Perkembangan Dongeng Bahasa Sunda

Perkembangan Dongeng Bahasa Sunda

Sama seperti dongeng pada umumnya, dongeng bahasa Sunda juga merupakan karya sastra lisan nan ditulis kembali ke dalam sebuah buku. Biasanya, dongeng bercerita tentang sebuah kisah tokoh atau legenda sebuah tempat. Bukan hanya bercerita tentang sebuah tempat, dongeng bahasa Sunda juga terkadang menceritakan kehidupan seekor hewan dengan hewan lainnya atau sering disebut dengan fabel.

Dongeng merupakan cerita turun temurun nan dimiliki setiap negara atau daerah. Dengan demikian, bisa diketahui kalau dongeng bahasa Sunda ialah dongeng nan secara turun temurun dilestarikan oleh masyarakat Sunda dengan menggunakan bahasa dan budaya Sunda.

Dongeng atau cerita nan beredar tersebut merupakan dongeng nan diceritakan secara lisan atau kita biasa menyebutnya sastra lisan. Namun, sebagian orang menganggap dongeng tersebut sangat krusial sehingga menjadi bagian dari negara atau daerah tersebut. Begitu juga dengan dongeng bahasa Sunda nan telah menjadi bagian dari akar budaya Sunda.

Kemudian dalam perkembangannya, dongeng bahasa Sunda tersebut dituliskan dan diterbitkan secara massal dan anonim sebab pada dasarnya, masyarakat juga tak mengetahui dengan jelas siapa orang pertama nan menceritakan dongeng tersebut. Dongeng bahasa Sunda diceritakan kembali oleh para wali, tetua di desa atau masyarakat, sampai kepada orang tua kita sehingga diketahui oleh masyarakat luas. Dengan begitu, masyarakat menjadi tahu apa nan menjadi cerita dari negara atau daerah nan tengah diceritakan.

Sebagai contoh, dongeng bahasa Sunda "Kabayan" nan sering diperdengarkan di radio, bahkan filmnya sudah terbilang banyak dengan berbagai versi, merupakan kekayaan budaya Sunda nan patut diacungi jempol.

Kebanyakan dongeng nan diceritakan dan dituliskan merupakan cerita rakyat, legenda, dan mitos. Seperti halnya dongeng bahasa Sunda nan juga menceritakan berbagai macam legenda dan mitos di wilayah tatar sunda. Dongeng nan dipercayai oleh masyarakat Sunda pada zaman dahulu tersebut kemudian sampai pada zaman sekarang.



Mitos dalam Dongeng Bahasa Sunda

Ada beberapa cerita nan dianggap bersifat mistik dan mistis oleh masyarakat setempat nan dinamakan legenda. Namun, legenda tersebut terkadang diubah ke dalam bentuk nan lebih dapat diterima masyarakat sehingga menjadi dongeng. Dongeng bahasa Sunda juga merupakan bagian dari motos dan legenda. Dongeng Bahasa Sunda dapat merupakan ekspansi dari legenda, seperti dongeng tentang tokoh eksklusif atau dongeng mengenai nama loka nan dianggap memiliki karismatik oleh masyarakat Sunda.

Ada juga nan nan menceritakan asal mula nama sebuah gunung, nama sebuah situ atau danau, sungai, bahari dan masih banyak lagi. Atau seorang nan dianggap sakti dan kuat serta berpengaruh pada masa itu nan menjadi karakter atau asal mula daerah tersebut. Dari legenda, masyarakat lambat-laun mengubahnya menjadi dongeng bahasa Sunda nan dapat dicerna bahkan oleh anak kecil sekalipun.

Seperti halnya Santa Claus nan dipercaya olah masyarakat Barat nan beragama Nasrani sebagai seorang tokoh nan baik hati dan akan berkeliling global buat membagikan hadiah kepada anak-anak kecil nan sedang merayakan hari Natal, dongeng bahasa Sunda juga mengandung banyak mitos nan hingga kini masih dipercayai banyak orang.

Mitos tersebut bukan semata-mata digunakan dalam dongeng bahasa Sunda sebagai wilayah keindahan sastra lisan, tapi juga sebagai pesan moral nan hendak disampaikan kepada masyarakat dalam bentuk nan wajar pada zamannya.

Seperti halnya dongeng bahasa Sunda "Sangkuriang" nan menjadi mitos bagi orang Sunda agar senantiasa menurut dan berbakti pada orangtua, nan telah mengakar di masyarakat Sunda pada umumnya. Dari dongeng bahasa Sunda "Sangkuriang" nan juga merupakan legenda Sunda nan dianggap sakral oleh masyarakat Sunda inilah asal muasal Gunung Tangkuban Parahu muncul.

Meskipun dalam dongeng bahasa Sunda tersebut tersimpan mitos seperti Dayang Sumbi nan menikah dengan anjing nan bernama Tumang, namun ada filosofi dan pesan moral nan dapat didapat masyarakat Sunda setelah mendengar legenda tersebut.

Selain Sangkuriang nan telah mengakar di masyarakat Sunda, masih banyak lagi dongeng bahasa Sunda nan juga dianggap sebagai legenda, seperti dongeng "Lutung Kasarung", "Mundinglaya Dikusumah", dan lain-lain.



