Laporan Pendahuluan Diare-Klasifikasi Diare

Laporan Pendahuluan Diare-Klasifikasi Diare

Alangkah baiknya jika semua orang tua telah memahami laporan pendahuluan diare pada anak dan balita. Hal ini tentu saja bisa mencegah diare berlanjut menjadi sebuah penyakit nan mematikan pada bayi dan balita. Perlu Anda ketahui bahwa kematian bayi dan balita sebab karena diare di Indonesia nisbi tinggi. Oleh sebab itu, diare masih menjadi masalah kesehatan nasional nan perlu diperbincangkan lebih lanjut.

Kini, angka kematian bayi dan balita disebabkan diare sudah cukup menurun. Hal itu sebab diperkenalkannya oralit kepada masyarakat. Namun, angka kekurangan gizi dan asupan makanan ekstra pada bayi dan balita pasca penyembuhan diare masih memerlukan perhatian ekstra.



Laporan Pendahuluan Diare-Pengertian Diare

Untuk mengawali pembahasan pada laporan pendahuluan diare pada anak dan balita ini, akan diawali dengan pengertian diare. Diare menurut WHO (2000) ialah buang air besar (defekasi) nan secara klinis berubah frekuensi dan bentuknya. Frekuensi defekasi (buang air besar) nan semula hanya 3 kali atau kurang dalam sehari berubah menjadi lebih sering dan banyak. Diikuti dengan perubahan bentuk tinja menjadi lebih cair dan mengandung air baik dengan atau pun tanpa adanya darah.

Sedangkan Suradi dan Rita (2001) menyatakan bahwa diare ialah suatu keadaan dimana defekasi terjadi dengan frekuensi nan lebih banyak sehingga mengakibatkan kehilangan elektrolit secara berlebih dan menyebabkan cairan tubuh hilang secara drastis. Diare pada bayi dan balita memerlukan inspeksi lebih spesifik lagi. Pada bayi dan balita, pola buang air besar (defekasi) biasanya memiliki frekuensi sesering-seringnya ialah 3 kali sehari. Sedangkan frekuensi defekasi sejarang-jarangnya ialah 3 hari sekali.

Adapun bentuk tinja berkaitan erat dengan kandungan air dalam tinja. Jika dalam keadaan normal, bentuk tinja ialah lembek layaknya pisang. Sedangkan jika dalam keadaan diare, bentuk tinja akan menjadi lebih cair dan banyak mengandung air. Hal ini terjadi jika diare nan dialami oleh bayi dan balita sudah pada masa nan akut. Sedangkan bentuk tinja nan lembek seperti bubur juga diindikasi mengalami diare. Tinja nan normal ialah nan berbentuk seperti pisang dan lembek.

Pada bayi berusia sekitar 0 hingga 2 bulan dan hanya mengkonsumsi ASI, frekuensi defekasi nan terjadi bisa menjadi lebih sering, dapat sampai 8 hingga 10 kali dalam sehari. Bentuk tinja dapat encer, berbau masam, dan berbuih. Jika bayi anda mengalami hal ini, jangan khawatir. Selama berat badan tubuh masih bisa meningkat secara normal, hal ini tak digolongkan kepada diare. Hal itu merupakan sebuah indikasi adanya intoleransi laktosa nan mempunyai sifat sementara sebab saluran cerna nan belum paripurna sebagaimana orang dewasa. Hal nan perlu menjadi catatan di sini ialah tinja bayi atau balita anda mengalami perubahan rona menjadi merah (karena mengandung darah) atau menjadi hitam (akibat adanya darah nan membeku) atau tinja berwarna keputihan disebabkan adanya indikasi penyakit hati.



Laporan Pendahuluan Diare-Klasifikasi Diare

Ada beberapa macam diare nan perlu Anda ketahui, agar bisa melakukan penanganan dan pencegahan secara tepat dan cepat. Berikut penjelasannya.

  1. Diare akut terjadi jika diare terjadi selama 14 hari atau kurang dari itu (biasanya sekitar tujuh hari atau lebih).
  1. Diare persisten sebab diare terjadi selama kurang lebih 14 hari secara berturut-turut.
  1. Disentri. Jika diare terjadi dengan disertai adanya darah dalam tinja.
  1. Diare dengan beberapa masalah (misalnya gabungan antar diare persisten dengan diare akut) disertai adanya demam, gangguan kekurangan gizi, ataupun masalah lainnya nan menyertai.


Laporan Pendahuluan Diare -Penyebab diare

Beberapa hal nan menyebabkan diare ialah sebagai berikut.

  1. Infeksi virus sebab adanya virus seperti bakteri E. Coli, B. Cereus, adanya comperaltastik pada usus halus sebab reaksi eksklusif terhadap bahan-bahan kimia pada makanan (seperti makanan nan terlalu menyengat dan pedas, makanan nan asam, terlalu pahit).
  2. Terjadinya defisiensi imun dengan berlipatnya bakteri dalam usus, jamur, dan calanida
  3. Diare osmotik sebab adanya malabsorpsi pada makanan: lemak, protein, vitamin, dan karbohidrat.
  4. Diare osmotik sebab kurangnya kalori protein atau pun terjadi pada bayi baru lahir.


