Secara Ideologis

Secara Ideologis



Komunikasi Massa

Jenis-jenis jurnalistik itu dapat dibedakan berdasarkan khalayaknya, ideologinya, dan tempatnya. Ragam jurnalistik ini akan memberikan ragam gaya penulisan. Misalnya maraknya citizen journalism atau jurnalistik berbasis masyarakat ini menambah daftar rona dalam global jurnalistik. Dalam jurnalistik ini, masyarakat dilibatkan memberikan berita. Kemajuan teknologi telah membuat banyak orang dengan mudahnya memberikan informasi nan sekiranya dibutuhkan oleh orang lain.

Bahkan pihak televisi seperti Metro TV pun memberikan ruang bai masyarakat nan ingin berpartisipasi dalam memberikan informasi lewat video. Informasi itu tentu saja bermanfaat bagi pemirsa televisi. Bahkan ada hadiah nan diberikan kepada pemirsa nan videonya diputar. Hal ini tentu saja semakin mendorong orang buat berkarya. Pengirimnya pun akan diwawancara mengenai video itu. Walaupun waktu nan diberikan tak banyak, rasa bahagia sebab karyanya dihargai dan dianggap bagus, ialah suatu prestasi tersendiri.

Radio Trijaya dan Sindo radio serta stasiun radio lainnya, juga tak ketinggalan memberikan kesempatan kepada para pendengarnya buat berpartisipasi dalam memberikan infromasi. Lewat BBM dan twitter pendengar memberikan informasi tentan lalu lintas terutama daerah nan mengalami stagnasi parah ataupun kalau ada kecelakaan. Koran The Jakarta Post dan Republika tak mau ketinggalan. Ada kolom nan spesifik diperuntukkan bagi kegiatan citizen journalism ini.

Para penulis nan tulisannya dimuat di koran-koran ini tentu saja sangat senang. Mereka merasa diberi peluang buat menyalurkan hobinya. Memang tak ada honor buat kolom spesifik ini. Namun, bagi seorang penulis amatir atau pemula, hal ini menambah semangat buat terus berkarya. Tidak sporadis ada kolaborasi nan dijalin antara pihak editor koran dengan komunitas menulis eksklusif sehingga karya atau tulisan para anggotanya diutamakan buat dimuat.

Apa nan tak dapat diatur di Indonesia ini. Tulisan-tulisan itu tentu saja berdasarkann topik eksklusif dan bukannya mengarang bebas. Sebenarnya gaya penulisan buat kolom citizen journalism ini tentu saja sangat berbeda dengan gaya tulisan buat kolom nan lebih serius, Kolom Opini, misalnya. Jadi, sangat belum tentu ketika seorang penulis telah mampu menempus kolom citizen journalism, lalu otomatis tulisannya nan lain akan dimuat dengan mudah.

Inilah salah satu taktik pemasaran nan dilakukan oleh pihak pengelola koran. Dengan melibatkan masyarakat, itu artinya mereka akan merasa memiliki koran tersebut dan akan membeli koran itu. Rasa bahagia penulis nan tulisannya dimuat di koran terkadang terungkapkan dari cara mereka menampilkan karya itu di dinding facebooknya. Bagi mereka ini ialah salah satu bentuk prestasi nan harus dipamerkan ke orang banyak.

Dengan demikian, pihak pengelola koran telah sukses memberikan sesuatu nan berarti bagi para pembaca setianya. Bagaimanapun, Jurnalistik dalam jurnalisme, merupakan salah satu jenis komunikasi massa. Komunikasi antar manusia. Tetapi tak semua komunikasi massa ini dianggap sebagai bagian dari jurnalistik. Dalam komunikasi massa ada pidato di tengah khalayak, tapi pidato bukan jurnalistik. Walaupun dalam pidato ada penyampaian pesan dan informasi, pidato tetap tak dianggap bagian dari jurnalistik.

Lalu ada telepon, kirim-kirim sms, kawat, debat, dan segala penyebaran informasi lainnya. Tapi itu pun bukan jurnalistik. Bukan ini dan bukan itu di komunikasi massa, itulah jurnalistik. Dan sebab itu juga dapat dimacam-macamkan dalam kategori nan “bukan sekadar komunikasi massa.” Jurnalistik mempunyai karakteristik tersendiri nan tak dapat dikaitkan dengan jenis komunikasi massa lainnya. Jurnalistik sepertiga skill, sepertiga seni, dan sepertiga ego. Dari titik itu kita golongkan jurnalisme. Pertama dari jenis khalayak dan segi fisik publikasinya.



Bentuk khalayaknya

Apakah jenisnya sependek newsletter, setebal majalah wanita, bentuknya koran harian, tabloid, atau nanggung seperti majalah agama, dari titik itu, kita mengenal segi bahasa jurnalistik. Beda khalayak pembaca akan berbeda juga bahasa nan digunakan. Para jurnalis harus sangat paham siapa nan akan membaca tulisan mereka. Tidak dapat pukul rata. Itulah mengapa sine qua non pelatihan spesifik bagi para awak koran atau majalah agar mereka paham siapa pembacanya.

