalam badan. Adapun gerakan nan dimaksud, yaitu:

  1. Gerak kasar. Mobilitas tersebut bisa mengakibatkan ketidaksenangan, seperti munculnya rasa sakit.
  2. Gerak halus. Mobilitas tersebut bisa mengakibatkan adanya kesenangan.
  3. Keadaan netral, seperti halnya ketika tidur atau disebut tak ada gerak.

Demikian sejarah awal mula munculnya istilah tersebut nan kini makin marak di masyarakat global ini termasuk Indonesia. Kehidupan nan hedone bukan berasal dari budaya Indonesia. Namun, era globalisasi melalui perkembangan teknologi dan informasi menjadikan budaya asing tersebut memengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia.

Generasi muda Indonesia menjadi salah satu pihak nan terkena pengaruh adanya budaya hedone. Hal tersebut bisa kita temui melalui beberapa fakta di sekitar kita mulai dari kalangan remaja maupun mahasiswa, endemi hedone makin mengakar kuat di dalam kepribadian mereka.

Wabah hayati sebab adanya pengaruh hedone bisa di atasi dengan jalan keluar jangka pendek maupun jangka panjang. Meski memiliki jalan keluar tersebut, tapi budaya asing ini tak mudah hilang dari kehidupan manusia. Secara alamiah, manusia memang menyukai kesenangan global dalam segala hal. Jadi, jalan keluar tersebut harus terus dilakukan secara beriringan dan monoton dengan rutin.



Hedonisme di Kalangan Generasi Penerus Indonesia

Remaja dan mahasiswa termasuk dalam kategori generasi penerus bangsa Indonesia di masa depan. Peran mereka sebagai generasi penerus akan menentukan kemajuan dan kemampuan Indonesia buat bersaing dengan negara lain dalam segala bidang, baik ilmu pengetahuan, teknologi, informasi maupun lainnya. Adanya budaya hedonisme yang makin marak memberikan pengaruh kepada mereka termasuk salah satu hal nan harus diwaspadai dan diperlukan jalan keluar penyelesaiannya.

Fakta adanya budaya hedone nan marak di kalangan generasi penerus Indonesia, misalnya pesta minuman keras, pesta narkoba, pergaulan bebas dan lainnya. Semua fakta tersebut berujung pada kesenangan global belaka. Dampak nan ditimbulkannya majemuk dan membuat kondisi generasi penerus tersebut bertentangan dengan harapan dengan tingkah laku mereka.

Budaya ini bisa dihindari dan dicegah dengan adanya peran aktif dari diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan negara. Hayati hedone tak bisa hanya dibentengi dengan pengendalian diri sendiri sebab manusia pada dasarnya makhluk sosial dan mudah terpengaruh dengan orang lain dalam kondisi tertentu.

Sebagian besar generasi penerus tersebut memiliki pendapat bahwa budaya hura-hura memiliki interaksi dengan gaya hayati modern. Jika mereka tak mengikuti arus kehidupan modern, maka mereka merasa tertinggal dan berada pada posisi tak berkembang mengikuti perkembangan jaman. Pendapat seperti itulah nan seharusnya tak dimiliki generasi Indonesia.

Memaknai kehidupan modern dan mengikuti perkembangan zaman berbeda dengan terpengaruh dengan kesenangan hayati modern nan berujung pada hedone. Oleh sebab itu, seperti ulasan sebelumnya peran dari semua aspek kehidupan baik diri sendiri sampai dengan negara harus diupayakan terlaksana demi menyelamatkan aset krusial negara yaitu generasi muda Indonesia.

Kehidupan modern nan salah dimaknai oleh para generasi penerus bangsa biasanya bisa terlihat dari sisi lahiriah, seperti arsitektur atau bentuk rumah, pusat perbelanjaan modern, loka hiburan modern, makanan modern, teknologi modern, gaya hayati modern dan lainnya nan terpengaruh kehidupan modern. Padahal jika kita telusuri, semua hal nan dimaknai modern tersebut asalnya dari negara barat. Hal itulah nan menjadikan cara pandang dan berpikirnya generasi penerus Indonesia tak sinkron dengan nilai luhur budaya bangsa Indonesia.

Era globalisasi seperti saat ini seharusnya dihadapi dengan banyak persiapan terutama generasi penerusnya. Wajar jika secara mayoritas masyarakat Indonesia terutama generasi penerusnya makin jauh dari nilai luhur budaya bangsa sebab ketidaksiapan mereka menghadapi pengaruh era globalisasi.

Semua mengikuti arah dan gaya budaya barat dalam segala bidang kehidupan. Misalnya, makin ramainya loka hiburan malam, anak muda menyukai mabuk-mabukan nan berakibat pada keributan, adanya pencinta sesama jenis di Indonesia, banyak pelajar nan umumnya remaja tak ada semangat belajar sebab menurut mereka belajar merupakan kegiatan nan membosankan dan tak mendatangkan kesenangan dan lainnya. Hal inilah nan membuat budaya di Indonesia mulai di lupakan oleh dengan adanya gaya hayati hedonisme.



Hedonisme - Solusi Menghadapi Budaya Tersebut

Secara realita maupun logika, buat menghilangkan sama sekali pengaruh budaya hura-hura tak bisa dilakukan dengan pengendalian diri saja. Namun, adanya peran aktif dari semua komponen mulai dari diri sendiri, keluarga, kontrol masyarakat, dan negara merupakan solusi nan harus dicoba buat dilakukan dengan monoton dan kerjasama nan baik. Meski terdapat solusi jangka pendek berupa sosialisasi kembali budaya Indonesia kepada generasi penerus, tapi hal tersebut tak memberikan pengaruh besar pada besarnya arus perkembangan gaya hayati hedone tersebut.

Selanjutnya, kita perlu mengingat kembali sebuah pernyataan bahwa jika kita ingin melihat masa depan maka lihatlah generasi mudanya. Jika disesuaikan dengan kondisi sekarang, generasi muda sebagai penerus bangsa belum bisa dikatakan menjadi asa sebab pengaruh budaya hura-hura ini. Oleh sebab itu, perlu buat membangun sebuah masa depan nan cerah dengan cara kita membangun generasi muda terlebih dahulu nan mampu diharapkan buat menciptakan masa depan nan cerah tersebut.

Untuk menciptakan sebuah generasi muda nan mampu diharapkan buat masa depan,diperlukan kerja keras dan kolaborasi dari berbagai komponen seperti ulasan sebelumnya. Komponen tersebut mulai dari diri sendiri, keluarga, masyarakat dan negara. Jika nan digerakkan hanya satu komponen, maka generasi muda nan sinkron asa akan lama terwujud sebab arus budaya hura-hura kuat ke segala bidang kehidupan manusia. Semua komponen harus bekerja sama meski bisa dikatakan sulit buat dilakukan, tapi masih ada jalan buat mewujudkannya.

Semoga ulasan mengenai hedonisme ini memberikan kegunaan bagi pembaca. Segala perubahan positif tak akan sulit dilakukan jika terbentuk kolaborasi dan kerja keras antarkomponen dengan baik. Menghindari hura-hura harus diupayakan seoptimal mungkin agar generasi penerus bangsa bisa membawa Indonesia menuju puncak kemajuan.