Awal Mula Migrasi Umat Islam

Awal Mula Migrasi Umat Islam

Secara generik kita mengetahui bahwa migrasi merupakan perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah nan lain dengan tujuan agar bisa meningkatkan tingkat hayati dan perekonomian. Migrasi di dalam islam dikenal sebagai hijrah. Ya, hijrah atau migrasi ini tak hanya populer seperti nan terjadi di zaman sekarang, tapi telah berlaku sejak zaman kenabian.

Di zaman modern seperti sekarang kita melihat kebanyakan masyarakat di pedesaan berbondong-bondong pindah ke kota buat mengadu nasib, perpindahan ini lebih dikenal sebagai urbanisasi, dengan asa agar perekonomian hayati mereka lebih membaik.

Tapi fenomena nan kita temui malah sebaliknya, perpindahan penduduk nan hiperbola ke ibukota bukannya membawa pemugaran nan berarti kepada kesejahteraan mereka, tapi justru semakin meningkatkan angka pengangguran, ironisnya lagi banyak dari mereka nan hayati terlantar hingga rela tidur di bawah rongga di bawah rumah jembatan.



Awal Mula Migrasi Umat Islam

Nah berbicara tentang migrasi atau hijrah di dalam islam telah dicontohkan pada tahun ke-5 kerasulan oleh Rasulullah Muhammad S.A.W dan para sahabat telah melakukan hijrah atau migrasi dari Mekah ke Madinah buat mempertahankan akidah demi menegakkan agama Islam.

Contoh nan ditunjukkan oleh Rasulullah lewat hijrah nan dari Mekah ke Madinah menandakan bahwa migrasi atau hijrah dianjurkan oleh Islam. Migrasi tak hanya berlaku buat pemuda tapi juga bagi orangtua, buktinya pada saat hijrah dulu Rasulullah sudah berumur di atas 50 tahun.

Tapi perlu juga diperhatikan, di zaman sekarang ini jika hijrah atau migrasi tersebut tak begitu mendesak dan memaksa, maka sebaiknya para orangtua lebih baik tinggal di tanah kelahiran.

Kasihan aja kan kalau harus membawa orangtua pindah ke kota besar atau ibukota buat tinggal bersama anaknya nan telah berhasil dalam karir dan perekonomian, tapi hal itu malah tak memberikan kenyamanan kepada orangtua nan sudah terbiasa hayati dengan suasana pedesaan nan tenang dan jauh dari hiruk-pikuk kehidupan kota.

Rasulullah pernah bersabda bahwa segala pekerjaan atau amalan tergantung dari niat. Dalam hal hijrah atau migrasi Rasulullah juga mengingatkan agar diiringi dengan niat nan baik. Sebagai contoh jika hijrah atau migrasi nan dilakukan dengan niat buat mengejar kehidupan global (mencari kekayaan) atau buat mencari pasangan hayati atau buat menguji keberuntungan, maka hijrah tersebut hanya akan membuahkan apa nan diniatkan tadi.

Berbeda dengan niat dan motivasi hijrah nan dilakukan oleh Rasulullah dahulu, bukan buat kepentingan ekonomi, tapi buat kepentingan islam, yaitu buat menyampaikan ajaran islam dan membangun tatanan kehidupan sosial nan baru berdasarkan petunjuk dari Allah.

Begitulah, migrasi Rasulullah bersama sekelompok pengikut beliau waktu itu nan disebut sebagai muhajirin ternyata sukses membangun tatanan masyarakat islam nan gemilang di Madinah hingga sekarang.
Migrasi Rasulullah menjadi pelajaran berharga bagi semua umat muslim.

Kenapa? Karena beliaulah migran pertama nan mendapatkan kehormatan dan dihormati oleh siapapun termasuk oleh masyarakat orisinil nan bertempat tinggal di Madinah pada masa itu, sebab misi dan niat hijrah beliau bukan buat mencari kekayaan, tapi buat menyampaikan ajaran islam.

Sementara adakah pada zaman ini orang nan berhijrah dengan tujuan buat kepentingan pribadi berupa mencari kekayaan, mendapatkan loka terhormat dan disegani oleh penduduk orisinil loka ia menetap di wilayah tersebut? No! Sangat sporadis kita dengar hal tersebut berlaku di zaman sekarang, bahkan hampir tak ada sama sekali. Kalau pun ada, niscaya sebab faktor-faktor spesifik nan tak berhubungan dengan memperjuangkan akidah.

Namun lihatlah, jika seorang berhijrah buat kepentingan islam dalam menegakkan akidah, niscaya ia mendapat loka nan baik di mata muslim nan beriman. Kalau di zaman demokrasi ini mah, nan ada hanyalah cibiran dan komentar miring seputar