Penyakit Bakteri nan Membelah Diri

Penyakit Bakteri nan Membelah Diri

Indonesia menduduki peringkat ke-3 penderita TBC dunia. Hal ini sangat mengkhawatirkan. Bagaimana tidak, dari tahun ke tahun posisi ini tak juga mau turun. Dalam mengantisipasi penyakit bakteri ini, pemerintah sudah melakukan berbagai cara. Misalnya saja, dengan cara pengobatan perdeo bagi para penderita TBC.



Bakteri

Organisme bakteri ialah salah satu organisme mikroskopik sebab organisme ini sulit buat dideteksi, terutama sebelum ditemukannya mikroskop. Akan tetapi, setelah abad ke-19, mulai berkembang ilmu tentang mikroorganisme, terutama bakteri (bakteriologi).

Seiiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, ilmu tentang bakteri telah sukses ditelusur oleh para ilmuan. Para ilmuan nan berperan krusial dalam perkembangan ilmu tersebut ialah Robert Hooke, Antoni van Leeuwenhoek, Ferdinand Cohn, dan Robert Koch.

Pada tahun 1828, Ehrenberg memperkenalkan istilah bacterium nan diambil dari bahasa Yunani bakterion , nan berarti batang-batang kecil. Setelah Louis Pasteur melakukan berbagai percobaan, istilah bakteri ini mulai berkembang dan melahirkan cabang ilmu mikrobiologi. Jadi, Bakteriologi ialah salah satu cabang mikrobiologi nan mempelajari biologi bakteri.

Pada tahun 1635-1703, seorang pakar matematika dan sejarahwan berkebangsaan Inggris, Robert Hooke, menulis sebuah buku nan berjudul “Micrographia” (1665) nan berisi tentang hasil pengamatan nan dilakukannya menggunakan mikroskop sederhana.

Akan tetapi, Robert Hook belum bisa menemukan struktur pada bakteri, sedangkan dalam bukunya, tergambar hasil penemuannya mengenai tubuh buah kapang . Tapi, buku ini menjadi sumber dari pelukisan awal dari mikroorganisme.

Pada era nan sama dengan Robert Hook, Antoni van Leeuwenhoek (1632-1723) melakukan pengamatan dengan menggunakan mikroskop sangat sederhana. Kemudian, ia terinspirasi oleh Robert Hooke buat membuat sebuah mikroskop rancangan sendiri dengan hasil baik nan kemudian pada tahun 1684 digunakan buat mengamati makhluk mikroskopik pada berbagai media alami.

Pada tahun 1676, Antoni van Leeuwenhoek buat pertama kalinya sukses menemukan bakteri di dunia. Kemudian hasil temuannya tersebut dikirimkan ke Royal Society of London dan dipublikasikan pada tahun 1684.

Hasil dari inovasi ini mendapatkan konfirmasi nan banyak dari para ilmuan lainnya. Sejak saat itulah, mulai berkembang ilmu tentang mekroorganisme, selain ilmu tentang bakteri.

Seorang botanis berkebangsaan Breslau (Polandia), Ferdinand Cohn (1828-1898), sukses menemukan tentang bakteri nan resisten terhadap panas. Ia tertarik buat meneliti kelompok bakteri ini, sehingga ia menemukan kelompok bakteri penghasil endospora nan resisten terhadap suhu tinggi.

Selain itu, Ferdinand Cohn juga sukses menjelaskan siklus kehidupan bakteri Bacillus , nan sekaligus menjelaskan mengapa bakteri ini bersifat tahan panas. Setelah itu, ia membuat dasar klasifikasi bakteri sederhana dan mengembangkan beberapa metode buat mencegah terjadinya kontaminasi pada kultur bakteri. Kemudian, metodi ini dugunakan oleh para ilmuan lain, seperti Robert Koch.

Seorang pakar fisika kebangsaan Jerman, Robert Koch (1843-1910), melakukan banyak penelitian mengenai penyakit bakteri nan disebabkan oleh infeksi bakteri. Pada awalnya, para ilmuan mempelajari penyakit antraks nan menyerang banyak hewan ternak sebab adanya bakteri Bacillus anthracis , salah satu bakteri penghasil endospora.

Selain itu, Robert Koch juga ialah orang nan pertama kali menemukan isolat murni Mycobacterium tuberculosis , yaitu bakteri penyebab penyakit tuberkulosis (TBC).

Robert Koch berkat dua penelitian mengenai penyakit bakteri tersebut sukses membuat Postulat Koch, yaitu sebuah teori mengenai mikroorganisme khusus buat penyakit nan lebih spesifik.

Robert Koch juga sukses menemukan sebuah metode buat mendapatkan isolat murni dari bakteri. Inovasi lainnya ialah penggunaan kultur padat buat menumbuhkan bakteri di luar habitat aslinya.

Penelitian tersebut pada awalnya, ia menggunakan potongan kentang dan kemudian dikembangkan dengan menggunakan nutrien gelatin. Akan tetapi, nutrien gelatin banyak kekurangannya, sehingga diganti dengan homogen polisakarida. Hal tersebut ialah ide dari istri waler Hesse nan juga bekerja bersama Robert Koch.

Pertumbuhan dan reproduksi bakteri dipacu oleh dukungan dari kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan nan bisa memicu pertumbuhan dan reproduksi bakteri ialah suhu, kelembapan, dan cahaya.

Pengamatan sel bakteri terhadap parameter pertumbuhan tersebut bisa diamati oleh beberapa alat, seperti mikroskop optikal, mikroskop elektron, dan atomic force microscope (AFM). Berdasarkan kondisi lingkungan berupa kisaran suhu, bakteri bisa dibagi menjadi empat golongan, yaitu sebagai berikut.

