Sumbangan Kita

Sumbangan Kita

Ada perasaan nan lain saat mendengar seseorang membacakan pantun kemerdekaan . Perasaan nan sama pun muncul saat kita mencoba membuat pantun kemerdekaan. Ya, sebuah perasaan nan mampu melecut kita buat senantiasa bersemangat mengisi kemerdekaan nan telah diraih dengan susah payah.

Indonesia sebagai sebuah negara nan berdaulat telah melewati banyak peristiwa nan akhirnya menjadikan Indonesia menjadi negara nan benar-benar diakui di mata global internasional. Untuk menjadi sebuah negara nan berdaulat dan diakui kedaulatannya di dunia, Indonesia banyak kehilangan anak bangsa.

Anak bangsa Indonesia nan memberikan jiwa dan raganya hanya buat negaranya nan saat itu belum merdeka, saat itu masih di bawah cengkeraman penjajahan Belanda.

1945 ialah tahun saat Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya sebagai negara nan berdaulat. Sebagai sebuah negara nan merdeka. Sebagai sebuah negara nan tak dapat diinjak-injak oleh bangsa lain. Sebab tanah Indonesia hanyalah milik rakyat Indonesia.

Para pejuang bangsa ketika itu mati-matian melawan penjajah Belanda dan Jepang nan ingin menguasai bumi pertiwi. Hingga akhirnya tercetuslah kemerdekaan Indonesia itu pada tanggal 17 Agustus 1945. Kemerdekaan, kedaulatan negara nan harus dibayar dengan tangis dan darah. Anak-anak terbaik bangsa gugur buat mempertahankan wilayah Indonesia dalam sebuah bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Tahun-tahun selanjutnya ialah tahun-tahun nan berisikan aktualisasi dari kemerdekaan itu sendiri. Banyak hal nan dilakukan buat mengisi, memperingati, dan terus menumbuhkembangkan rasa kemerdekaan dalam tubuh bangsa Indonesia.

Seluruh elemen bangsa menyuguhkan kreativitasnya dalam momentum kemerdekaan. Membuat puisi, konser musik, perlombaan-perlombaan, hingga gerakan aksi damai berupa berjalan kaki atau long march sambil meneriakan yel-yel kemerdekaan.

Pantun sebagai salah satu jenis puisi menjadi media penyampaian kemerdekaan. Melalui bentuknya nan khas, dan bunyi akhir baris nan berupa ab-ab, dan tiap barisnya terdiri atas 8-12 suku kata, tentu dengan sampiran/ kiasan pada dua baris pertama dan isi pada dua baris selanjutnya, kemerdekaan dapat menjadi lebih merakyat gaungnya.

Pantun kemerdekaan berisikan atau berbicara mengenai kemerdekaan. Entah itu proses kemerdekaan, semangat kemerdekaan itu sendiri, atau berbicara mengenai hakikat kemerdekaan secara luas.

Namun nan pasti, gelora-gelora peristiwa proklamasi, nan berhubungan dengan bendera merah putih sebagai lambang negara cukup mendominasi. Pantun kemerdekaan mampu membangkitkan semangat kecintaan terhadap tanah air Indonesia pada generasi nan masih muda. Berikut contoh pantun kemerdekaan.



Contoh Pantun Kemerdekaan

Putar-putar tiang menara
Dilihat dari Prabumulih
Kibar-kibarlah ini bendera
Bendera Sang saka merah putih

***

Bunga kenanga kuncup terbuka
Tumbuh merekah dihisap kumbang
Indonesia sudah merdeka
Seluruh rakyat pastilah senang

***

Ampas padi tanggung dibuang
Bunga bunga hanya rekaan
Bakti kami pada pejuang
Sudilah lanjutkan kemerdekaan



Sudahkah Kita Merdeka

Bertahun-tahun nan lalu para pendiri bangsa ini yakni Indonesia nan kita cintai sebagai tanah air dan tumpah darah telah diperjuangkan oleh mereka. Tidak hanya harta nan mereka korbankan demi kemerdekaan bumi Indonesia tercinta dari tangan dan kaki kotor para penjajah nan memiliki niatan buruk. Niatan nan seburuk hati dan pikirannya buat terus mengeruk laba nan ada di bumi tercinta ini.

Untunglah perjuangan para pendiri bangsa tersebut tidaklah sia-sia. Meskipun harus berjuang dalam waktu nan tak dapat dibilang singkat tetapi berkat mereka para penjajah nan telah menancapkan bendera dan mengucurkan darah saudara setanah air sukses buat diusir kembali ke rumahnya. Rumah loka mereka seharusnya berada buat melindungi keluarganya dan bukan buat memperbudak bangsa lain sebagai pemuas nafsunya.

Pada tahun 1945 bangsa ini telah memerdekakan dirinya dengan dibacakanya proklamasi oleh Bung Karno. Sebuah proklamasi nan mampu mengubah nasib bangsa Indonesia seterusnya. Meskipun hanya berdasarkan secarik kertas nan putih dengan tinta hitam tetapi proklamsi itu telah memberikan semangan buat merdeka dan semangat buat bersatu.

