Lomba

Lomba

Berpuluh macam jenis musik kini menghiasi kehidupan masyarakat Indonesia. Ragam acara musik di berbagai media juga semkain banyak. Hingga ada jenis musik baru, seperti dangdut koplo nan masih diperdebatkan keberadaannya nan sangat kontrovesial dengan penampilan biduanitanya nan begitu seronok. Disamping itu, jenis musik lainnya ada nan terpuruk dan tak banyak dilirik lagi. Salah satunya ialah Keroncong perjuangan .



Musik Zaman Perjuangan

Keroncong identik dengan angkatan ’45. Jenis musik satu ini memang tak terlalu menarik bagi anak-anak muda. Selain mereka tak menganggap musik keroncong sebagai salah satu musik nan keren, tak banyak orang nan bahagia dan dapat menikmanti jenis musik satu ini. Padahal kalau mau sedikit didengarkan, musik keroncong cukup latif dan dapat membuat hati senang.

Mungkin gambaran musik keroncong nan lebih tepat dinyanyikan dan didengarkan oleh orang-orang tua sehingga anak muda merasa tak enak hati atau mereka takut dikatakan berjiwa tua. Melihat jenis musik lain nan juga bukan merupakan jenis musik baru, seperti jazz dan blues, seperti keroncong dapat juga dimodifikasi. Bukankah musik jazz dan blues itu ialah jenis musik lama. Selera dan pengkomersialisasian satu jenis musik sangat menentukan apakah jenis musik itu akan disenangi atau tidak. Tanpa adanya upaya memperkenalkan satu jenis musik, tidak akan mungkin jenis musik itu akan terkenal dan populer serta disuka oleh semua kalangan.

Musik keroncong ini memang lebih terkenal ketika zaman perjuangan. Mendayunya musik jenis ini telah membangkitkan gairah berjuang. Anak muda zaamn itu tidak membutuhkan gelegar musik nan membahana buat memecut semangat mereka. Lirik nan mengobarkan motivasi juang itu sudah cukup menjadi amunisi tambahan bagi perjuangan. Kisah asmara dan kisah kesedihan sebab ditinggalkan menyisahkan kenangan nan begitu indah.

Tidak heran kalau menyaksikan salah satu acara Gebyar Keroncong TVRI nan disiarkan tiap malam Minggu, para penontonnya kebanyakan orang-orang lanjut usia. Para kakek dan nenek nan mengenang masa perjuangan nan penuh kenangan. Sporadis sekali anak muda tertarik memperdalam genre musik satu ini. Kenangan itu membawa jiwa kembali ke waktu saat kebersamaan masih berjalan dengan manis. Inilah salah satu kekuatan musik keroncong perjuangan .

Apa nan akan terjadi dengan musik keroncong ketika para lanjut usia ini sudah tidak lagi ada? Apakah musik ini akan hilang? Bagaimanakah cara memasyarakatnya? Upaya buat melakukannya niscaya ada. Namun, zaman memang telah berubah. Gerusan perkembangan dan gerusan waktu akan membuat banyak hal di global ini harus mengalah dan menguburkan diri dalam benam nostalgia. Suatu saat nanti mungkin saja akan bangkit tetapi tidak ada nan tahu kapan hal itu akan terjadi. Paling tak saat ini masih ada nan membutuhkan keroncong hadir dalam hidupnya. Mereka masih menganggap bahwa keroncong ialah musik nan latif nan membuatnya tersenyum.



Terlupakan?

“Rangakaian melati nan kusimpan sampai kumati.

Biar kau tidak akan kembali, pahlawanku nan sejati ...”

Itulah sepenggal lirik lagu Rangkaian Melati nan dulunya cukup terkenal. Kini, bertanyalah pada anak muda apakah mereka suka keroncong atau tahu tentang keroncong? Tidak banyak dari mereka nan akan menjawab iya. Kalau pun keroncong dinyanyikan, paling hanya satu lagu, setelah itu anak muda akan protes seolah-olah keroncong bukan bagian dari sejarah republik ini.

Sulit memberikan pengertian kepada anak muda nan tidak mengenal sejarah dan menganggap sejarah sebagai sesuatu nan tidak harus diketahui. Kehidupan mereka sekaranglah nan paling indah. Mereka mungkin belum mampu memahami betapa pentingnya musik keroncong ini dalam perjuangan merebut kemerdekaan. Memang tidak dapat disalahkan seratus persen. Bangsa ini mungkin telah kehilangan rasa menghargai orang tua apalagi pahlawan nan telah menghabiskan waktu mereka demi mendapatkan kehidupan nan lebih baik seperti sekarang ini.

Tidak sporadis anak muda merasa bahwa kemerdekaan itu ialah sesuatu nan memang harus dipertahankan oleh orang-orang terdahulu. Pendapat ini akhirnya membuat mereka merasa tidak harus memberikan penghargaan nan hiperbola kepada para pahlawan nan usianya terpaut sangat jauh dengan zaman sekarang. Inikah bentuk kesalahan dalam memandang sejarah? Niscaya ada nan salah dan niscaya ada benang mereah nan terputus.

