Roda Ekonomi Bumi Sriwijaya

Roda Ekonomi Bumi Sriwijaya

Bumi Sriwijaya merupakan sebutan buat Kota Palembang. Kota nan semakin hari semakin sering berhias ini dikelilingi oleh rawa-rawa sehingga kalau ingin membangun rumah atau jenis bangunan lainnya, kontraktor harus mencari tanah guna menimbun rawa-rawa tersebut.



Bumi Sriwijaya - Bukti diri Lain Palembang

Di sinilah masalah besar akan timbul. Kalau si kontraktor asal timbun dan tak memedulikan lingkungan maka banjir pada musim penghujan ialah bayaran dari gaya membangun nan asal-asalan tersebut. Hingga sekarang permasalahan ini menjadi buah bibir nan selalu dibicarakan oleh masyarakat di Bumi Sriwijaya.

Bumi Sriwijaya ialah kota tua nan telah terkenal dengan alur perdagangan dan kemajemukan masyarakatnya. Sporadis sekali terdengar adanya perselisihan antarpenduduk orisinil dan penduduk pendatang. Bumi Sriwijaya nan mempunyai luas 102,47 Km² ini semakin hari semakin terasa padat.

Kedatangan orang-orang nan mencari kerja tak terelakkan lagi di Bumi Sriwijaya ini. Walaupun buat bidang pendidikan, Bumi Sriwijaya hanya mempunyai beberapa saja perguruan tinggi negeri dan swasta. Bumi Sriwijaya memang belum menjadi kota pelajar seperti Yogyakarta dan Malang. Masyarakatnya pun kurang suka membaca. Tidak banyak toko buku di kota dengan suhu berkisar 27 - 35 derajat celcius.



Bumi Sriwijaya setelah Sea Games ke-26

Tak terelakkan lagi bahwa Bumi Sriwijaya semakin terkenal baik di Indonesia maupun di luar negeri. Semenjak persiapan Sea Games ke-26 nan menimbulkan banyak kisah berakhir di meja persidangan. Sampai-sampai keraguan apakah masyarakat dan pemerintahan di Bumi Sriwijaya mampu mengemban amanat tersebut, warta tentang kota nan terkenal dengan pempek ikannya ini terus menghiasi headline berbagai koran dan media warta lainnya.

Sea Games ke-26 nan berlangsung dari tanggal 11-11-11 hingga tanggal 22-11-11, benar-benar telah membuat pemerintahan Bumi Sriwijaya berjuang dan bekerja keras siang malam dalam menyambut ribuan atlet, pendamping atlet, penonton dari daerah dan negara lain. Berbagai acara termasuk acara pembukaan dan penutupan nan sangat spektakuler dirancang sedemikian rupa sehingga apa nan diidamkan oleh banyak orang akan sinkron dengan jargon Bumi Sriwijaya "Bisa! Atau Sumatera Selatan siap!" benar-benar terwujud.

Jalan-jalan dilebarkan dan dikeraskan, taman-taman diperbaiki, rekayasa arus lalu lintas diujicobakan, hotel-hotel berbintang didirikan, Jakabaring Sport City terus berbenah dan dipercantik. Semua itu tak lain dan tak bukan buat menyukseskan Bumi Sriwijaya sebagai tuan rumah Sea Games ke-26.

Sekarang, setelah dua bulan Sea Games berlalu, para atlet, pendamping atlet, pelatih, penonton dari luar daerah, telah lama meninggalkan Bumi Sriwijaya. Pembangunan masih terus berlangsung. Apa nan belum selesai pada waktu persiapan Sea Games, kini dilanjutkan. Misalnya, jalan Mayor Barlian nan merupakan poros jalan cukup padat masih saja dibenahi.

Polesan-polesan lainnya, seperti jalan setapak buat pejalan kaki, gorong-gorong nan masih belum kelar, masih terus dikerjakan. Tentu saja stagnasi masih sering terjadi terutama ketika hujan turun. Adanya genangan air di beberapa loka mempuat pemilik kendaraan memperlambat kendaraannya.

Sebagian besar wilayah Bumi Sriwijaya memang berada di dataran rendah atau hanya 8 meter di atas permukaan laut. Tanah nan rendah ini memang membutuhkan teknik membangun nan sangat spesifik. Setelah ditimbun, tanah ditutup dengan plastik tebal agar tanah tak tergerus air dan agar tanah cepat padat.

Setelah itu, dibuatkan genre air. Kalau genre air tak dibuat maka hanya dalam waktu satu bulan setelah jalan dinyatakan selesai, tetapi lubang-lubang akan bermunculan di sana-sini. Lubang itu akan dengan cepat menjadi besar dan membahayakan pengguna jalan. Kalaupun lubang tak cepat ditutup, tak menutup kemungkinan tanah akan amblas dan lubang akan semakin dalam.

