Fase Perdagangan dalam Neraca Perdagangan

Fase Perdagangan dalam Neraca Perdagangan

Neraca perdagangan merupakan suatu istilah nan digunakan buat menggambarkan adanya disparitas antara nilai moneter antara ekspor dan impor. Neraca perdagangan ini juga sering disebut sebagai ekspor netto.

Neraca perdagangan nan positif pada suatu negara mengindikasikan bahwa negara tersebut mengalami kegiatan ekspor nan nilai moneternya melebihi impor. Hal ini disebut dengan surplus perdagangan.

Neraca perdagangan nan negatif pada suatu negara mengindikasikan bahwa negara tersebut mengalami kegiatan impor nan nilai moneternya lebih tinggi dari nilai moneter ekspornya. Hal ini disebut dengan defisit perdagangan.

Dari definisi di atas mengenai berbagai kondisi neraca perdagangan, tentu semua negara berharap bahwa keadaan surpluslah nan dimiliki sebab hal itu berarti laba nan lebih besar dibandingkan kerugiannya.
Terjadinya surplus pada suatu negara berarti bahwa jumlah ekspor nan dilakukan lebih banyak dibandingkan dengan kegiatan impor sehingga hal tersebut berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di negara tersebut.

Akan tetapi, di sisi lain, hal tersebut juga bisa memicu ketegangan antara negara nan mengalami surplus dengan negara nan mengalami defisit. Misalnya saja, ketegangan perdagangan nan terjadi antara Amerika Perkumpulan dan Cina.

Perdagangan di Amerika Perkumpulan mengalami deisit perdagangan sejak tahun 1960. hal ini kemudian memaksa Amerika buat menghentikan baku emas di tahun 1971. lantas pada tahun 1977, defisit perdagangan tersebut telah mengalami peningkatan secara eksponensial.

Surplus perdagangan nan dialami oleh Amerika Perkumpulan terakhir kalinya terjadi pada tahun 1975. sementara itu, defisit perdagangan terbesar Amerika Perkumpulan terjadi dengan Cina nan mencapai nilai 50% defisit perdagangan total Amerika Serikat.

Sementara itu, di Indonesia sempat terjadi defisit perdagangan nan menyebabkan Indonesia disebut sebagai negara dengan krisis moneter di tahun-tahun nan lalu. Akan tetapi, peningkatan di sektor perdagangan Indonesia mulai kembali meningkat pada tahun 2010 dengan hantaman pada surplus perdagangan nan terjadi pada tahun 2008 sebelumnya.



Neraca Pembayaran

Salah satu jenis neraca perdangan ialah neraca pembayaran, yakni suatu catatan nan disusun secara sistematis mengenai seluruh transaksi ekonomi perdagangan, baik perdagangan barang maupun perdagangan jasa, transfer keuangan, dan moneter antara penduduk suatu negara dengan penduduk di negara lain pada satu periode tertentu.

Neraca pembayaran ini mencangkup seluruh pembelian dan penjualan barang dan jasa, pemberian individu atau pemerintah asing, serta transaksi finansial. Secara umum, neraca pembayaran dibagi menjadi neraca transaksi berjalan dan neraca lalu lintas kapital dan finansial.



Jenis-jenis Transaksi dalam Neraca Perdagangan

Berikut ialah beberapa jenis transaksi nan biasanya terjadi dalam perdagangan.

  1. Transaksi Kredit dan Debit

    Transaksi kredit merupakan transaksi nan mengakibatkan pertambahan hak bagi penduduk negara nan memiliki neraca pembayaran internasional buat menerima pembayaran dari negara lain. Sementara itu, transaksi debit merupakan transaksi nan mengakibatkan munculnya pertambahan kewajiban para penduduk negara nan memiliki neraca pembayaran internasional buat mengadakan pembayaran kepada penduduk di negara lain.

  2. Transaksi nan Tercatat dalam BOP

    Transaksi nan tercatat dalam BOP ialah transaksi kredit berupa kespor barang dan jasa, penerimaan hasil investasi, transfer, pertambahan hutang negara dan swasta, serta berkurangnya aset keuangan. Selain itu, ada juga transaksi debit berupa impor barang dan jasa, pembayaran dari hasilinvestasi, transfer, pengurangan hutang, serta bertambahnya aset-aset keuangan.

  3. Transaksi Otonom

    Transaksi ini merupakan transaksi nan muncul sebab adanya inisiatif pihak tertentu, bukan sebagai reaksi atau dampak transaksi lain nan tercatat pada current account dan long term capital account. Misalnya saja, ekspor dan impor barang atau kapital buat mencari laba dalam jangka waktu nan lama.

