Merenungi Lahirnya Sumpah Pemuda melalui Museum Sumpah Pemuda

Merenungi Lahirnya Sumpah Pemuda melalui Museum Sumpah Pemuda

Jauh sebelum Sumpah Pemuda terucapkan oleh putra dan putri Indonesia, perpecahanan telah melanda para penguasa kerajaan-kerajaan di nusantara. Politik adu domba pada akhirnya memecah belah persatuan. Lalu sejarah perjuangan bangsa Indonesia dari tangan penjajah terus berjalan lama, hingga tibalah pada hari kemerdekaan nan jatuh pada tanggal 17 Agustus 1945. Tiga setengah abad ialah waktu nan cukup lama bagi Indonesia dijajah. Hal ini mungkin tak akan terjadi jika semangat manunggal nan diusung para pemuda tidak dikrarkan dalam sebuah sumpah nan kelak dinamakan Sumpah Pemuda. Ada banyak kisah dalam melatari perjalanan lahirnya Sumpah Pemuda .



Lahirnya Sumpah Pemuda sebagai Penanda Kebangkitan Nasional

Bangsa Indonesia ialah bangsa nan sangat jaya dan makmur. Ini dibuktikan dengan dari jejak-jejak masa silam di mana Kerajaan Sriwijaya, Majapahit, Mataram, dan lain-lain mengalami masa kejayaannya. Hingga perpecahan terjadi dari dalam mereka sendiri. Ini terjadi pada abad 16 dimana Belanda datang ke Indonesia dengan wajahnya nan ramah.

Namun, keramahan itu hanya palsu belaka sebab pelan-pelan Belanda mulai menunjukan penjajahannya dengan menguasai sedikit demi sedikit tanah-tanah rakyat dan melakukan adu domba pada kerajaan-kerajaan. Perlawanan pun dilakukan, hanya saja tak terorganisir dengan baik. Bahkan tak manunggal sebab perlawanan bersifat kedaerah kala itu.

Kita mengenal perlawanan para pahlawan di Aceh nan dipimpin Panglima Polim, Cut Nyak Dien, Cut Mutia, Tengku Umar, dan lain sebagainya. Sumatra Barat perlawanan digelorakan Imam Bonjol. Sisinga Mangaraja berjuang di tanah Batak. Sementara di pulau jawa Pangeran Diponegoro, Sultan Ageng Tirtayasa, Untung Surapati dan lain sebagainya terus berjuang. Maluku bergemuruh oleh perlawanan Pattimura. Sulawesi dipimpin oleh Hasanuddin. Sementara Pangeran Antasari terus berjuang di Kalimantan.

Indonesia pun akhirnya mengenyam pil getir dari penjajahan Belanda. Dari sinilah terjadi keprihatinan sejumlah anak bangsa nan kelak menjadi bara kebangkitan nasional. Mereka prihati pada kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan rakyat Indonesia nan disebabkan politik kolonial Belanda. Belanda hanya mengeruk laba dari kekayaan bumi Indonesia, tetapi menelantarkan pendidikan generasi. Rakyat dibiarkan bodoh, melarat, dan menderita ketergantungan ekonomi, hingga berkonflik satu sama lain. Hingga lahirlah gagasan dan tindakan Dr.Wahidin Sudirohusodo buat mengangkat harkat dan prestise Indonesia.

Jalur pendidikan ia tempuh sebagai wahana utama. Generasi harus cerdas hingga kelak tumbuhlah rasa nasionalisme. Dengan biaya sendiri, ia melakukan perjalan keliling Jawa buat memberikan pelajaran-pelajaran dan melakukan propaganda pendirian Studi found pada 1906-1907. Hingga tepat pada 20 Mei 1908, masih digerakkan oleh Dr.Wahidin dan para pemuda semisal Sutomo, Gunawan, Suradji dan Suwardi Suryaningrat digelarlah kedap pertama di Jakarta dan berdirilah serikat Boedi Oetomo. Inilah cikal bakal lahirnya organisasi serupa nan mengobarkan semangat nasionalisme.

Terbukti lahirlah konvoi nan bersifat luas; Perkumpulan Dagang Islam, Indische Party, Muhammadiyah, dan Nahdatul Ulama. Sementara di luar jawa, lahirlah gerakan pemuda menamakan diri Young Java, Young Sumatra,Young Ambon,Young Pasundan,Young Batak,Pemuda Betawa, dan jong-jong lainnya.

Mereka, para pemuda itulah nan kemudian menggelar pemuda pertama pada 1926. Dari rendezvous ini disepakati perlunya suatu organisasi pemuda berskala nasional. Lalu, atas usulan para Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI) nan saat itu berperan sebagai organisasi kemahasiswaan pertama, maka tepat pada 26 - 28 Oktober 1928 digelarlah Kongres Pemuda kedua. Tepat pada 28 Oktober tahun itu, Sumpah Pemuda pun diikrarkan. Sejak saat itulah tokoh pemuda satu persatu bermunculan; Mr.Moh.Yamin, Drs. Moh.Hatta, Sutan Syahrir, dan juga sosok nan kelak menjadi presiden pertama Indonesia Ir Soekarno.