Selain jalan-jalan nan diperlebar dan gorong-gorong dibuat, Bumi Sriwijaya dihias dengan taman-taman baru. Contohnya bunga-bunga nan ada di jembatan layang Polda nan merupakan jembatan layang satu-satunya di kota nan dialiri oleh Sungai Musi ini, terlihat sering mekar. Di antara kembang cantik itu ialah mawar merah yang indah.

Kalau sedang naik mobil, rasanya agak puas menikmati estetika mawar merah tersebut tapi kalau sedang mengendarai motor, kerlingan mata ke kembang mawar itu sudah dirasa cukup melegakan. Bukannya tak dapat melihat kembang mawar yang latif itu, tapi mobil nan berada di belakang motor niscaya akan membunyikan klaksonnya sebab laju motor agak goyang.

Hotel-hotel berbintang pun semakin banyak berdiri di beberapa tempat. Selain hotel, ada juga beberapa rumah sakit bagus, semisal Hermina dan Siloam nan sempat bermasalah dengan penduduk Bumi Sriwijaya sebab kurang setuju dengan berdirinya rumah sakit nan telah menginjakkan kakinya di beberapa kota besar ini.

Tetapi, tampaknya masyarakat Bumi Sriwijaya bisa menerima pembangunan rumah sakit tersebut setelah adanya negosiasi dan rendezvous antara pihak Rumah Sakit Siloam dengan beberapa tokoh masyarakat Bumi Sriwijaya nan difasilitasi oleh pemerintah.



Roda Ekonomi Bumi Sriwijaya

Tentunya roda ekonomi kota Bumi Sriwijaya bergerak makin kencang. Jalanan nan sudah lebar pun terasa sempit. Mobil-mobil baru berbagai tipe sangat sering terlihat. Mobilitas ekonomi bidang pariwisata terus berusaha menarik minat para pelancong terutama para wisatawan dari luar kota. Adanya fasilitas Musi Cruising nan disediakan oleh pemerintah, masih agak kurang diminati oleh warga lokal. Selain harganya nan mahal Rp 70.000 per orang. Pun bagi masyarakat Palembang, jalan-jalan di kota sendiri tak terlalu menarik minat mereka.

Warga Bumi Sriwijaya lebih tertarik wisata kuliner. Makanan khas Palembang seperti pempek, tekwan, mi celor, pindang Meranjat, pindang Musi, pindang Sekayu, rujak mi, burgo, martabak HAR, ialah di antara makanan nan tidak pernah bosan dikonsumsi oleh warga Palembang. Demi mengetahui data tersebut, berbagai restoran dan warung sederhana semakin menjamur.

Mal-mal nan berdiri di Bumi Sriwijaya juga menjadi loka wisata belanja. Walaupun pengunjungnya tak terlalu ramai, pusat-pusat belanja seperti ini masih tetap menjadi daya tarik pengembangan bisnis. Selain itu, tempat-tempat karaoke baik nan dikategorikan remang-remang maupun loka karaoke kategori higienis juga banyak bermunculan.

Dari data itu dapat diperkirakan bahwa masyarakat Bumi Sriwijaya ini ialah masyarakat nan suka makan dan haus hiburan terutama bermusik. Untuk olah raga, walaupun Jakabaring Sport City telah menjadi loka liburan baru dan cukup diminati, tampaknya belum terdengar geliat nan luar biasa. Belum terdengar adanya kelompok-kelompok olah raga nan menyumbangkan prestasi cukup membanggakan dari kota Bumi Sriwijaya ini.



Songket Bumi Sriwijaya

Bumi Sriwijaya juga terkenal dengan kain songket nan disebut-sebut sebagai raja kain. Estetika motif dan benang emas nan digunakan buat menenun kain khas Palembang tersebut telah mencuri perhatian banyak orang di bidang fashion . Bahkan saat Putri Pariwisata Indonesia 2011 meraih Predikat Best Traditional Costume di awal Januari ini, baju nan dikenakannya ialah modifikasi dari songket Palembang.

Semakin dikenalnya songket Palembang, semakin memberikan suntikan semangat kepada para pengrajin dan penjual songket nan ada di Bumi Sriwijaya. Mereka mulai mengaplikasikan kain songket maupun kain batik songket nan bermotif songket ke benda-benda nan dapat dijadikan suvenir dengan harga nan terjangkau. Tentu saja benang nan dipakai buat menenun kain songket tersebut bukan benang emas orisinil melainkan benang emas sintetis.