Belanja dan Pemenuhan Kebutuhan

Belanja dan Pemenuhan Kebutuhan

Ketika berkunjung ke sebuah mall buat belanja bulanan, Anda kerap melihat barang bagus dengan rabat nan sangat menggiurkan. Anda iseng-iseng meneliti barang tersebut, lalu membawanya ke kasir. Di rumah Anda baru menyadari barang itu tak benar-benar Anda perlukan. Akhirnya, barang nan sangat Anda butuhkan malah terlupakan.



Kebutuhan Belanja

Siapa nan tak suka memiliki barang baru? Niscaya semua ingin bukan? Namun, tak semua apa nan kita inginkan dapat kita penuhi langsung, terutama dalam urusan belanja. Membeli sesuatu tentu saja harus menyediakan dananya bukan? Nah, kalau kita memiliki dana nan cukup mungkin tak menjadi soal, tetapi bagaimana jika dana nan kita miliki pas-pasan? Berarti Anda harus membuat prioritas.

Sebenarnya tak semua keinginan kita harus kita penuhi. Kita harus membuat prioritas. Dalam membuat prioritas ini harus dibedakan mana prioritas nan primer dan mana nan cadangan. Dalam prioritas nan primer itu juga harus dibedakan lagi mana nan sifatnya krusial dan mendesak dan mana nan dapat ditunda. Jadi, tak semua apa nan kita butuhkan kita perlukan saat itu. Jangan sampai Anda terlena hanya sebab menuruti keinginan saja, tetapi sebenarnya Anda tak memerlukannya saat ini.

Wanita identik dengan menghamburkan uang ini, tetapi jangan salah, pria pun juga sama. Anda tentu masih ingat dengan Norma mendiang Michael Jackson nan suka mengoleksi barang-barang antik, sampai harus berhutang. Padahal apa nan sudah dibelinya itu hanya menjadi rebutan keluarganya, jadi sia-sia saja. Anda tentu saja tak ingin hal itu terjadi pada Anda bukan? Jadi sebaiknya bijaksanalah dalam mengelola keuangan Anda.

Baik pria maupun wanita semuanya memiliki potensi buat gila belanja atau istilah kerennya disebut shopaholic . Anda pernah menonton film Shopaholic ? Film nan menceritakan kehidupan seorang gadis nan sangat gila dengan membeli barang baru dan bermerek. Tidak peduli kartu kredit nan sudah melebihi batas limit, ia tetap nekat membeli barang-barang bagus. Dan pada akhirnya ia sadar jika itu hanya membuatnya tak dapat menikmati hidup.

Demikian halnya dengan pria, tak menutup kemungkinan juga penganut gila belanja. Keinginan kita nan kuat buat membeli sesuatu apapun itu sebenarnya dapat kita atasi. Bila dilihat lebih jauh lagi keinginan buat selalu menghabiskan uang itu dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Jadi, lebih baik lagi jika Anda juga bijaksana dalam memilih teman bergaul.



Belanja dan Status Sosial

Ada nan berpandangan jika semakin banyak nan dapat dibeli oleh seseorang itu dapat menunjukkan status sosialnya dalam masyarakat. Mungkin ada benarnya juga pandangan ini, mengapa tidak, mereka nan mampu membeli sesuatu apapun itu tanpa melihat atau mengenal tanggal tua dan muda, pastilah orang nan memiliki harta nan melimpah, sehingga menaikkan statusnya sebagai golongan menengah atas.

Namun, itu sebenarnya dapat dikatakan sebagai fatamorgana buat sebagian kasus. Jika kita melihat kehidupan para konglomerat mungkin masuk akal jika status sosial mereka ditentukan dengan apa nan mereka miliki. Namun, bagi mereka nan istilah belum jelas apakah benar-benar memiliki kekayaan nan berlimpah atau hanya sekadar gengsi belaka, apakah kebiasaannya membeli sesuatu itu dapat digolongkan ke dalam golongan atas? Belum tentu.

Anda tentu tahu bagaimana sepak terjang selebritis, baik itu selebritis dalam negeri ataupun luar negeri. Sebagai contoh kita lihat Winona Ryder, nan saat ini lebih dikenal sebagai selebriti nan suka mengutil ketimbang prestasinya di global perfilman Hollywood. Bila kita cerna lagi, bukankah pendapatan selebriti itu besar? Lalu mengapa sampai seniman nan sangat berbakat itu melakukan hal-hal nan dapat dianggap tak masuk akal. Kemanakah uang hasil kerjanya selama ini? Jadi, kemampuan finansial seseorang tak berbanding lurus dengan status sosial.

Masyarakat saat ini pun juga sudah cerdas, sebab dapat membedakan mana antara status sosial nan didasarkan pada pencapaian hidup, dengan status sosial nan hanya sebatas dari pemenuhan barang semata. Hal ini tentu saja apa nan dimiliki seseorang tak berarti ia dapat menghabiskannya sekehendak hati, apalagi hanya sebab ingin dikatakan sebagai orang berada.



Belanja dan Pemenuhan Kebutuhan

Idealnya Anda membelanjakan apa nan menjadi kebutuhan Anda, bukan hanya sebab ingin dilihat dan dinilai orang lain sebagai orang berada. Bukankah kebutuhan nan harus kita penuhi tak buat saat ini saja? Masih panjang perjalanan hayati ke depan nan juga perlu dipenuhi kebutuhannya. Anda juga harus memperhatikan penghasilan Anda, jangan sampai besar pasak daripada tiang.