Pengiring Dongeng Bahasa Sunda

Selain kental dengan mitos dan pesan moral nan tersimpan di dalamnya, dongeng bahasa Sunda juga sangat erat hubungannya dengan seni lain selain sastra, yakni seni musik. Pada zaman dahulu, orang nan membacakan dongeng bahasa Sunda akan diiringi dengan kacapi setelah sebelumnya dibuka oleh pantun. Dengan demikian, dongeng tak hanya memberikan pesan moral kepada pendengarnya, tapi juga membawa pesan budaya.

Karena dongeng bahasa Sunda bercerita tentang mitos dan kekayaan tatar Sunda atau biasa kita sebut istana sentris , dongeng harus diiringi dengan pantun dan kacapi agar terasa kesakralannya sebagai budaya daerah Sunda.

Tidak hanya itu, dongeng bahasa Sunda juga banyak nan menceritakan keseharian orang Sunda, seperti nan sudah disebutkan pada pendahulu artikel yakni dongeng "Kabayan" nan terkenal sampai ke seluruh Indonesia. Dongeng ini dianggap sebagai gambaran orang Sunda. Dengan sebuah penceritaan masyarakat pada zaman dahulu secara lisan nan kemudian ditransformasi ke dalam tulisan, maka diangkat pula menjadi sebuah film "Dongeng Si Kabayan" sehingga menjadi dongeng bahasa sunda nan populer.



Perkembangan Dongeng Bahasa Sunda

Dongeng bahasa Sunda semakain berkembang sinkron dengan zamanya, namun tak mejadikan dongeng-dongeng nan telah lama itu terlupakan. Bahkan dongeng-dongeng nan terdahulu menjadi bagian dari karya sastra klasik. Karya-karya populer merupakan langkah maju dalam global sastra daerah Sunda buat mempertahankan dongeng bahasa Sunda. Biasanya, dongeng-dongeng populer nan muncul kemudian disesuaikan dengan keadaan dan kondisi zamannya sebab karya sastra nan bersifat mimesis menuntut buat selalu bercermin pada pola zaman.

Jika pada zaman dahulu dongeng bahasa Sunda selalu bersifat istana sentris dan anonim, serta kental oleh lokalitas budaya, maka pada zaman sekarang ini dongeng diperbaharui dengan memasukkan nilai-nilai modern nan sedang digemari dan digandrungi anak muda zaman sekarang. Dengan cara itulah dongeng populer dapat mendekati global remaja sehingga nantinya akan muncul ketertarikan mereka terhadap dongeng bahasa Sunda.

Kini, dongeng bahasa Sunda zaman dahulu telah menjadi objek penelitian dan pengkajian karya sastra. Oleh sebab itulah, dongeng bahasa Sunda harus dipelihara dan dilestarikan sebab hal tersebut merupakan aset nan sangat berharga buat pecinta ilmu sastra dan budaya dalam mendalami karya sastra daerah, khususnya daerah Sunda. Bukan hanya mahasiswa atau pengajar nan berasal dari daerah Sunda, bahkan warga asing pun tertarik dengan keberagaman dan kekhasan dari dongeng bahasa Sunda nan terkumpul sampai sekarang buat diteliti.

Ada pola-pola eksklusif nan didapatkan dari dongeng bahasa Sunda, namun tak didapatkan dari dongeng wilayah lain sehingga dongeng bahasa Sunda menjadi aset budaya Sunda nan patut dipertahankan.

Pada perkembangannya, buku merupakan tujuan dari kebanyakan penulis buat menuangkan kreativitasnya dalam menulis sebuah cerita. Tetapi, tak sedikit penulis nan masih mempertahakan kearifan lokal buat menuliskan dongeng bahasa Sunda walaupun sulit buat bisa diterbitkan sebab massanya nan tak terlalu menunjang.

Akan tetapi, ada beberapa penerbit nan justru mengangkat bahasa lokal menjadi salah satu harta nan harus dipertahankan agar budaya Sunda tak mengalami kemunduran sehingga muncullah deretan penulis dongeng bahasa Sunda nan itu-itu saja. Sementara itu, dalam media lain, penulis dongeng bahasa Sunda dapat menuangkan idenya mengenai cerita Sunda lewat penulisan artikel atau carpon di media berwawasan Sunda, seperti Mangle, Cupumanik , bahkan koran Tribun Jawa Barat pun memuat kolom cerpen berbahasa Sunda.

Selain itu, dengan adanya internet, blog-blog nan memuat dongeng bahasa sunda pun menjadi salah satu media buat penulis menuangkan tulisanya sehingga teritorial budaya Sunda semakin diperluas. Dengan demikian, dongeng bahasa Sunda tak akan pernah punah apabila masyarakat Sunda mematuhi pepatah " ngindung ka waktu ngabapa ka jaman " nan artinya orang sunda sangat bergerak maju dan mengikuti pola zamannya sehingga tak ketinggalan zaman, tapi tak pula meninggalkan kebudayaan lamanya.

Dongeng bahasa Sunda akan terus ada selama global masih bergerak dan masyarakat Sunda di dalamnya masih melakukan aktivitas kehidupan. Dongeng tak akan pernah wafat selama masih ada orang nan peduli dalam global sastra, terutama sastra Sunda.