Kesalehan Nabi Muhammad Saw

Kesalehan Nabi Muhammad Saw

Di dalam masyarakat seringkali muncul penyebutan-penyebutan asing nan belum tentu jelas makna serta kebenarannya. Terkadang ada pula nan membedakan istilah saleh. Sempat juga di tengah-tengah masyarakat pernah didengungkan dua kata nan dianggap mempunyai makna nan berbeda. Kedua kata nan sempat menjadi perbicangan tersebut ialah kata kesalehan ritual dan kata kesalehan sosial .



Kesalehan Ritual dan Kesalehan Sosial

Kata saleh seringkali muncul di kalangan pondok pesantren atau pun di kalangan masyarakat nan beragama. Saleh ialah versus dari kata sholihah. Dua kata tersebut ialah dua kata dalam agama Islam .

Perbedaan kata saleh dan kata sholihah ialah buat orang yand dituju. Kata salih mengacu pada jenis kelamin laki-laki dan sholihah mengacu pada jenis kelamin perempuan. Meskipun demikian penyebutan tersebut kadang kala hanya ada di kalangan masyarakat saja.

Kata nan pertama, yakni kesalehan ritual, diberi arti sebagai konduite ayng dilakukan oleh sekelompok orang. Konduite nan dilakukan oleh sekelompok orang tersebut semata-mata buat beribadah.

Dengan kata lain, semua konduite nan dilakukan oleh sekolompok orang tersebut ialah usaha buat mendekatkan diri kepada Tuhan. Semua kegiatan nan dilakukan buat mendekatkan diri kepada Tuhan tersebut mempunyai tujuan buat kepentingan diri sendiri.

Contoh perbuatan nan dimaksud dengan kesalehan ritual ialah melakukan sholat lima waktu, puasa, mengerjalan semua amalan-amalan dari bangun tidur hingga orang tidur kembali. Namun, semua nan dilakukan oleh orang tersebut terlihat tak memedulikan dengan keadaan lingkungan loka tinggalnya ataupun sekitarnya.

Sedangkan kesalehan sosial dimaknai sebagai konduite atau tindakan dari masyarakat nan sangat peduli dengan sifat sosial nan ada dalam nilai-nilai agama Islam.

Sifat-sifat sosial tersebut di antaranya membantu teman nan sedang kesusahan, membantu teman nan terjatuh, menjenguk teman nan sedang sakit, atau seringkali memberikan sebagian hartanya kepada orang nan tak mampu. Jika orang pertama seringkali disebut dengan hablunminallah, maka tipe kedua ini disebut dengan hablunminannaas.

Dua jenis orang tersebut, sangat mungkin ditemui di masyarakat sekitar kita. Contohnya saja, kita sering melihat orang nan tekun beribadah, siang dan malam tanpa mengenal henti.

Orang tersebut juga sudah berkali-kali pergi naik haji dan selalu menjadi orang nan pertama pergi ke masjid. Namun, tipe tersebut terlihat cuek dengan lingkungan sekitar.

Misalnya saja, tak peduli jika tetangga belakang rumahnya sedang menangis kelaparan, sedangkan ia telah berkali-kali naik haji. Orang seperti itu ialah orang nan terlihat melakukan hal-hal nan menjadi kewajiban di hadapan Tuhan semata.

Sebaliknya, seringkali kita melihat orang nan begitu berani mengurusi masalah umat, membantu sesama, sering mengunjungi panti asuhan, bahwa setiap bulan menyantuni fakir miskin di rumahnya.

Namun, orang tersebut terlihat tidak pernah beribadah menunaikan sholat lima waktu atau pun berpuasa. Dapat dikatakan orang tersebut hanya mentingkan ibadah buat orang banyak, tanpa mementingkan kehidupan pribadinya.

Dua citra mengenai dua jenis manusia di atas nan mengutakamakan kesalehan sosial atau kesalehan ritual tersebut tak patut di contoh. Karena nan sahih ialah sinkron dengan ayat "Udkhuluu fis silmi kaffah". Ayat tersebut mempunyai arti bahwa tahu kesalehan dalam Islam secara total.



Kesalehan Nabi Muhammad Saw

Jenis kesalehan nan dilakukan oleh umat manusia seharusnya mencotoh Nabi Muhammad saw. Beliau selalu mencontohkan kepada kita hal-hal baik nan bersifat ritual atau pun sosial.

