Pengelompokkan Aksara Jawa

Pengelompokkan Aksara Jawa

Siapa bilang belajar aksara Jawa kuno? Bagi sebagian orang, belajar aksara Jawa mungkin menjadi hal nan sangat membosankan dan terkesan kolot. Bagaimana mungkin di era modern seperti ini para generasi muda masih harus berkutat dengan aksara Jawa nan jadul? Namun, opini seperti itu tentu saja sangat keliru.

Perlu diketahui bahwa aksara Jawa bukanlah serangkaian huruf antik zaman prasasti nan bentuknya sulit dimengerti. Bagi orang-orang nan paham akan nilai luhur budaya, perluasan aksara Jawa tak kalah dengan aksara atau huruf lain, seperti Latin maupun Arab.

Mempelajari aksara Jawa sama halnya dengan melestarikan nilai-nilai budaya bangsa. Oleh karena itu, tidaklah patut jika Anda beranggapan bahwa para peneliti dan pemerhati aksara Jawa termasuk orang-orang kuno.

Sebaliknya, mereka justru merupakan orang-orang cerdas nan selalu ingin mengetahui asal-usul budaya bangsa nan tertuang dalam aneka naskah maupun prasasti zaman dahulu.

Coba bayangkan, siapa lagi nan akan melestarikan aksara Jawa jika bukan generasi muda bangsa ini? Kita tentu tak ingin menyaksikan berbagai naskah antik bersejarah asal Indonesia justru banyak ditemukan dan diteliti bangsa lain, bukan? Oleh sebab itulah, para generasi muda harus mulai menyadari pentingnya belajar budaya, termasuk mengenai aksara Jawa.



Sejarah Aksara Jawa

Aksara Jawa atau Hanacaraka nan lebih akrab dengan sebutan Carakan atau Cacarakan dalam bahasa Sunda, merupakan aksara turunan dari aksara Brahmi nan dipakai buat menulis naskah-naskah dalam bahasa Jawa, bahasa Makasar, bahasa Madura, bahasa Melayu, bahasa Sunda, bahasa Bali, dan bahasa Sasak.

Bentuk Hanacaraka nan digunakan di era modern ini sebenarnya sudah ditetapkan sejak zaman Kesultanan Mataram (abad ke-17), namun bentuk cetaknya baru muncul pada abad ke-19. Bentuk aksara Jawa ini merupakan hasil modifikasi dari aksara Kawi dan merupakan abugida. Hal itu bisa dilihat pada struktur tiap huruf Jawa nan (setidaknya) mewakili dua buah huruf dalam huruf latin.

Sebagai contoh pernyataan tersebut ialah aksara Jawa ha nan mewakili dua huruf latin, yaitu /h/ dan /a/. Setiap huruf latin itu merupakan satu suku kata nan utuh dibandingkan dengan kata haji. Selain /ha/, aksara Jawa /na/ mewakili dua huruf latin, yaitu /n/ dan /a/. Setiap huruf tersebut merupakan satu suku kata nan utuh dibanding kata nasi.

Berdasarkan uraian tersebut, bisa disimpulkan bahwa dalam aksara Jawa akan ditemukan penyingkatan cacah huruf pada penulisan sebuah kata. Hal ini tentu saja berbeda dibanding dengan penulisan aksara Latin.



Penggunaan Aksara Jawa

Ternyata, aksara jawa tak hanya digunakan buat menulis naskah maupun prasasti di masa lalu. Aksara jawa digunakan sebagai aksara tulis dalam berbagai teks berbahasa Jawa serta beberapa bahasa lain di sekitar wilayah penutur aslinya. Aksara jawa lebih akrab dikenal sebagai Hanacaraka atau Carakan.



Pengelompokkan Aksara Jawa

Dalam bentuk aslinya, aksara Jawa (Hanacaraka) dituliskan secara menggantung atau di bawah garis. Cara penulisan aksara Jawa ini sama halnya dengan penulisan aksara Hindi. Namun, pada pedagogi di era modern, penulisan aksara Jawa diletakkan di atas garis.