  4. Transaksi Kompensasi

    Transaksi ini muncul dampak adanya kompensasi dari transaksi lain. Misalnya saja, adanya pemasukan kapital jangka pendek serta impor dan kespor emas.



Fase Perdagangan dalam Neraca Perdagangan

Fase perdagangan merupakan langkah-langkah nan harus dilakukan apabila akan dilakukan perdagangan, yakni terjadinya perjanjian antara kedua belah pihak, penyerahan barang dan jasa, serta pembayaran atas barang dan jasa tersebut.

Selain itu, ada juga nan disebut dengan dasar waktu pembayaran, dasar waktu perjanjian, dan dasar waktu penyerahan, yakni waktu nan telah disepakati buat melakukan tiga fase perdagangan tersebut.

Selain itu, ada juga beberapa hal nan perlu dilakukan oleh BOP buat tujuan perdagangan, yakni sebagai berikut.

  1. membukukan atau mencatat seluruh transaksi ekonomi internasional nan terjadi antara satu penduduk dalam negeri dengan penduduk luar negeri.
  2. mengetahui struktur dan komposisi transaksi ekonomi internasional suatu negara.
  3. mengetahui mintra usaha suatu negara dan hubungannya dalam ekonomi internasional.
  4. mengetahui posisi keuangan internasional dari suatu negara.
  5. sebagai bahan pertimbangan negara donor buat memberikan donasi keuangan.
  6. petunjuk dasar ekonomi mengenai taraf inflasi, pertumbuhan GNP, dan hal lain nan berhubungan dengan perdagangan internasional.


Neraca Transaksi Modal

Dalam neraca perdagangan, ada juga nan disebut sebagai neraca transaksi modal, yakni neraca nan mencatat nilai investasi langsung pihak partikelir asing, pinjaman luar negeri nan diberikan oleh perbankan swasta, pinjaman dan hibah dari negara atau forum donor lainnya; semua pembelian dan penjualan aset berupa saham, obligasi, rekening bank, dan bisnis; serta mengukur disparitas antara penjualan aset suatu negara kepada luar negeri dengan pembelian aset terhadap dalam negeri.

Penjualan dan pembelian aset-aset tersebut dicatat sebagai kredit dan debit buat menghasilkan arus masuk kapital dan arus keluar modal. Dengan begitu, muncullah istilah nan dinamakan rekening kapital dengan pembagian kategori sebagai berikut.

  1. Investasi langsung
  2. Investasi portofolio
  3. Investasi lain

Selain itu, ada juga nan disebut dengan neraca tunai atau neraca internasional. Neraca tunai atau neraca internasional ini merupakan transaksi penyeimbang antara total pengeluaran nan ada pada transaksi nan berjalan dengan jumlah transaksi kapital melebihi total penerimaan.

Aset-aset cadangan resmi nan ditransaksikan ialah emas, valas, dan pinjaman dari bank sentral internasional. Aset-aset cadangan resmi tersebut digunakan buat melakukan pembayaran besih kepada pihak luar negeri sebab BOP defisit.



Dampak Kondisi Neraca Pembayaran

Kondisi nan bisa ditimbulkan dari neraca pembayaran ada tiga macam, yakni defisit, surplus, dan seimbang. Kondisi defisit akan terjadi apabila jumlah pembayaran nan harus dilakukan lebih besar dibandingkan dengan jumlah penerimaan. Dengan kata lain, kegiatan impor jauh lebih banyak dibandingkan dengan kegiatan ekspor suatu negara.

Kondisi nan kedua ialah kondisi surplus, yakni kondisi nan terjadi apabila jumlah penerimaan lebih besar dibandingkan dengan jumlah pembayaran utang. Sementara itu, kondisi seimbang ialah kondisi nan di dalamnya terdapat jumlah nan seimbang antara pembayaran dengan penerimaan.

Dalam kondisi defisit, suatu negara akan menjadikan produsen dalam negeri tak bisa bersaing dengan barang-barang impor sehingga pendapatan negara semakin sedikit dan utang pun bertambah besar. Selain itu, banyak perusahaan dalam negeri nan bangkrut sehingga jumlah pengangguran pun semakin meningkat.

Sementara itu, keadaan surplus akan berpengaruh terhadap kenaikan harga (inflasi) nan disebabkan oleh adanya penambahan permintaan efektif. Terakhir, akibat nan ditimbulkan dari kondisi neraca nan seimbang ialah dapat menghindari neraca pembayaran nan defisit.

Oleh karena itu, jika suatu negara tak dapat menjadikan kondisi surplus dalam keadaan perekonomiannya, diusahakan kondisinya seimbang agar terhindar dari kondisi krisis moneter seperti nan pernah dialami oleh para penduduk di Indonesia pada tahun 1998, nan dampaknya masih terasa hingga sekarang.