Belajar dari Aceh

Belajar dari Aceh

Gempa bumi Aceh telah memberikan begitu banyak hikmah nan telah mengubah pola pikir dan pola hayati bukan hanya bagi masyarakat Aceh, tetapi juga masyarakat Indonesia. Bercermin pada apa nan terjadi di Aceh, maka pada saat gempa Yogya pada 2006, ribuan penduduk Yogya begitu ketakutan, berlari ke arah jalan Magelang nan mempunyai dataran nan lebih tinggi buat menyelamatkan diri. Mereka mengira bahwa setelah gempa besar nan lebih dari 5 skala ritcher itu, tsunami akan menggerus seluruh Yogya.

Masuk akal juga apa nan dipikirkan oleh orang Yogya pada saat itu. Tsunami Aceh menghantam Kota Banda Aceh nan berjarak cukup jauh dari bibir pantai. Airnya pun masih deras. Sedangkan, Kota Yogya hanya berjarak sekitar 25 km dari bibir pantai di Parangtritis. Bagaimana mereka tak ketakutan mengetahui angka itu.



Belajar dari Aceh

Ketakutan ini sebenarnya ada hikmahnya walaupun terlihat kelewatan pada saat itu. Setelah kejadian itu, masyarakat Yogya berusaha keras mempelajari kontur dan geografi Yogya. Pada akhirnya, mereka tahu bahwa agak sulit buat membuat tsunami mencapai Kota Yogya. Ini mengingat dataran tinggi nan ada di Gunung Kidul dan Bantul tak sama dengan Aceh, Pangandaran, atau Mentawai.

Kesadaran ini membuat orang Yogya menjadi lebih santai ketika ada gempa. Mereka tahu bahwa mereka hanya harus keluar rumah dan tak harus terlalu panik. Kini, sebagian besar orang Yogya sudah sangat bersahabat dengan gempa. Mereka bahkan sudah dapat menikmati goyangan gempa. Terkadang, malah tak merasakan gempa. Bukan sebab kurang sensitif, tapi saking seringnya, goyangan itu dikira disebabkan oleh trailer atau truk bertonase besar (ini pengalaman pribadi).

Selain pelajaran tentang menghadapi gempa, apa nan terjadi di Aceh telah membuat masyarakat Aceh berpikir buat manunggal padu dalam membangun kembali kotanya. Perdamaian pun tercipta tanpa syarat nan saling memberatkan. Kisah perdamaian nan sangat damai ini mengilhami daerah lain. Contohnya Poso. Walaupun kisruh di daerah ini mempunyai latar belakang nan berbeda, Jusuf Kalla nan menjadi wadah " the melting pot