Mengenai puasa, beliau selalu mencontohkan bagaimana puasa nan baik dan sahih itu. Begitu pula sikap baik kepada sesama nan selalu diperlihatkan oleh Nabi Muhammad saw. Beliau ialah orang nan selalu mendoakan dan bersikap baik kepada orang lain. Berikut ini ialah contoh cerita nan dilakukan oleh Nabi Muhammad saw nan mengandung kesalehan ritual dan sosial.

Nabi Muhammad saw ialah orang nan dibenci oleh kaum musyrikin, meskipun begitu beliau tak pernah membenci orang-orang nan telah berbuat dursila kepadanya. Beliau tak marah kepada orang nan sering meludahinya.

Pada suatu masa ada seorang pengemis buta nan berada di daerah keramaian. Orang tersebut sangat membenci Nabi Muhammad saw. Setiap saat dirinya mencaki dan memaki Nabi Muhammad saw. Namun, Nabi tak pernah membalas dengan keburukan.

Setiap hari pengemis tersebut kedatangan seorang lelaki. Kedatangan laki-laki tersebut sangat ditunggu-tunggu oleh pengemis tersebut sebab lelaki tersebut akan membawakan makanan untuknya.

Selain membawakan makanan buat sang pengemis, laki-laki tersebut selalu mengunyahkan makanan nan dibawanya, sehingga pengemis tersebut tak merasa kesusahan buat menelannya.

Setiap kali lelaki itu datang, pengemis itu selalu menceritakan hal-hal nan jelek tentang Nabi Muhammad saw. Laki-laki tersebut juga memaki Nabi Muhammad saw di hadapan orang nan telah memberi makan dan menyuapinya tersebut.

Kejadian tersebut berlangsung dalam waktu nan lama. Kemudian pengemis tersebut berkata kepada laki-laki, bahwa dirinya sangat baik dan jangan dekat-dekat dengan Nabi Muhammad saw sebab beliau ialah orang nan tak baik.

Setelah Nabi Muhammad saw meninggal, tugas Nabi Muhammad saw digantikan oleh Abu Bakar. Abu Bakar melakukan semua pekerjaan dan amalan nan dilakukan oleh Nabi Muhammad saw.

Hingga suatu hari Abu Bakar bertanya kepada seseorang, amalan apa nan belum ia lakukan dan perbuatan tersebut seringkali dilakukan oleh masyarakat. Kemudian ia menjawab, memberi makan pengemis. Kemudian Abu Bakar pergi ke loka di mana pengemis tersebut berada dan menyuapi pengemis tersebut.

Namun, pengemis tersebut malah berongsang dan bertanya siapa dirinya dan berkata orang nan setiap hari menyuapinya bukanlah orang nan sedang menyuapinya sekarang ini sebab orang nan biasa menyuapinya akan mengunyahkan makanan hingga menjadi lembut dan akan menyuapinya dengan sabar dan berhati-hati.

Kemudian Abu Bakar menangis dan berkata orang nan telah menyuapimu selama ini ialah Nabi Muhammad saw, orang nan telah kau hina dan kau maki selama ini dan Nabi Muhammad saw sekarang sudah meninggal.

Begitu mendengar apa nan dikatakan oleh Abu Bakar, pengemis tersebut lantas menangis. Ternyata begitu mulianya hati Nabi Muhammad saw. Meskipun tiap hari pengemis maki, namun tak pernah berhenti menyuapinya dengan sabar setiap hari.

Maka dari itu, kita sebagai manusia, tak hanya melakukan aktivitas nan berkaitan dengan ritual, namun juga diseimbangkan dengan sosial. Contoh saleh nan bersifat sosial nan bisa kita lakukan sehari-hari ialah membantu teman kita nan sedang kesusahan atau membantu menyeberangkan anak kecil di jalan raya.

Semua perbuatan tersebut harus dilakukan tanpa pamrih. Selain itu, kita juga tak boleh lupa melakukan amalan seperti salat dan berpuasa. Manusia nan sukses ialah manusia nan bisa hayati seimbang. Ia rajin beribadah kepada Allah, namun ia juga rajin buat membantu sesama.

Dengan melakukan perbuatan tersebut, maka hayati pun akan menjadi tentram, damai, dan sejahtera sebab tak mempunyai masalah dengan tetangga dan terus menjalankan perintah Agama secara ikhlas dan terus menerus.

Demikian sedikit uraian mengenai kesalehan ritual dan kesalehan sosial nan harus seimbang. Semoga uraian tersebut bermanfaat dan menjadikan pribadi kita nan soleh dan solehah.