Mengenal Landasan Jurnalisme

Mengenal Landasan Jurnalisme

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, jurnalimse ialah pekerjaan mengumpulkan, menulis, mengedit dan menerbitkan warta di surat kabar. Bila dikaji, pengertian jurnalistik dengan jurnalisme hampir tidak memiliki disparitas nan signifikan.

Di dalam kajian jurnalistik, jurnalisme memiliki sembilan elemen krusial nan harus diaplikasikan dalam menjalankan fungsinya. Sembilan elemen jurnalisme tersebut merupakan navigasi agar jurnalisme tak terkonglomerasi atau termanipulasi.

Sebab, jurnalisme memiliki peran nan sangat strategis dalam membangun dan mencerdaskan masyarakat. Bahkan, boleh dikatakan jurnalisme hadir buat memenuhi hak-hak warga negara.



Sembilan Elemen Jurnalisme

Sembilan elemen jurnalisme menjaga agar jurnalisme memenuhi fungsinya sebagaimana disebut di muka.

Elemen 1: Mengejar Kebenaran

Jurnalisme harus mengejar kebenaran buat disampaikan kepada masyarakat, agar masyarakat tahu kebenaran tersebut. Dalam definisi “kebenaran jurnalistik” ialah kewajiban jurnalisme buat menyampaikan “fakta nan sebenarnya”, tak ditutup-tutupi sebab kepentingan tertentu, atau memihak dan tak berimbang.

Sedangkan “kebenaran” sendiri menjadi wilayah privat masing-masing orang, di mana mereka merumuskan evaluasi sendiri terhadap kebenaran tersebut.

Elemen 2: Komitmen kepada Publik

Jurnalisme berada pada silang kepentingan tiga pihak, yakni: pembaca, pengiklan, dan publik (masyarakat). Masing-masing pihak memiliki kepentingan. Namun, jurnalisme memiliki prinsip bahwa loyalitas pertamanya ialah kepada masyarakat.

Dengan prinsip tersebut, diharapkan jurnalisme tak menjadi ajang komersialisme, kendaraan politik, atau terdistorsinya kebenaran sebab kepentingan pihak-pihak tertentu.

Elemen 3: Displin dalam Verifikasi

Jurnalisme harus menyampaikan berita, bukan cerita. Apa nan membedakan jurnalisme dengan cerita fiksi ialah adanya verifikasi. Pembuktian ialah proses menyaring desas-desus, gosip, ingatan-ingatan nan keliru, prasangka, dan sebagainya.

Verifikasi menjamin akurasi. Pembuktian memisahkan fakta dari propaganda, fiksi, dan seni. Karena itu, disiplin dalam pembuktian pada hakikatnya ialah memberikan hak masyarakat atas suatu fakta tanpa ada kecenderungan dan keberpihakan.

Elemen 4: Independensi

Jurnalisme harus objektif, tak boleh subjektif, dan objektifitas sangat dipengaruhi oleh independensi. Independensi berbeda dengan netralitas. Independensi berkaitan erat dengan integritas. Integritas bersaudara dengan kejujuran. Jadi, independensi dapat juga dimaknai sebagai kejujuran tanpa dipengaruhi oleh kedekatan hubungan, emosi pribadi, dan hal-hal nan bersifat subjektif.

Elemen 5: Memantau Kekuasaan

Jurnalisme harus mendukung demokrasi, dan dalam posisinya nan berkomitmen kepada masyarakat, maka jurnalisme ialah media pantau terhadap kekuasaan. Tujuannya ialah mendorong kekuasaan dan lembaga-lembaga kuat dalam masyarakat buat tak melakukan hal-hal jelek nan menghilangkan hak rakyat atau pihak lemah.

Elemen 6: Menyediakan Lembaga Kritik dan Dukungan Publik

Jurnalisme hendaknya menjadi media dialogis antara kekuasaan dan rakyat. Sinkron dengan demokrasi, jurnalisme semestinya menjadi lembaga publik dalam menyampaikan kritik maupun dukungan, dan sekaligus sebagai media penjelasan bagi kekuasaan, sehingga pada akhirnya ditemukan titik kompromi.