Jurnalisme nan mengandalkan bahasa sastrawi, features, dan artikel nan padat. Narasi kejurnalistikannya ditajamkan pada repotase mendalam, bahkan investigasi. Misalkan majalah Tempo, Gatra, The Newyorker, atau Times. Para pembaca karya jurnalisme satu ini ialah para kalangan terpelajar nan sangat kritis. Mereka sangat melek informasi.

Jurnalisme nan mengacu kepada artikel, dan pendapat pakar, mengikutsertakan kisah-kisah khalayak dan problematikanya. Featuresnya lebih mengikuti arahan foto jurnalistiknya. Seperti media massa mode, media wanita, atau media nan segmented lainnya, seperti media tentang kebun Trubus, tentang Desain Interior, media sport seperti sepak bola. Para pembacanya juga sangat khusus walaupun tak menutup kemungkinan para pembaca majalah Tempo juga membaca Trubus.

Jurnalisme nan mengacu kepada artikel ilmiah, dan publikasi penelitian. Keredaksiannya bahkan dipakari oleh akademisi kakap. Misalkan majalah Seni Concept, majalah Filsafat budaya, Gong. Majalah filsafat Agama, Ulumul Quran. Atau bentuk publikasi jurnal. Jurnalisme jenis ini lebih membidik kalangan nan lebih spesifik lagi. Dibutuhkan ilmu pengetahuan eksklusif buat mengerti segala jenis tulisan di media seperti itu.

Jurnalisme nan eksesnya lebih kepada ‘untuk kalangan sendiri’ atau coorporat journalism. Yang diangkat ialah seputar budaya kerja suatu perusahaan. Misalkan media Infokita, di Gramedia Group, Info LIA dari Yayasan LIA. Isinya tentu saja nan berkaitan dengan apa nan terjadi di dalam perusahaan. Program Outing buat keluarga nan diselenggarakan oleh setiap cabang, misalnya. Atau warta tentang mutasi, kenaikan pangkat, dan pensiun.



Secara Ideologis

Sementara itu ada pembedaan jurnalisme dari segi ideologi, atau visi misinya. Tidak peduli siapa pun khalayaknya, jurnalisme jenis ini datang dengan mengusung idealisme mereka sendiri. Atau juga dapat tumbuh, ketika suatu bidang eksklusif di masyarakat membutuhkan perhatian spesifik dari sisi publikasi. Misalkan media spesifik menyoroti perang, kelautan, dan nan sejenisnya. Tetapi di antara para jurnalis dan komentator ada saja nan menciptakan istilah khususnya.

Misalkan:
* Jurnalisme Ngejazz: Pengetahuan jurnalistik pada sensasi pendek, atau hal nan sedang booming di masyarakat. Bahasanya dibuat begitu ringan nan krusial bebas asal populer.

* Adversary journalism: Tahunya hanya beroposisi dengan pemerintahan, dan melakukan perlawanan. Setiap tindakan nan dibuat oleh pihak pemerintah selalu dikupas tuntas dan dikritik habis-habisan.

* Jurnalisme Partisan Pemerintah. Bagi karakteristik jurnalisme macam ini, pemerintah ialah suara Tuhan, misalkan koran Jakarta nan merupakan Underbouw pemerintahan incumbent. Pujian begitu banyak dilontarkan kepada program nan dijalankan oleh pemerintah. Semua sisi baik ditonjolkan dan sisi kurang baik ditutupi.

* Checkbook journalism. Jurnalistik nan selalu memberikan biaya tinggi buat membayar narasumbernya, misalkan Oprah Winfrey Show.

* Alcohol journalism. Bagi jurnalistik ini, nan paling krusial ialah menjual isinya.

* Crusade journalism. Ada misi dibalik jurnalisme ini, macam-macam motifnya asal tujuan kelompoknya tercapai. Pembentukan opini publik pun dilakukan dengan sangat teliti dan matang.

Jenis-jenis Jurnalistik nan lain ialah nan tumbuh di kampus-kampus di seluruh Indonesia. Tentu saja, di Kampus [tergantung Kampus nan mana] adalagi jurnalisme nan dipelajari. Membuat para calon wartawan seolah terpecah sejak awal, dan memilih kejurnalistikan berdasarkan minatnya, aku sumpahi bila ada nan demikian. Namun, kampus tetap kampus, dari sana dipelajari:

* Jurnalisme Komunisme-Etatisme : Jurnalisnya kaum kamerad. Semuanya mitra kalau mitra dan versus bilamana memang musuhnya.

* Jurnalisme Islami: hampir mirip crusade journalism, namun kali ini, didasarkan pada tradisi tersendiri dalam pengkabaran dalam Islam. Menjadi wartawan di media Islam ini mensyaratkan keilmuan eksklusif sebab nan dibahas termasuk hukum Islam.

* Jurnalisme Partisipan Pembanguan: Umumnya para jurnalis, mendukung dan mendorong keinginan orang banyak buat maju.

* Jurnalisme liberal. Merupakan kategori klasik dari Norma kampus di timur jauh, nan selalu menuding barat, walaupun buat urusan ini barat memang pantas dituding. Karena mengajarkan kebebasan nan bablas, dan demokrasi gaya Amerika Serikat.