Seluruh rakyat nan ada di Indonesia baik itu muda atau pun tua semuanya bersorak gembira pada hari itu. Mereka semua berteriak kata nan sama sehingga dapat terdengar di seluruh nusantara, tak hanya di pulau jawa saja hal tersebut berkumandang. Merdeka, itulah semangat nan dirasakan oleh semua orang nan waktu itu ikut mendengarkan proklamasi nan dibacakan oleh Bung Karno baik secara langsung ataupun melalui media lain seperti radio.

Meskipun tak serta merta hal tersebut dapat diterima oleh negara tetangga dan negara asing buat mengakui kedaulatan negara Indonesia. Perlu perjuangan nan juga dapat dibilang tak muda. Masih diperlukan pengorbanan berupa harta, jiwa, dan raga buat mendapatkan pengakuan dari beberapa negara agar Indonesia absah sebagai negara merdeka.

Berpuluh-puluh tahun telah berlalu dari tahun 1945 nan merupakan tahun sebagai tonggak awal Indonesia melangkah. Namun pertanyaannya sekarang ialah apakah sudah sahih bahwa negara ini telah merdeka seratus persen? Marilah tengok pada lingkungan nan ada di sekitar kita dan mari jawab pertanyaan tersebut.

Meskipun negara ini telah resmi dinyatakan sebagai negara nan berdaulat sejak diproklamirkannya kemerdekaan oleh Bung Karno tetapi kenapa masih saja banyak hambatan dan masalah di mana-mana? Bukankah tujuan dari negara ini merdeka ialah supaya terbebas dari belenggu penjajahan asing nan senantiasa menggerogoti kesejahteraan rakyat Indonesia?

Bagaimana mungkin negara nan kita cintai ini dapat dikatakan merdeka jika hanya buat makan saja orang masih kesulitan. Bukankah sudah tak ada lagi para penjajah nan merampas hasil bumi dari rakya kecil nan selalu tertindas dan sengsara. Namun mengapa hal itu masih dapat terjadi? Seorang keluarga masih dapat merasakan lapar dan nan lainnya bergelimang harta dan tenggelam dalam kekenyangan. Apakah hal tersebut masih pantas disebut sebagai sebuah bangsa nan merdeka.

Jika dibilang bahwa negara ini ialah negara nan tandus layaknya tanah nan ada di afrika sehingga banyak warganya nan kelaparan sebab memang tak ada makanan nan dapat dimakan, maka hal itu ialah sebuah bohong nan besar. Tanah di negeri kita ialah tanah nan fertile nan tongkat kayu ketika ditancapkan saja dapat tumbuh dan menghasilkan sebuah makanan nan lezat. Namun mengapa masih ada nan kelaparan di tanah nan fertile ini?

Apakah masih ada penjajah nan setiap hari merampas hak-hak para orang miskin itu sehingga tak ada lagi nan tersisa bagi mereka buat makan? Ini ialah bukti konkret bahwa perjuangan dari rasa merdeka masih panjang. Ada banyak hal nan harus dilakukan oleh para penerus bangsa ini agar rakyat Indonesia benar-benar merdeka, baik merdeka dari penjajah maupun hal nan merugikan.

Sudah saatnya dengan semangat nan ada kita perjuangan kemerdekaan bangsa kita ini. Meskipun perjuangan itu berawal dari sebuah pantun kemerdekaan nan hanya dibacakan dalam setiap 17 agustus saja. Janganlah berkecil hati sebab dengan tulisan maka akan mampu mengubah global meskipun tak secepat dengan tangan. Tetapi goresan nan diberikan oleh tinta lebih inheren dari pada oleh tangan dan pedang.



Sumbangan Kita

Negara ini telah merdeka secara resmi pada tahun 1945 dan diakuai sebagai bangsa nan berdaulat. Namun seperti nan diketahui bahwa masih banyak saudara-saudara nan berada di tanah air dan di luar tanah air masih hayati dalam ketertindasan. Hayati nan seperti ada pada masa penjajahan oleh pihak asing nan menduduki wilayah Indonesia pada waktu itu.

Mencari bahan pangan nan digunakan buat makan sangat sulit dikarenakan perampasan nan dilakukan oleh pihak asing serta tak amannya bergerak membuat orang tak berani mencari makan. Sama seperti halnya sekarang ini nan buat mencari makan sehari-hari kadang orang masih kesulitan. Bergerak ke sana kemari masih belum juga mendapatkan pekerjaan sehingga dapat mendapatkan penghasilan buat mengeyangkan perut.

Oleh sebab itu, buat generasi nan masih muda dan memiliki tenaga berlebih hendaknya menggunakan waktu nan ada buat belajar. Mengejar semua ketertinggalan nan alami oleh bangsa ini dengan bangsa lainnya. Sudah cukup ketergantungan terhadap negara asing nan menyebabkan bangsa ini tak dapat bangkit dari keterpurukan.

Banyak sekali kekayaan alam nan seharusnya dapat dikelola sendiri tetapi banyak sekali nan sekali lagi diserahkan pada pihak asing buat dikelolah. Bukankah bangsa ini memiliki banyak sekali sumber daya manusia. Namun semuanya dianggap masih belum mampu buat mengelolahnya. Terlepas dari hal itu sahih atau tidak, marilah generasi muda penerus bangsa buat melanjutkan estafet perjuangan agar kemerdekaan akan ketergantungan terhadap pihak asing dapat terlepas dengan cara belajar nan tekun dan rajin. Semua itu tak lain ialah demi bangsa Indonesia tercinta.