Elemen 7: Daya Tarik dan Relevansi

Jurnalisme harus mampu menyampaikan fakta dengan cara nan menarik. Jika tidak, maka kebenaran tak akan terkomunikasi. Tapi, prinsip “memberikan daya tarik” tersebut tak boleh mengabaikan prinsip relavansi. Jadi, jurnalisme harus menarik dan relevan dalam waktu nan bersamaan.

Elemen 8: Proporsional dan Komprehensif

Jurnalisme harus menyampaikan fakta secara komprehensif dan proporsional, karena dua hal tersebut ialah kunci primer mencapai akurasi. Komprehensif berarti luas dan menyeluruh. Proporsional berarti seimbang dan sebanding.

Elemen 9: Mengikuti Hati Nurani

Jurnalisme hendaknya mengikuti hati nurani. Hati nurani mengakomodasi etika dan estetika. Dengan hati nurani, jurnalisme dapat mengambil inti sari dari suatu masalah nan remang dan kabur. Hati nurani menyuarakan kebenaran generik nan merupakan anugerah Tuhan kepada setiap manusia.

Kesembilan elemen jurnalisme tersebut hendaknya menjadi acuan pagi setiap jurnalis, karena itu ialah navigasi primer dalam mengemban tugas jurnalistik sebagai media penyambung suara rakyat, suara keadilan dan kebenaran.



Mengenal Jenis dan Wilayah Sirkulasi Jurnalisme

Setelah mengkaji sembilan elemen jurnalisme, penulis merasa krusial buat mencantumkan di dalam artikel ini jenis dan wilayah sirkulasi jurnalisme. Bila dilihat dari perkembangannya, jenis dan wilayah sirkulasi jurnalime terbagi kepada lima kelompok:

1. Jurnalisme komunitas

    Jurnalisme komunitas ialah bentuk jurnalisme nan memiliki sirkulasi jangkauan wilayah nan sangat terbatas. Contoh terdekatnya ialah jurnalisme kampus. Yang dikupas hanyalah nan berhubungan dengankebutuhan pembaca nan berada di lingkungan kampus. Segmentasi pembacanya hanya sebatas warga kampus. Untuk tinjauan bisnis komersial, bila dikelola dengan profesional maka jurnalisme kampus sangat menjanjikan.

    2. Jurnalisme Lokal

      Jurnalisme lokal ialah bentuk jurnalisme nan 80 persen isinya mendominasi berita, laporan, tulisan dan sajian gambar dengan perbedaan makna lokal. Jurnalisme lokal bisa diklaim sebagai buuk harian berwarna sebuah kota. Pasalnya, apa pun peristiwa dan kenyataan nan terjadi di sebuah kota loka terbitnya media tersebut tidak luput menjadi bahan ulasan berita.

      3. Jurnalisme Regional

        Jurnalisme regional ialah bentuk jurnalis nan memiliki kupasan nan sangat luas. Ia bahkan berada di ibukota provinsi. Umumnya, jurnalisme regional mengacu pada teori proximity dengan langkah membangun dan mengembangkan kedekatakan geografis, psikologis dan sosiokultural dengan pembaca dan kultur daerahnya.

        4. Jurnalisme Nasional

          Jurnalisem nasional ialah jurnalisme nan berada di ibukota negara. Jangkuannya di seluruh provinsi. Kebajikan jurnalismenya cenderung mengaraha kepada masalah, isu, aspirasi, tuntutan dan kepentingan nasional secara holistik nan tak sedikitpun memandang sekat-sekat geografis dan agama.

          Artinya, di dalam jurnalisme nasional isu-isu primordial dan isu-isu etnis dianggap tak relevan lagi. Berbeda dengan jurnalisme regional. Isu-isu tersebut menjadi kupasan nan layak jual alias primadona.