Beberapa konduite nan bisa menyebabkan diare ialah seperti berikut ini.
  1. Ibu tak memberikan ASI pada bayi dan balita pada 4 hingga 6 bulan pertama kehidupan. Padahal hal ini sangatlah krusial buat menjaga imunitas bayi. Bayi nan tak mendapatkan ASI akan menderita resiko diare labih besar daripada bayi nan mendapatkan ASI. Kemungkinan besar bayi nan tak mendapatkan ASI akan menderita kehilangan cairan tubuh nan cuku berat.
  2. Penggunaan botol susu nan tak steril dan tak terjaga kebersihannya. Bayi dan balita akan rentan terjangkiti kuman dan virus melalui botol susu nan tak terjaga kebersihannya. Pemakaian botol selama berjam-jam dan berulang tanpa dibersihkan terlebih bisa menyebabkan infeksi pada usus semakin parah.
  3. Menyimpan makanan matang/ masak tak pada lemari pendingin atau pada suhu kamar sehingga menyebabkan basi dan tak sehat.
  4. Menggunakan air nan tak terjamin kebersihannya dan tercemar.
  5. Tidak mencuci tangan setelah melakukan defekasi atau buang air besar, sehingga tangan bisa menjadi mediator virus dan bakteri.
  6. Membuang tinja di sembarang tempat, dan tak pada WC nan sehat. Padahal tinja merupakan loka bergerombolnya bakteri dan virus. Selain tinja manusia, tinja binatang juga sangat perlu diperhatikan.


Laporan Pendahuluan Diare-Gejala nan Timbul Dampak Diare

Pada laporan pendahuluan diare ini, hal nan akan kita bahas ialah gejala nan kemungkinan timbul dampak adanya diare pada bayi dan balita. Gejala nan timbul jika bayi dan balita sedang terjangkiti diare ialah mencret dan muntah secara monoton dan bisa mengakibatkan kehilangan cairan tubuh (kekurangan cairan nan terjadi di dalam tubuh). Bila hal ini tak segera diatasi, kemungkinan besar bayi dan balita akan tampak gelisah, cengeng, serta tak sadarkan diri jika kehilangan cairan tubuh nan diderita cukup berat.

Pada bayi gejala nan nampak ialah mata cekung, dan ubun-ubun juga tampak cekung, tak mengeluarkan air mata jika menangis, nadi melemah, tangan serta kaki terasa dingin, turgor menjadi berkurang (bila kulit perut dicubit akan tampak berkerut), dan frekuensi kencing menjadi berkurang. Pada kasus kehilangan cairan tubuh nan berat, nafas menjadi sesak. Dan jika kekurangan elektrolit pada tubuh akan timbul kejang.



Laporan Pendahuluan Diare-Prinsip Pengobatan Diare

Untuk mengatasi dan menyembuhkan penyakit diare, hal nan paling krusial ialah tak membiarkan penderita kehilangan cairan tubuh (kekurangan cairan). Selain itu, jika tak diberikan makanan ekstra, penderita bisa mengidap kekurangan gizi. Sebagian besar diare nan terjadi pada bayi dan balita bisa sembuh sendiri asalkan dijaga dari kehilangan cairan tubuh dan mendapatkan asupan cairan nan cukup. Adapun prinsip pengobatan diare nan tepat serta bisa kami sampaikan dalam laporan pendahuluan diare ini ialah sebagai berikut.

  • Rehidrasi (mengganti cairan tubuh nan hilang): bisa dilakukan dengan pemberian cairan secara berkaitan dengan mulut (lewat mulut) ataupun bisa melalui infus (pada kasus kehilangan cairan tubuh berat).
  • Pemberian makanan nan bergizi (adekuat): jangan membatasi pemberian makanan dan ASI pada bayi dan balita. Pemberian makanan haruslah sama sebagaimana sebelum sakit, termasuk ASI dengan frekuensi menyusui lebih sering. Untuk kehilangan cairan tubuh ringan tak perlu mengganti susu formula (jika bayi anda mengkonsumsi susu formula).
  • Hindari pemberian obat setidaknya seminimal mungkin: diare pada bayi dan balita tidaklah memerlukan antibiotik dan antidiare. Bahkan pemberian obat antidiare seringkali menyebabkan diare bertambah parah.
  • Anda bisa memulai pengobatan dari rumah jika mendapati bayi dan balita anda mengalami diare. Hal nan paling krusial ialah memberikan cairan oralit setiap kali bayi dan balita mencret sebanyak 10 ml per kg berat tubuh. Anda bisa membeli cairan oralit seperti Pharolit-200, Oralit-200, atau cairan oralit siap minum seperti Renalyte dan Pedialyte.

    Jika bayi dan balita mengalami dehidrasi, 3 jam pertama berikanlah cairan oralit sebanyak 50 hingga 100 ml per kg berat tubuh. Kemudian terus berikanlah oralit sebagaimana anggaran 10 ml per kg berat tubuh hingga anak membaik. Kapankah bayi dan balita dikatakan dalam keadaan membaik? Jika bayi dan balita anda sudah tak rewel lagi, rasa hausnya hilang, mulut serta bibir tak kering, kencingnya membanyak, dan turgor kulit membaik. Penanganan dalam laporan pendahuluan diare ini semoga bermanfaat buat mengatasi diare pada bayi dan balita Anda, selamat mencoba.