Aksara Jawa (Hanacaraka) terdiri atas 20 huruf dasar, 20 huruf pasangan nan berfungsi sebagai epilog bunyi vokal, 8 huruf "utama" (aksara murda, ada nan tak memiliki pasangan), 8 pasang huruf utama, 5 aksara swara atau huruf vokal depan, 5 aksara rekan dan 5 pasangannya, beberapa sandhangan sebagai pengatur vokal, beberapa aksara khusus, beberapa tanda baca, serta beberapa anggaran penulisan nan disebut pada .

Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa aksara Jawa memiliki kelompok aksara atau huruf nan sangat kompleks. Tidak heran jika akhirnya generasi muda memandang aksara Jawa sebagai tulisan nan sangat sulit dipelajari. Sebagai termin pembelajaran awal, berikut ini merupakan kelompok huruf dasar aksara Jawa.



Huruf Dasar Aksara Jawa

Beberapa urutan dasar aksara Jawa banyak dikenal masyarakat sebab pada dasarnya berisi sebuah cerita. Berikut ini merupakan urutan dasar huruf atau aksara Jawa nan sering kita dengar.

  1. Hana Caraka, artinya 'terdapat pengawal'.
  2. Data Sawala, artinya 'berbeda pendapat'.
  3. Padha Jayanya, artinya 'sama kuatnya' atau 'sama hebatnya'.
  4. Maga Bathanga, artinya 'keduanya mati'.

Rangkaian huruf dasar aksara Jawa tersebut boleh jadi tak asing lagi di telinga Anda. Namun, ada beberapa catatan krusial nan diperlukan bagi Anda nan kurang mengenal bahasa dan aksara Jawa. Berikut ini merupakan beberapa catatan krusial nan dimaksud.

  1. /d/, /?/, /j/, /b/, dan /g/, pada pelafalan bahasa Jawa selalu dibunyikan secara meletup atau ada hembusan huruf /h/. Hal ini dilakukan guna memberikan kesan "berat" pada aksen bahasa Jawa.
  1. /ha/, mewakili fonem /h/ dan /a/. Jika aksara Jawa ini berada di depan sebuah kata, akan dibaca /a/. Namun, kaidah ini tak berlaku bagi nama dan kata dalam bahasa asing, dalam arti selain bahasa Jawa.
  1. /da/, pada penulisan huruf Latin digunakan buat fonem /d/ dental dan meletup (posisi lidah berada di belakang pangkal gigi seri bagian atas dan diletupkan). /d/ di sini berbeda dengan /d/ dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Melayu.
  1. /dha/, dalam penulisan aksara Jawa latin digunakan buat fonem /?/ (d-retrofleks). Saat pengucapan, posisi lidah sama dengan pengucapan fonem /d/ dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Melayu, namun bunyinya diletupkan.
  1. tha, dalam penulisan aksara Jawa latin digunakan buat fonem /?/ (t-retrofleks). Saat diucapkan, posisi lidah sama seperti pengucapan fonem /d/, namun tak diberatkan. Bunyi fonem ini hampir serupa dengan aksen orang Bali ketika mengucapkan /t/.


Makna Huruf dalam Aksara Jawa

Seperti nan telah disebutkan sebelumnya bahwa rangkaian aksara Jawa terdiri atas huruf dasar /ha/, /na/, /ca/, /ra/, /ka/, /da/, /ta/, /sa/, /wa/, /la/, /pa/, /dha/, /ja/, /ya/, /nya/, /ma/, /ga/, /ba/, /tha/, /nga/. Ternyata, setiap huruf dalam aksara Jawa tersebut memiliki makna tersendiri, yaitu sebagai berikut.

