Pengertian Penerbitan - Divisi Pemasaran

Pengertian Penerbitan - Divisi Pemasaran

Banyak nan bertanya tentang pengertian penerbitan . Dewasa ini, global penerbitan dapat dibilang mengalami pertumbuhan pesat. Penerbitan bermodal besar maupun penerbitan indie saling bersaing ketat. Era teknologi informasi memang salah satu pemicunya. Di sisi lain, kebutuhan masyarakat akan informasi pun tak boleh dikesampingkan. Ya. Global penerbitan seakan tak dapat lepas dari kehidupan manusia masa kini. Oleh sebab itu, perlu kiranya kita memahami pengertian penerbitan .

Ada nan berpendapat, pengertian penerbitan ialah upaya menerbitkan berbagai materi tertulis agar tersampaikan dengan baik kepada masyarakat pembacanya. Pengertian penerbitan tersebut tidaklah salah. Namun, pengertian penerbitan itu sendiri merupakan usaha resmi nan bertalian dengan pencarian naskah, proses editorial, produksi, dan pemasaran naskah tercetak.

Berdasarkan pengertian penerbitan yag disebutkan tadi, ada penerbit nan didirikan oleh individu, ada juga nan didirikan oleh kelompok atau lembaga. Biasanya, badan hukumnya berupa CV, perseroan terbatas (PT), atau yayasan.

Tujuannya tentu bersifat komersil meskipun ada pula nan nonprofit. Mayoritas majalah, surat kabar, tabloid, dan buku merupakan contoh penerbitan komersil. Sementara media cetak nan dihasilkan forum swadaya masyarakat, yayasan, dan instansi pemerintah umumnya bersifat nonprofit.

Setiap badan usaha penerbitan memiliki idealisme dan karakteristik khas tersendiri dalam usahanya. Meskipun demikian, tak sporadis dijumpai penerbitan nan hanya menjadi pengekor, serta berorientasi profit semata, tanpa mempedulikan kualitas produknya. Melihat fenomena ini, krusial bagi seorang penulis buat memiliki wawasan memadai tentang seluk-beluk penerbit dan pengertian penerbitan.

Kembali ke pengertian penerbitan, tiga divisi primer penerbitan akan kita kupas lebih lanjut, sebagai berikut.



Pengertian Penerbitan - Divisi Editorial

Divisi editorial —yang dikomandani pimpinan redaksi— dapat dikatakan sebagai ruh penerbitan. Mengapa? Sebab, dari sinilah akan dijaring naskah-naskah berkualitas, sinkron visi dan misi penerbit. Dari mana penerbit memperoleh naskah? Kontributor, pemburu naskah, dan agen naskah ialah sumber naskah buat forum penerbitan.

Kontributor bisa melayangkan naskahnya kepada penerbit atas inisiatif sendiri ataupun atas undangan pihak redaksi. Jika penerbit memilih cara hunting naskah, sasaran nan akan dikejarnya ialah penulis profesional atau tokoh masyarakat nan kompeten di bidangnya.

Mereka akan diminta penerbit buat menulis naskah tertentu, sinkron bidangnya masing-masing. Mengejar momen eksklusif nan tengah marak, atau bertepatan dengan booming -nya suatu tema merupakan saat-saat penerbit berburu naskah.

Sementara itu, ada pihak nan berjuluk agen naskah. Dialah nan akan berburu naskah buat menyuplai kebutuhan penerbit, terutama jika produksinya ternyata berskala besar. Dapat dibilang, agen naskah ini ialah kepanjangan tangan dari pihak penerbit.

Dengan donasi agen naskah, dalam waktu singkat, penerbit akan memperoleh naskah nan diinginkan, tanpa harus membuang waktu lama. Karena terkesan instan, naskah semacam ini harus tetap melalui proses editing ketat agar memenuhi baku kualitas naskah layak terbit.

Semua naskah nan masuk ke ruang redaksi, sebelum diputuskan layak terbit, akan dievaluasi oleh dewan redaksi. Hal apa sajakah nan akan dipertimbangkan atau dinilai dalam penilaian tersebut?



1. Isi Karangan

Evaluasi terhadap isi karangan mencakup hal-hal berikut.

  1. Ide atau gagasan; apakah memiliki unsur kebaruan, unik, bermanfaat, sejalan dengan visi-misi penerbit, dan marketable .

  2. Orisinalitas; apakah naskah bukan merupakan hasil copy paste atau menjiplak karya orang lain.

  3. Penyajian data atau pun fakta nan memperkuat naskah. Data dan fakta tersebut harus netral, logis, mengandung kebenaran, dan berasal dari sumber nan dapat dipercaya. Bukan data dan fakta nan hanya imbasan jempol, juga tak menyudutkan pihak tertentu.