Bukannya kita tak boleh membelikan apa nan kita inginkan, hanya saja tak bijaksana jika kita terlalu menghambur-hamburkan uang meskipun itu uang kita sendiri. Kita mungkin pernah melihat ada sebagain orang nan kehidupannya dapat dibilang sederhana, tetapi dibalik kesederhanaannya itu ia mampu jalan-jalan ke luar negeri, bahkan tanpa sepengetahuan orang lain ia memiliki beberapa rekening. Kasus ini sering kali kita lihat dalam kehidupan kita bukan?

Terlalu sering berbelanja dapat termasuk orang nan kecanduan belanja . Misalnya ia sudah membeli pakaian beberapa hari nan lau, tetapi begitu melihat ada pakaian keluaran baru, langsung saja tanpa berpikir ulang lagi ia membeli lagi pakaian baru. Demikian halnya buat barang pribadi lainnya seperti tas, sepatu, alat kosmetik, sampai barang elektronik. Jika sudah demikian orang ini harus mendapat perhatian lebih dan harus diberikan terapi buat menghentikan Norma berbelanja nan akut.

Sebaiknya orang nan suka berbelanja lebih dapat mengatur kebutuhannya, sehingga tak terkesan boros, atau tanpa sadar membeli barang nan sama hanya beda merek. Anda nan tak termasuk penggila belanja juga harus tetap waspada dengan Norma jelek nan satu ini. Bukan tak mungkin Anda pun juga terinspirasi mengikuti Norma orang nan suka berbelanja hiperbola ini.



Mengendalikan Keinginan Belanja

Keinginan buat berbelanja akan bertambah manakala dana tersedia di kantong Anda. Diskon besar atau iklan limited edition di dekat rak pajang membuat keinginan belanja semakin tidak terbendung. Ada beberapa hal nan perlu Anda lakukan buat membendung keinginan belanja barang-barang nan tak begitu penting.



1. Membuat Daftar Belanja

Catatlah kebutuhan pokok nan harus Anda beli di kertas, atau catatan singkat handphone. Berusahalah buat berbelanja kebutuhan pokok dahulu, baru kemudian melihat-lihat barang-barang lain. Dengan begitu, barang nan harus Anda beli tak terlupakan lagi.



2. Belanja dengan Proritas

Anda bisa membagi barang-barang nan Anda beli dalam 4 kategori: penting-mendesak, penting-tidak mendesak, tak penting-mendesak, tak penting-tidak mendesak. Prioritaskan belanja Anda dengan membuat urutan barang-barang dengan kategori sangat krusial dan mendesak terlebih dahulu, baru kemudian barang-barang nan krusial tetapi tak mendesak

3. Bawa Uang Secukupnya

Bawalah uang tunai sinkron dengan aturan bulanan buat belanja kebutuhan pokok. Jika Anda benar-benar bertekad hanya ingin membeli kebutuhan pokok saja, sebaiknya tinggalkan kartu kredit atau kartu atm di rumah. Jika memang harus menggunakan kartu atm atau kartu kredit buat belanja, batasi jumlah uang nan akan dipakai.



4. Utamakan dan Abaikan

Di antara rak barang-barang nan Anda cari biasanya terselip juga barang-barang tak krusial dan tak mendesak. Jika Anda tergoda, ingatlah kategori primer barang belanja Anda. Utamakan berang-barang nan sangat krusial dan mendesak tersebut. Jika di luar kategori utama, segera abaikan, alihkan pandangan Anda dari benda tersebut.



5. Tolak Halus SPG

Di mall seringkali barang-barang ditawarkan oleh SPG ( Sales Promotion Girl ) Penampilan dan paras mereka sangat menarik. Jika Anda berjumpa mereka, tolak halus contoh barang nan ditawarkannya. Jika SPG memberikan brosur, ambil saja dan simpan dalam saku atau tas. Mengambil barang contoh nan diberikan SPG atau berhenti buat membaca brosur sama saja dengan memberikan kesempatan pada SPG buat membujuk Anda lebih lanjut.

6. Ajak Sang Pengingat

Ada baiknya saat berbelanja, Anda mengajak sahabat, keluarga, atau pasangan nan bisa mengingatkan, bukan memprovokasi. Sampaikan maksud Anda mengajak ia belanja. Keberadaan orang kedua ini cukup efektif bagi Anda nan kurang dapat mengendalikan diri bila belanja sendirian. Jika kata-kata pengingat nan disampaikannya agak pedas, cobalah buat memakluminya sebab hal itu ia lakukan buat kebaikan Anda juga.

Semoga dengan enam langkah di atas, keinginan belanja Anda cukup terkendali. Saat ini mall dan hipermarket selalu memasang taktik jitu buat menjual barangnya. Anda harus bijak berbelanja jika tak ingin kehabisan uang menjelang akhir bulan.

Pastikan apa nan akan Anda belanjakan itu memang benar-benar apa nan Anda butuhkan saat ini nan sifatnya krusial dan mendesak. Sebaiknya lagi tanamkan Norma menabung sebagian pendapatan Anda, buat jaga-jaga jika mengalami kondisi nan tak terduga. Selamat berhemat!