Fenomena Kebijakan Ekonomi

Fenomena Kebijakan Ekonomi



Tempat Pembentukan Batubara

Terdapat dua teori nan menjelaskan tentang loka dalam proses panjang pembentukan batubara, yaitu :

* Teori insitu
Proses panjang pembentukan batu bara terjadi di loka asal tumbuhan tersebut berada. Tumbuhan nan telah wafat akan langsung tertimbun lapisan sedimen dan kemudian mengalami proses pembatubaraan tanpa mengalami proses perpindahan tempat. Dengan banyaknya batubara nan terbentuk, membuktikan adanya tumbuhan nan luar biasa banyak di loka tersebut.

Batubara nan dihasilkan dari proses ini memiliki kualitas nan baik. Penyebaran batubara jenis ini sifatnya merata dan luas, dapat dijumpai di wilayah Muara Enim, Sumatera Selatan.

* Teori drift
Berdasarkan teori ini, batubara terbentuk bukan di loka asal tumbuhan itu berada. Tumbuhan nan telah wafat akan terangkut air hingga terkumpul di suatu loka dan mengalami proses sedimentasi dan pembatubaraan.

Kualitas batubara nan dihasilkan dari proses ini tergolong kurang baik sebab tercampur material pengotor pada saat proses pengangkutan. Penyebaran batubara ini tak begitu luas, namun bisa dijumpai di beberapa loka seperti di lapangan batubara delta Mahakam Purba, Kalimantan Timur.



Tahapan Proses Pembentukan Batu Bara

Secara umum, proses coalification dari tumbuhan nan telah wafat hingga menjadi batubara terdiri dari dua tahap, yaitu :

* Termin Biokimia (Penggambutan)
Tahap ini ialah termin dimana tumbuhan nan telah wafat mengalami pembusukan dan menjadi humus. Humus ini kemudian diubah menjadi gambut oleh bakteri anaerobic dan fungi.

* Termin Geokimia (Pembatubaraan)
Tahap ini merupakan termin dimana gambut akan mengalami perubahan secara fisika dan kimia hingga akhirnya menjadi batubara nan biasa dieksploitasi saat ini.
Secara lebih rinci, proses pembentukan batu bara bisa dijelaskan sebagai berikut:

1. Pembusukan, bagian-bagian tumbuhan nan lunak akan diuraikan oleh bakteri anaerob.

2. Pengendapan, tumbuhan nan telah mengalami proses pembusukan selanjutnya akan mengalami pengendapan, biasanya di lingkungan nan berair. Akumulasi dari endapan ini dengan endapan-endapan sebelumnya akhirnya akan membentuk lapisan gambut.

3. Dekomposisi, lapisan gambut akan mengalami perubahan melalui proses biokimia dan mengakibatkan keluarnya air dan sebagian hilangnya sebagian unsur karbon dalam bentuk karbondioksida, karbonmonoksida, dan metana. Secara relatif, unsur karbon akan bertambah dengan adanya divestasi unsur atau senyawa tersebut.

4. Geotektonik, lapisan gambut akan mengalami kompaksi dampak adanya gaya tektonik dan kemudian akan mengalami perlipatan dan patahan. Batubara low grade bisa berubah menjadi batubara high grade apabila gaya tektonik nan terjadi ialah gaya tektonik aktif, sebab gaya tektonik aktif bisa menyebabkan terjadinya intrusi atau keluarnya magma. Selain itu, lingkungan pembentukan batubara nan berair juga bisa berubah menjadi area darat dengan adanya gaya tektonik setting tertentu.

5. Erosi, merupakan proses abrasi pada permukaan batubara nan telah mengalami proses geotektonik. Permukaan nan telah terkelupas dampak erosi inilah nan hingga saat ini dieksploitasi manusia.

Faktor Pembentukan Batubara
Proses pembentukan batu bara dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :

* Material Dasar
Materi dasar pembentuk batubara ialah tumbuhan nan tumbuh berjuta-juta tahun nan lalu. Jenis tumbuhan berpengaruh terhadap jenis-jenis batubara nan terbentuk.

* Lingkungan Pengendapan
1. Struktur cekungan batubara, akan menghasilkan batubara dengan dengan bentuk-bentuk tertentu.
2. Topografi dan morfologi, mempengaruhi penyebaran rawa-rawa loka terbentuknya batubara.
3. Iklim, mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebelum proses pengendapan.

* Proses Dekomposisi
Proses dekomposisi termasuk bagian dari proses perubahan biokimia. Disinilah awal dari seluruh proses perubahan tumbuhan menjadi batubara.

* Umur Geologi
Merupakan skala waktu dimana material dasar yakni tumbuhan mengalami proses perubahan. Semakin lama proses penimbunan nan terjadi, maka proses dekomposisi nan terjadi ialah fase lanjut, dan menghasilkan batubara dengan kualitas nan semakin tinggi.