2. Bahasa Penyajian

Bahasa nan disajikan dalam sebuah naskah menjadi target berikutnya dalam proses evaluasi. Bahasa penyajian nan baik, setidaknya meliputi hal-hal berikut ini.

  1. Bahasa nan memikat, mengalir, dan mudah dicerna pembaca.

  2. Tidak menggunakan kata ambigu sehingga makna nan ditangkap pun akan mudah dan tak berbelit-belit.
  3. Susunan kalimat nan tepat dan logis sehingga tak membuat pembaca berpikir saat membaca melainkan berpikir setelah selesai membaca..

  4. Pilihan diksi nan tepat. Perlakuan terhadap diksi, tentunya berbeda antara naskah fiksi dan naskah nonfiksi. Diksi dalam naskah fiksi lebih fleksibel dan luas sebab kandungan nilai sastranya, sinkron selera si penulis.

  5. Ejaan nan benar, sinkron dengan pegangan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

  6. Kesesuaian penggunaan bahasa dengan tujuan penulisan. Misalnya, buat menulis naskah ilmiah, pastinya tak tepat jika menggunakan bahasa sastrawi nan mengandung pemaknaan ganda atau penuh metafora.


3. Teknik Penulisan

Dewan redaksi akan menilai teknik penulisan suatu naskah berdasarkan hal-hal berikut.

  1. Penempatan dan keteraturan gagasan. Jangan sampai ada ide nan meloncat-loncat tak karuan dalam naskah, tanpa memperhatikan urutan atau koherensinya.

  2. Kohesi dan koherensi antarkalimat dan antarparagraf nan tepat sehingga pembaca terbangun sebuah bacaan nan utuh, kokoh, dan pembaca pun mudah memahami maksud penulis.

  3. Keterkaitan antara judul dan isi; apakah judul telah mencerminkan isi naskah. Jangan sampai isi bacaan sama sekali tak merepresentasikan judul nan dibahas.

  4. Kerapian holistik perwajahan naskah. Apakah jenis dan ukuran font yang digunakan sudah seperti nan disyaratkan? Apakah pengaturan spasi dan badan paragraf sudah rapi? Apakah ilustrasi pendukung (jika ada) telah sinkron dengan tema, dan blocking -nya tepat?

Untuk poin terakhir, sebagian penerbit memiliki tim spesifik buat menangani kerapian perwajahan dan tata letak ini. Tim spesifik nan dimaksud ialah tim layout dan desainer nan bertanggungjawab penuh atas kemenarikan buku dari segi desain cover dan tata letak perwajahan buku secara keseluruhan.

Jika naskah telah dinyatakan layak terbit, termin selanjutnya ialah editing . Adapun wilayah editor mencakup penyuntingan terhadap bahasa penyajian dan teknik penulisan suatu naskah, seperti nan terurai pada dua poin tersebut.



Pengertian Penerbitan - Divisi Produksi

Usai termin editing, naskah akan menuju dapur produksi. Di sana, seorang pimpinan atau manajer produksi akan menentukan proses cetak suatu naskah. Sebelumnya, agar kemasan naskah lebih maksimal, seorang layouter akan menatanya. Bertanggung jawab buat mengurusi tata letak naskah, ukuran font dan pengaturan gambar nan mungkin dimunculkan dalam buku.

Jika diperlukan, fotografer pun akan dilibatkan buat menghasilkan foto-foto pendukung sehingga naskah akan terlihat lebih menarik. selain itu, buat urusan cover buku, tanggung jawab tersebut sepenuhnya dikerjakan desainer grafis.



Pengertian Penerbitan - Divisi Pemasaran

Manajer pemasaran akan menentukan taktik pemasaran produk penerbitan. Bedah buku, talk show , seminar, pameran, menyebarkan leaflet promosi, atau mengadakan undian berhadiah ialah contoh upaya memasarkannya. Berbagai kondisi pasar dan trend tema nan digemari atau sedang marak menjadi acuan dalam membuat strategi marketing .

Nah, itulah sedikit pengetahuan nan dapat penulis bagi tentang pengertian penerbitan berseta divisi-divisi nan terkait di dalamnya. bagi sebuah perusahaan penerbitan, tanpa adanya tiga divisi tadi, mustahil buat dapat menciptakan sebuah buku nan menarik buat dibaca. Kalaupun pihak penerbitan tak memiliki salah satu divisi tadi, biasanya penerbit selalu memiliki opsi buat menggunakan jasa outsourching nan memang kompeten di bidangnya.