  1. Bakteri psikrofil ialah bakteri nan hayati pada lingkungan dengan suhu 0°– 30 °C dengan suhu optimum 15 °C.

  2. Bakteri mesofil ialah bakteri nan hayati pada lingkungan dengan suhu antara 15°– 55 °C dengan suhu optimum 25°– 40 °C.

  3. Bakteri termofil ialah bakteri nan bisa hayati pada lingkungan dengan suhu tinggi antara 40°– 75 °C dengan suhu optimum 50°– 65 °C.

  4. Bakteri hipertermofil ialah bakteri nan hayati pada lingkungan dengan kisaran suhu 65°– 114 °C dengan suhu optimum 88 °C.

Penyebab penyakit TBC pertama kali dideskripsikan pada 24 Maret 1882 oleh seorang ilmuwan berkebangsaan Jerman, Robert Koch (1843-1910). Sejak saat itu, 24 Maret diperingati sebagai hari TBC global dan atas temuannya itu, Robert Koch dianugerahi hadiah Nobel dalam bidang fisiologi dan pengobatan pada 1905.

Tuberkulosis atau tuberkulosa biasa kita kenal sebagai penyakit TB atau TBC. Penyakit ini merupakan penyakit nan disebabkan oleh bakteri nan bernama Mycobacterium tuberculosis . Bakteri ini bisa menyerang seluruh tubuh manusia dan teralirkan melalui pembuluh darah. Meskipun demikian, bakteri Mycobacterium tuberculosis biasanya menginfeksi dan menyerang paru-paru. Penyakit TBC sudah ada sejak lebih dari 200 tahun nan lalu.

Di Amerika, penyakit bakteri TBC ini pernah menjadi penyebab kematian terbesar. Akan tetapi, pada 1940, para ilmuwan sukses menemukan obat buat penanggulangan penyakit ini. Perlahan-lahan, penyakit ini pun menghilang. Namun, sebab ternyata bakteri TBC bisa inaktif dalam tubuh manusia, pada 1984, kasus TBC ini mulai muncul lagi.

Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab tuberculosa nan mempunyai takson, filum (Actinobacteria), ordo (Actinomycet), sub ordo (Corynebacterineae), famili (Mycobacteriaceae), genus ( Mycobacterium ).



Penyakit Bakteri nan Membelah Diri

Bakteri ini ialah jenis bakteri obligat aerob, artinya bakteri ini bisa hayati jika di lingkungannya ada oksigen. Tanpa oksigen, bakteri ini tidak bisa hidup. Mycobacterium tuberculosis berkembang biak secara membelah diri setiap 16 hingga 20 jam. Berbeda dengan bakteri biasa nan membelah lebih cepat, bahkan dalam hitungan menit (contohnya saja E. coli nan membelah kurang dari 20 menit).

Bakteri ini ukurannya sangat kecil, yaitu sepersepuluh juta hinga dua persepuluh juta meter atau 0,1-0,2 mikrometer. Bentuknya batang kecil dan kebal terhadap desinfektan. Bakteri ini juga mampu bertahan hayati di loka nan kering. Ia juga bersifat parasit terhadap inangnya.

Bakteri TBC mempunyai dinding sel tebal nan mengandung zat lilin. Zat lilin ini berperan dalam terbentuknya fase atau formasi granoluma atau bintil atau nodul nan terlihat pada hasil foto rontgen paru-paru penderita TBC.



Gejala Penyakit Bakteri TBC

Bakteri TBC bisa menyebar melalui udara dari orang ke orang. Bakteri tersebut bisa keluar dari tubuh penderita ketika ia batuk atau bersin. Akan tetapi, meskipun setiap orang bisa menghirup udara nan terkontaminasi ini, tidak semua orang bisa langsung menderita TBC, bergantung pada kekebalan tubuhnya.

Biasanya, pada orang nan lemah kekebalan tubuhnya, seperti bayi, anak-anak, orang nan terkena virus HIV, atau penderita diabetes mellitus, bakteri dengan mudah berkembang biak dan menimbulkan penyakit TBC. Gejala nan dialami penderita nan positif TBC itu antara lain ialah sebagai berikut.

  1. Kehilangan berat badan 3 bulan berturut-turut.
  2. Kehilangan nafsu makan.
  3. Demam dan berkeringat di malam hari.
  4. Batuk selama minimal 2 minggu berturut-turut nan disertai darah dan dahak.
  5. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis nan tak sakit di daerah leher ketiak dan lipatan paha.
  6. Bila dirontgen tampak cairan di dada.

Bakteri M. Tuberculosis resisten atau kebal terhadap antibiotik (seperti penisilin). Sehingga, buat pengobatan TBC sangat dianjurkan buat tak memakai antibiotik. Pengobatan isoniasid (INH) dengan takaran 5 mg per kg berat tubuh pasien selama 6 bulan banyak terbukti ampuh mengobati penyakit ini.

Penyakit TBC ini jangan sampai disepelekan sebab bisa menyebabkan kematian. Untuk itu, perlu adanya pengobatan dini ketika sudah ada gejala awal dari penyakit TBC ini.

Akan tetapi, masyarakat Indonesia masih kurang memahami tentang penyebab dan gejala penyakit TBC ini, sehingga penyakit ini sudah diketahui ketika keadaannya sudah kritis.

Penyuluhan mengenai penyakit bakteri ini perlu disosialisasikan kepada masyarakat luas. Untuk itu, peran serta dinas kesehatan dalam mengurangi jumlah pengidap penyakit TBC ini sangat krusial buat kesehatan masyarakat Indonesia juga.