Laju Pertumbuhan Ekonomi - Inflasi Di Indonesia

Laju Pertumbuhan Ekonomi - Inflasi Di Indonesia

Laju pertumbuhan ekonomi ialah suatu proses kenaikan out per kapita dalam jangka waktu tertentu. Tiga aspek nan haruslah diperhatikan dalam pengertian tersebut, yaitu proses, output per kapita, dan jangka panjang / waktu tertentu. Pertumbuhan ekonomi juga bisa di katakan suatu proses, bukan suatu citra konkret ekononomi pada suatu saat di wilayah atau negara.

Menurut ahli ekonomi Simon Kuznet, pertumbuhan ekonomi sebuah negara merupakan kesanggupan negara tersebut menyediakan barang-barang nan terus dibutuhkan bagi rakyatnya. Kesanggupan ini didasari pada keberhasilan dominasi teknologi dan birokrasi serta akselarasi pertumbuhan ekonominya dengan ideologi nan dianut.



Laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Menurut Bank Indonesia, pertumbuhan ekonomi Indonesia merupakan salah satu nan terbaik di Asia. Bahkan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pemicu geliat ekonomi regional. Angka laju pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri berada di angka 6,1 persen, nan sesungguhnya di bawah sasaran nan direncanakan yaitu sebesar 6,2 persen. Penurunan angka tersebut disebabkan penurunan jumlah ekspor dan isu kenaikkan harga BBM bersubsidi.

Diperkirakan, pada angka pertumbuhan ini tak akan banyak berubah sampai akhir tahun. Hal ini disebabkan melemahnya ekspor indonesia dan masih lemahnya perekonomian kawasan dan global serta kenaikan minyak global nan tak menentu. Diperkirakan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mengalami kenaikkan sebesar 6,4 persen pada tahun 2013. Hal ini disebabkan pada tahun ini perekonomian kawasan dan global sudah mulai membaik.

Mengingat 5 tahun ke belakang saat ekonomi dunia menerjang, Indonesia mampu bertahan. Memang tidak dapat diingkari, karena tingginya konsumsi masyarakat Indonesia menjadi penyelamat terjangan krisis ekonomi global saat itu. Konsumsi masyarakat kita diakui banyak ekonom menjadi pemantik pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Hal ini berdampak positif, Indonesia kuat menghadapi krisis finansial nan menerpa negara-negara maju, baik itu negara Amerika Perkumpulan sebagai negara adidaya, maupun negara Eropa. Kenaikan harga minyak global nan berimbas terhadap perekonomian Indonesia memaksa pemerintah buat mengajukan APBN perubahan.

Dari awal tahun saja harga minyak global telah mencapai 122 dolar per barel. Jika kondisi ini tak banyak mengalami perubahan, harga minyak mentah akan mencapai 125 dolar per barel. Walau begitu, pasar riil masih sensitif dengan kenaikan barang-barang kebutuhan pokok. Kenaikan dua digit dari harga sebelumnya sudah mampu membuat masyarakat resah. Menurut para ekonom, pertumbuhan ekspor Indonesia masih terus melemah sampai akhir kuartal ke-2.

Hal lainnya juga dipengaruhi perekonomian dunia nan belum sepenuhnya sehat. Kondisi demikian memunculkan keresahan terhadap pasar dalam negeri dan dunia. Sebab keharusan atas kenaikan harga BBM bersubsidi telah dilakukan serta akan memicu angka inflasi.

Menurut beberapa ahli ekonomi, seyogyanya pemerintah segera menaikkan harga BBM. Jika ada penundaan, berarti ada ketidakpastian nan berpengaruh terhadap pasar. Akan tetapi, laju pertumbuhan ekonomi ini masih dapat terangkat ke atas atau justru turun. Hal ini tergantung kebijakan pemerintah, apakah risiko dalam pertumbuhan ekonomi bisa di tekan atau tidak.

Semakin baik laju pertumbuhan ekonomi suatu negara, semakin meningkat daya beli masyarakatnya. Akibatnya, meningkat pula kesejahteraan masyarakatnya. Seiring dengan meningkatnya perekonomian, pendapatan masyarakat Indonesia pun ikut terdongkrak. Jumlah masyarakat miskin menurun dan jumlah masyarakat menengah meningkat.

Peningkatan jumlah masyarakat menengah, baik nan di kota maupun di desa sebagai sebuah indikator konkret dari akumulasi pertumbuhan ekonomi. Hanya saja, indikator dari masyarakat menengah ini terlihat jelas di masyarakat perkotaan.

Dengan bertambahnya masyakarat kelas menengah ini menjadi kabar baik buat meningkatkan posisi Indonesia. Tidak hanya sekedar jalan di loka sebagai negara berkembang, namun dapat meningkat menjadi negara maju. Sejajar dengan negara di bagian Utara bumi.

Namun, dengan peningkatan ini bukan berati tak berdampak negatif terhadap faktor lainnya. Semakin tinggi daya beli masyarakat, semakin tinggi pula mobilisasi masyarakat. Sehingga kepemilikan kendaraan pribadi menjadi semakin tinggi. Jika hal ini tak diantisipasi maka akan berdampak negatif pada layanan infrastruktur.