* Posisi Geotektonik
Posisi geotektonik ialah keberadaan suatu loka nan dipengaruhi oleh gaya tektonik. Posisi geotektonik mempengaruhi struktur cekungan batubara, iklim lokal, topologi dan morfologi, serta kecepatan penurunan gambut.



Fenomena Kebijakan Ekonomi

Dengan adanya program akselerasi pertumbuhan perekonomian Indonesia dengan membagi bangsa ini menjadi beberapa koridor, menempatkan Sumatera Selatan sebagai salah satu daerah sumber energi. Daerah ini sangat kaya dengan hasil alam. Tidak hanya kelapa sawit, karet, dan hasil bumi lainnya. Pun dibidang perminyakan dan batubara, wilayah ini menjadi andalan bangsa Indonesia dalam memasok energi. Sayangnya keberadaan batubara terganjal masalah nan menyangkut kemaslahatan hayati orang banyak.

Angkutan batubara nan menggunakan jalan darat telah menuai berbagai protes serta telah menelan korban nan tak sedikit. Banyaknya angkutan batubara membuat stagnasi panjang di jalan Palembang-Lahat dan daerah sekitarnya. Hal ini tentu saja meresahkan masyarakat sehingga mereka pun menuntut pihak pemerintah buat membaut jalan spesifik bagi angkutan batubara tersebut. Pemerintah Sumatera Selatan tentu saja tak tinggal diam.

Sebenarnya, jalan spesifik angkutan batubara itu telah ada hanya saja sebab musim penghujan diawal tahun 2013 dengan intensitas hujan nan tinggi, telah menenggelamkan jalan spesifik tersebut. Hal ini membuat para pengusaha angkutan batubara protes dan membawa truk mereka ke halaman kantor gubernur. Untungnya ada kesepakatan. Intinya ialah ketika kebijakan pemerintah buat memajukan perekonomian masyarakat, jangan menindas masyarakat nan lainnya.

Semua harus dapat menikmati hasilnya dan bukan hanya pengusaha nan bergerak dibidang pertambangan tersebut. Bukti di lapangan telah membuktikan bahwa kebijakan itu memang harus dilihat dari segala aspek dan jangan asal tabrak lari saja. Kalau hanya menguntungkan segelincir orang tetapi malah merugikan ribuan orang lainnya, maka kebijakan itu tak akan berjalan lancar. Pendayagunaan nan hiperbola juga ternyata membuat harga batubara turun drastis.

Hal ini tentu saja telah membuat para pengusaha batubara merugi. Pengusaha angkutan batubara pun merugi. Para sopir pun akhirnya beralih mengangkut kayu dan bukan batubara lagi. Padahal kalau dikelola dengan baik dan dengan program nan jelas serta memikirkan nilai ekonomi berdasarkan pasar, mungkin keberlangsungan usaha batubara ini akan memberikan laba nan luas tak hanya kepada para pengusaha tetapi juga kepada masyarakat sekeliling pertambangan.

Saat ini, masyarakat di sekeliling loka eksplorasi batubara itu merasa tak mendapatkan apa-apa dari proses penambangan. Malah mereka merasa dirugikan. Tanah mereka terbuka dan banyak bekas bahan galian. Tanah bekas galian itu sangat berbahaya sebab akan dipenuhi air hujan. Anak-anak nan tak tahu bahaya juga akhirnya menjadi korban. Selain itu, udara menjadi tak higienis lagi. Apalagi ketika musim kemarau. Debu nan berterbangan membuat penyakit pernapasan mudah menyerang masyarakat nan tinggal di sekitar area penambangan.

Hasil bumi ini hendaknya menjadi salah satu hal nan mendukung akselerasi perekonomian. Yang terjadi malah pengrusakan ekosistem secara besar-besaran. Udara kian panas dan air pun ikut tercemar. Tentu saja tak ada orang nan mau melihat hal ini terjadi. Hutan nan dahulunya lebat, dibuka dan tanahnya nan mengandung batubara digali dan dibongkar hingga jeda puluhan bahkan ratusan meter dibawah permukaan bumi. Kenyataan ini cukup mengkhawatirkan. Hal ini juga mengingat bahwa batubara ialah hasil bumi nan tak terbarukan. Batubara akan habis apabila terus diambil tanpa memikirkan keberlangsungan kehidupan nan lain.

Batubara juag diyakini bukan sumber energi nan bagus bagi kesehatan. Ada polusi nan cukup berbahaya nan dapat ditimbulkan oleh batubara. Berbeda dengan gas bumi nan dipercaya tak menimbulkan terlalu banyak polusi. Sayangnya membutuhkan investasi nan jauh lebih besar kalau akan mengeksplorasi sumber gas bumi nan ada di Indonesia.

Walaupun Indonesia merupakan salah satu negara dengan cadangan gas bumi terbesar di dunia, biaya eksplorasi cukup besar dan kebijakan nan tak jelas, membuat banyak investor mengurungkan niat mereka masuk ke Indonesia. Sumatera Selatan ialah loka gas bumi nan cukup besar. Sekali lagi bahwa daerah ini membutuhkan banyak tangan pakar dalam mengelola sumber buminya.