Apakah orangtua sudah tidak mempunyai waktu sama sekali buat menceritakan kisah perjuangan zaman dahulu? Apakah orang-orang nan berkepentingan dengan pembangunan karakter bangsa ini tidak lagi mampu memberikan pengetahuan dengan acara nan latif dan menarik sehingga anak-anak tidak lagi mau mendengarkan kisah perjuangan dengan musik keroncongnya?

Tak sine qua non penyesalan. Sekarang ialah waktu buat berjuang kembali memperkenalkan musik latif nan dulu pernah menjadi pendorong semangat berjuang. Kalau hanya berpangku tangan, tidak akan dapat satu perjuangan mengharapkan keberhasilan. Lakukan sesuatu dengan daya nan terbaik. Lalu biarkan Tuhan menentukan arah keberhasilannya.



Lomba

RRI (Radio Republik Indonesia) berusaha membangkitkan keberadaan musik keroncong ini dengan mengadakan lomba menyanyikan lagu-lagu keroncong, tapi tampaknya usaha ini tak menarik banyak minat masyarakat. Tidak banyak peserta nan mengikutinya. Walau begitu, upaya ini tetap sine qua non dan tetap harus dijuangkan agar suatu saat suara musik keroncong kembali terdengar di beberapa loka di seluruh Indonesia.

Kalau tidak ada usaha sama sekali itu, itu artinya hanya membiarkan sesuatu berlalu begitu saja. Pembiaran itu sama dengan menguburkan dengan sengaja. Oleh sebab itu, walaupun tidak banyak nan mendengar, musik keroncong harus tetap diperdengarkan.



Kekuatan Keroncong Perjuangan

Syair-syair keroncong perjuangan nan bermakna dalam telah membuat semangat para pejuang membara. Lirik nan menunjukkan penantian seorang kekasih nan menunggu sang pahlawan nan berjuang buat bangsa dan negara sangatlah menggugah hati dan jiwa. Lagu-lagu cinta lainnya seperti Selendang Sutra, Haryati , juga menjadi favorit lagu-lagu keroncong. Ada juga lagu-lagu nan memuji estetika Indonesia.

Bengawan Solo kreasi Gesang merupakan salah satu lagu keroncong paling terkenal saat ini. Bahkan orang Jepang sangat menyukai lagu ini hingga membuatkan semua taman latif nan ada di Solo. Selain B engawan Solo, Jembatan Merah nan dinyanyikan oleh Rita S, Rayuan Pulau Kelapa nan dinyanyikan oleh Waldjinah, Bumi Emas Tanah Airku nan diciptakan oleh Gesang, Sepasang Mata Bola, dan Pahlawan Merdeka ialah di antara lagu-lagu keroncong nan masih sering dinyanyikan pada saat-saat tertentu.

Lagu-lagu kenangan itu kalau digubah kembali mungkin akan terdengar lebih indah. Tetapi gubahannya tetap sine qua non unsur musik keroncong. Kalau digubah dengan menggunakan jenis musik lain, itu artinya hanya mengambil liriknya tetapi menghapus memori musiknya nan tidak kalah latif dari liriknya. Para pemusik memang membutuhkan lagu latif agar karya mereka ada nan mau membeli. Tanpa hasil nan maksimal, para pemusik itu tidak mempunyai penghasilan. Pantaslah kalau mereka memilih lagu nan sekiranya dapat laku di pasaran.



Keroncong Tugu

Keroncong bukan berasal dari Indonesia. Aslinya musik ini berasal dari Portugis. Musik nan menggunakan ukulele, gitar, biola, organ, dan kadang drum, dan dibantu alat musik lainnya masih juga coba dipertahankan dan dilestarikan oleh sekumpulan orang pecinta musik keroncong. Salah satunya ialah kelompok Keroncong Tugu. Keroncong nan dinyanyikan oleh kelompok ini sangat khas sebab sudah memadukan majemuk alat musik termasuk seruling.

Mereka tetap semangat mengobarkan musik keroncong. Sesekali mereka masih diajak tampil dalam peringatan atau satu acara nan berkaitan dengan nostalgia. Bagi mereka apapun nan terjadi, jenis musik satu ini memang harus terus dipertahankan.



Manca Negara

Musik keroncong tak hanya dikenal di Indonesia. Negara Singapura dan Malaysia juga mempunyai beberapa kelompok pemusik keroncong. Tentunya lagu keroncong nan dinyanyikan berasalah dari kreasi para pemusik Indonesia seperti Kusbini dan Gesang. Lirik lagu nan tidak kenal lekang oleh waktu itu tidak dapat terlupakan begitu saja.



Lagu Baru

Sudah banyak lagu baru nan tercipta, tapi lagu keroncong perjuangan tetap enak didengar dan terkesan sangat kuat sehingga tetap saja merajai lagu-lagu keroncong nan dinyanyikan oleh para penyanyi keroncong. Hetty Koes Endang nan merupakan penyanyi serba bisa, masih sering juga diminta buat menyanyi keroncong pada saat-saat tertentu.

Anak muda perlu juga melirik keroncong perjuangan ini. Selain dapat menjadi inspirasi, juga dapat dibuat kerja sama nan menarik antara lagu melayu dan keroncong.