Dari sisi infrastruktur, Indonesia dapat dikatakan belum cukup siap menghadapinya. Contoh konkret ialah kondisi kota-kota besar di Indonesia nan seolah-olah tak pernah sepi dari kemacetan. Akibat lain nan harus diperhatikan dari naiknya laju pertumbuhan ekonomi ialah konsumsi bahan bakar minyak (BBM) nan meningkat.

Hingga tahun ini saja, Indonesia boleh dibilang negara nan boros dalam konsumsi BBM. Sasaran konsumsi selalu melebihi dari konsumsi sebenarnya. Meningkatnya konsumsi BBM ini memaksa pemerintah buat mengeluarkan kebijakan membatasi pemakaian BBM bersubsidi bagi orang mampu. Konsenkuensi dari kenaikan laju pertumbuhan ekonomi di atas hendaklah perlu diwaspadai dan dipersiapkan sebaik mungkin.



Laju Pertumbuhan Ekonomi - Inflasi Di Indonesia

Inflasi merupakan proses bergeraknya harga-harga secara menyeluruh dan terjadi secara monoton (kontinu). Dengan bahasa lain, inflasi ialah menurunnya nilai tukar mata uang secara terus menerus. Inflasi merupakan suatu peristiwa secara umum, bukan tolak ukur tinggi-rendahnya harga pasar. Jadi, inflasi tinggi tak selalu terkait dengan tingginya harga pasar.

Pengertian inflasi juga sering dikaitkan dengan peningkatan cadangan uang nan kadang-kadang dilihat sebagai pemicu kenaikan harga. Ada beberapa cara buat mengukur inflasi, yaitu CPI dan Deflator.

  1. CPI atau Consumer Price Index ialah suatu indikator nan biasa digunakan buat mengukur taraf kenaikan harga barang maupun jasa nan dibebankan kepada pembeli.
  2. Deflator ialah indikator nan menunjukkan besaran perubahan harga dari semua produk baru, produk lokal, barang jadi, dan juga jasa.

Sebelum krisis ekonomi menerpa Indonesia sekitar tahun 1998, buat sebuah sepeda motor baru kita cukup mengeluarkan uang 2-3 juta rupiah. Akan tetapi, saat ini harga sebuah sepeda motor berkisar 13-15 juta rupiah. Begitu juga dengan jenis barang dan jasa lainnya.Jika inflasi meningkat, uang kita akan menyusut. Dengan nominal uang nan sama, jumlah produk atau jasa nan kita dapatkan lebih sedikit.

Negara-negara nan sudah maju ekonominya menjaga inflasi ekonomi mereka di kisaran angka 2%-3%. Sementara buat negara-negara berkembang nilai inflasinya lebih tinggi. Di Indonesia, semenjak tahun2012 ini telah mengalami peningkatan sebesar 4,5%. Pada bulan maret 2012, lanju inflasi Indonesia hanya 3,9% nan meningkat jika dibanding bulan Februari nan sebesar 3,56%.

Laju inflasi nan tak tertahan di perkirakan memaksa Bank Indonesia buat kembali memangkas suku bunganya pada bulan ini. Sebelumnya, BI sudah menahan suku kembang senilai 5,75% selama dua bulan berturut-turut. Di mana sebelumnya pada bulan November 2011 dan Februari telah menurunkan suku bunganya.

Agar laju pertumbuhan ekonomi berjalan dengan baik dan tinggi, pemerintah hendaknya mampu melakukan berbagai hal. Salah satunya yaitu mengontrol taraf inflasi agar tak terlalu tinggi. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi akan baik.

Walaupun negara-negara Eropa saat ini masih dilanda krisis, Indonesia dapat mengalihkan tujuan ekspor ke negara lain nan tak terlalu terkena akibat krisis. Selain tujuan ekspor ke negara lain, Indonesia hendaknya memerlukan taktik nan mumpuni agar nilai ekspor Indonesia tetap diterima di pasar Eropa.

Untuk pasar dalam negeri sendiri, pemerintah haruslah menjaga pasar dalam negeri supaya produk dalam negeri bisa dinikmati oleh rakyat sendiri. Peningkatan lapangan kerja, peningkatan infrastruktur daerah, dan lain sebagainya.

Selain inflasi, laju pertumbuhan juga di pengharuhi sistem politik nan kondusif. Ini sebab jika sistem politiknya kondusif, akan memancing minat investor buat menanamkan modalnya di Indonesia. Turis akan banyak berkunjung sehingga menambah devisa negara.

Jika mengingat kondisi ekonomi Indonesia pada saat terjadi krisis moneter pada tahun 1998, mendasar ekonomi Indonesia saat ini sudah lebih baik. Pada 1998, laju pertumbuhan ekonomi mendekati minus. Berbeda dengan krisis dunia saat ini, nan masih di atas 2. Pesaing terberat dalam laju pertumbuhan ekonomi di Asia ialah China dan India.

Langkah positif nan telah dilakukan pemerintahan dengan melibatkan 15 kementrian buat membelanjakan dana secara merata setiap bulan, bukan membesar di akhir tahun. Dengan hal ini diharapkan mampu menopang laju pertumbuhan ekonomi menggantikan nilai ekspor Indonesia nan tahun ini menurun. Seperti nan dijelaskan di atas bahwa konsumsi domestiklah nan mampu menggerakkan perekonomian nasional daripada ekspor.