Lahirnya Sumpah Pemuda: Isi Sumpah Pemuda

Kelahiran Sumpah Pemuda tak terlepas dari dilaksanakannya Kongres Sumpah Pemuda II. Pada saat kongres, rumusan Sumpah Pemuda ditulis dalam secarik kertas sederhana. Penulisnya ialah Moehammad Yamin, adapun ide nan dituliskannya ialah isi dari pidato Mr. Sunario di sesi terakhir kongres tersebut. Tulisan rumusan Sumpah Pemuda tersebut kemudian didiskusikan lantas disepakati oleh para peserta Kongres Pemuda II.

Saat itu, Kongres Pemuda II dihadiri oleh wakil dari organisasi-organisasi kepemudaan nan tersebar di berbagai daerah. Organisasi-organisasi tersebut di antaranya ialah Jong Java, Jong Batak, Jong Ambon, Jong Sumatranen Bond, Jong Celebes, Jong Islamieten Bond, PPPI, Pemuda Kaum Betawi, Sekar Rukun, dan lain-lain. Ada pula beberapa pemuda keturunan TiongHoa nan hadir sebagai pengamat. Mereka ialah John Lauw Tjoan Hok, Tjio Djien Kwie, dan Oey Kay Siang. Inilah isi Sumpah Pemuda tersebut:

  1. Pertama. Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah nan satu, tanah air Indonesia.

  2. Kedua. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa nan satu, bangsa Indonesia

  3. Ketiga. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Isi Sumpah Pemuda ini pun implisit dalam lirik lagu nasional nan berjudul “Satu Nusa Satu Bangsa”. Pada awal bait, lagu ini berlirik “satu nusa, satu bangsa, satu bahasa kita” nan mencerminkan isi dari Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda menjadi landasan pemersatu pemuda-pemudi tanah air saat itu. Konvoi tak lagi berbasis kedaerahan melainkan berbasis nasionalisme sebagai orang Indonesia nan tersebar di berbagai daerah di nusantara.



Merenungi Lahirnya Sumpah Pemuda melalui Museum Sumpah Pemuda

Untuk mengenang sekaligus menghargai Kongres Pemuda II dan peristiwa lahirnya Sumpah Pemuda , sebuah museum nan berisi segala hal terkait peristiwa tersebut didirikan. Museum Sumpah Pemuda terletak di Jakarta Pusat, tepatnya di Jalan Kramat Jaya no. 106. Museum nan penuh nilai bersejarah konvoi nasional ini dikelola oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Museum dibuka buat generik dan bisa dikunjungi setiap hari Selasa hingga Jumat mulai dari pukul 08.00 sampai pukul 15.00. Sabtu dan Minggu pun masyarakat generik dapat mengunjungi museum ini pada pukul 08.00 sampai pukul 14.00. Adapun di hari Senin dan hari-hari besar nasional museum ini ditutup.

Museum ini didirikan pada tahun 1972; 47 tahun setelah Sumpah Pemuda digagas. Sebagaimana namanya, museum ini memiliki segudang koleksi benda-benda nan berkaitan dengan kelahiran Sumpah Pemuda di tahun 1928 silam serta aktivitas konvoi nasional Indonesia pada tahun-tahun tersebut. Di gedung inilah Sumpah Pemuda digagas dan dicetuskan. Gedung nan kini menjadi museum ini dahulunya ialah gedung loka tinggal para pelajar Jong Java. Gedung ini sendiri ialah milik seorang keturunan TiongHoa bernama Sie Kok Liong. Sebagian besar pelajar nan tinggal di sana ialah siswa Sekolah Pendidikan Dokter Hindia atau Stovia. Di gedung inilah beberapa orang tokoh pemuda pernah tinggal, seperti Muhammad Yamin, Amir Sjarifuddin, Aboe Hanifah, Mohammad Tamzil, dan A. K. Gani.

Sebelum menyewa gedung di Jalan Kramat Jaya, para aktivis Jong Java biasanya melakukan rendezvous dan diskusi di sebuah kontrakan di sapta Kwitang. Akan tetapi rupanya kontrakan tersebut terlalu sempit sehingga mereka memilih menyewa gedung milik Sie Kok Liong ini. Sebagian anggota Jong Java menyebut gedung ini dengan sebutan Langen Siswo .

Koleksi peninggalan nan berupa berbagai benda dan foto bersejarah di museum ini berjumlah 2.867 koleksi. Bahkan bangunan gedungnya sendiri merupakan peninggalan bersejarah, sebab di situlah Kongres Pemuda II dilaksanakan sehingga lahir Sumpah Pemuda. Dengan mengunjungi museum ini, wawasan mengenai perjuangan konvoi nasional para pemuda tanah air hingga lahirnya Sumpah Pemuda akan semakin luas, sehingga kita lebih mampu menghargai perjuangan para aktivis konvoi nasional.