  1. /Ha/. Hana hurip wening suci, artinya 'adanya hayati merupakan kehendak dari Yang Mahasuci'.
  1. /Na/. Nur candra, mistik candra, warsitaning candara, artinya 'pengharapan manusia hanya selalu pada sinar Illahi'.
  1. /Ca/. Cipta wening, cipta mandulu, cipta dadi, artinya 'arah dan tujuan pada Yang Mahatunggal'.
  1. /Ra/. Rasaingsun handulusih, artinya rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani'.
  1. /Ka/. Karsaningsun memayuhayuning bawana, artinya 'hasrat diarahkan buat kesejahteraan alam'.
  1. /Da/. Dumadining dzat kang tanpa winangenan, artinya 'menerima hayati apa adanya'.
  1. /Ta/. Tatas, tutus, titis, titi lan wibawa, artinya 'mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang hidup'.
  1. /Sa/. Suram ingsun handulu sifatullah, artinya 'membentuk afeksi seperti kasih Tuhan'.
  1. /Wa/. Wujud hana tan kena kinira, artinya 'ilmu manusia hanya terbatas tetapi implikasinya dapat tanpa batas'.
  1. /La/. Lir handaya penghadapan jati, artinya 'mengalirkan hayati semata-mata pada tuntuna Illahi'.
  1. /Pa/. Papan kang tanpa kiblat, artinya 'hakikat Allah nan ada di segala arah'.
  1. /Dha/. Dhuwur wekasane endek wiwitane, artinya 'untuk dapat berada di atas harus dimulai dari dasar'.
  1. /Ja/. Jumbuhing kawula lan Gusti, artinya 'selalu berusaha buat menyatu dan memahami kehendak Tuhan'.
  1. /Ya/. Konfiden marang samubarang tumindak kang dumadi, artinya 'yakin atas titah atau kodrat Illahi'.
  1. /Nya/. Konkret tanpa mata, ngerti tanpa diuruki, artinya 'memahami kodrat kehidupan'.
  1. /Ma/. Madep mantep manembah mring Illahi, artinya 'yakin dan mantap dalam menghadap Illahi'.
  1. /Ga/. Guru sejati sing muruki, artinya 'belajar pada guru nurani'.
  1. /Ba/. Bayu sejati kang andalani, artinya ' menyelaraskan diri pada mobilitas alam'.
  1. /Tha/. Tukul saka niat, artinya 'sesuatu harus dimulai dan tumbuh dari niat'.
  1. /Nga/. Ngracut busananing manungso, artinya 'melepaskan egoisme pribadi manusia'.


Aksara Jawa akan Dijadikan Font Windows

Sebagai pemilik warisan leluhur ini, khususnya orang Jawa, Anda tentu harus merasa bangga sebab ternyata aksara Jawa akan segera dijadikan font dalam program windows terbaru pada komputer keluaran Microsoft.

Pernyataan ini ditegaskan oleh seorang pemerhati bahasa dan aksara Jawa, yaitu Ki Demang Sokowetan. Di sela-sela Kongres Bahasa Jawa (KBJ) ke-5 nan berlangsung di Surabaya, Ki Demang Sokowetan mengatakan bahwa Unesco sudah membantu mereka mendaftarkan aksara Jawa buat dimasukkan ke dalam font komputer kepada Unicode.

Ki Demang Sokowetan sangat bersyukur sebab aksara Jawa sudah diakui dan akan segera dimasukkan oleh Unicode ke dalam font komputer. Unicode sendiri merupakan sebuah instansi resmi nan memiliki wewenang buat membuat baku kode pada sistem komputer di dunia.

Kini, kita tinggal menunggu pihak Microsoft buat merealisasikan janji tersebut. Microsoft telah berjanji buat memasukkan font aksara Jawa pada windows terbaru mereka. Jika pada windows7 belum ada, boleh jadi kita baru dapat menemukan font aksara Jawa pada windows8 atau windows terbaru versi lain.

Setelah mengenal huruf-huruf dasar aksara Jawa dan eksistensinya di global internasional, masihkah Anda berpikir bahwa mempelajari aksara Jawa itu kuno?