          Mengenal Landasan Jurnalisme

          Berdasarkan Keputusan Dewan Pers No. 79/XIV/1974 tanggal 1 Desember 1974, bahwa jurnalisme mesti berpijak pada enam landasan.

          1. Landasan Idiil

          Landasan Idiil jurnalisme ialah pancasila. Artinya, jurnalisme nasional mesti merujuk kepada pancasila, suka atau tak suka. Selama masih menjadi ideologi negara forum pers mesti merujuk kepadanya.

          1. Landasan konstitusional

          Landasan konstitusional jurnalisme ialah Undang-Undang Dasar 1945.

          1. Landasan Yuridis Formal

          Landasan yuridis formal jurnalisme nasional ialah UU Pokok Pers N0. 40/1999.

          1. Landasan Strategis Operasional

          Landasan strategis operasional mengacu ada kebijakan redaksioanal media jurnalisme atau pers sendiri. Ini termasuk dalam bagian internal pers sendiri. Karena setiap media pers niscaya memiliki garis haluan manajerial dan redaksional

          1. Landasan Sosiologi Kultural

          Landasan sosiologi kultural jurnalisme mengacu pada tata nilai dan kebiasaan sosial budaya agam nan berlaku. Karena jurnalisme nasional atau pers nasional bukanlah jurnalisme liberal.

          1. Landasan Etis Profesional

          Landasan etis profesional dalam jurnalisme mengacu pada kode etik profesi, baik nan bersifat kode etik bersama atau kode etik media pers sendiri-sendiri.



          Bahasa Jurnalistik Pers

          Setelah membahas tentang landasan jurnalistik tidak salah rasanya bila penulis memaparkan bahasa jurnalistik pers. Dalam buku Jurnalistik Indonesia nan ditulis oleh Drs. AS Haris Sumadiria, M.Si ada 8 bahasa jurnalistik

          1. Sederhana

          Dalam menyampaikan berita, para jurnalis mesti menggunakan bahasa sederhana nan bisa dibaca dan dipahami dengan jelas oleh khalayak pembaca.

          1. Singkat

          Dalam menulis berita, para jurnalis diminta buat menulis dengan singkat dan tak bertele-tele. Sehingga memberikan kemudahan bagi pembaca buat memahami dengan jelas apa nan disampaikan oleh jurnalis

          1. Padat

          Jurnalis dalam menyampaikan warta mesti padat alias sarat informasi. Artinya, setiap kalimat dan paragraf nan ditulis mesti memuat warta atau informasi krusial dan menarik bagi khalayak pembaca.

          1. Lugas

          Jurnalis dalam menyempaikan warta mesti tegas dan tak ambigu. Kata-kata lugas mesti disampaikan lantaran tidak akan memberikan multitafsir dari apa nan dituliskan oleh jurnalis.

          1. Jelas

          Bahasa nan disampaikan jurnalis di dalam beritanya mesti bahasa nan jelas alias mudah ditangkap maksudnya. Sehingga maksud warta nan disampaikan tak kabur dan tak baur.

          1. Jernih

          Jurnalis dalam meracik warta mesti jernih, tak berat sebelah. Apapun informasi nan didapatnya mesti benar-benar berimbang. Sehingga, tidak menimbulkan rekaan dan merusak nama baik forum pers.

          1. Menarik

          Jurnalis dalam meyampaikan warta harus menarik. Warta nan dikabarkan kepada khalayak mesti membuat mereka terpancing buat membacanya. Namun demikian, jurnalis tidak boleh membohongi khalayak pembaca dengan judul nan kelihatannya memukau tapi isi beritanya biasa-biasa saja.

          1. Demokratis

          Jurnalis dalam menyampaikan warta mesti sama. Tidak ada beda warta presiden dengan rakyat. Sehingga bahasa jurnalistik mesti menekankan pada aspek fungsional dan komunal.

          Inilah seputar sembilan elemen jurnalisme dan segala hal nan berhubungan dengan jurnalistik. Semoga bermanfaat buat khalayak pembaca.