Kurban Bukti Ketundukan terhadap Hukum Allah

Kurban Bukti Ketundukan terhadap Hukum Allah

Lebaran Idul Adha merupakan salah satu hari raya besar umat muslim nan agung. Di hari istimewa ini akan Anda temukan kebahagiaan dan hikmah akan kebersamaan. Di global ini Anda ialah sama, tak ada tingkatan dimata Allah. Namun, nan membedakan Anda hanyalah takwa, taat kepada perintah Allah.

Lebaran Idul Adha terletak pada tanggal 10 Zulhijjah, kalender islam. Didalam bulan Zulhijjah ini Anda disarankan buat banyak-banyak berzikir, tahmid dan tahlil, serta memperbanyak ibadah lainnya.

Jangan sampai Anda sia-siakan bulan latif ini tanpa memanfaatkan kesempatan buat sale pahala. Beberapa amalan nan disarankan buat dilakukan menjelang lebaran Idul Adha, yaitu:



1. Puasa Arafah (9 Zulhijjah)

Puasa pada saat ini, sebab tanggal 9 zulhijah saat jamaah haji di seluruh global berada di padang arafah.



2. Ibadah Haji dan Umroh

Pada bulan Zulhijjah ini Anda bisa melakukan ibadah haji, bagi nan mampu dan dapat juga melakukan umrah.



3. Perbanyak Takbir dan Zikir Kepada Allah

Perbanyaklah amalan kita pada hari-hari menjelang 10 Zulhijjah ini, sebab dalam Quran Surat QS. Al-Hajj: 28 sebagai dasarnya.



4. Momen Untuk Bertaubat

Bertaubatlah kita semua dari maksiat-maksiat dan dosa-dosa lainnya. Ingat, Allah itu Maha pencemburu. Allah cemburu dengan orang-orang nan melakukan sesuatu nan dilarang oleh-Nya, misalnya syirik, berzina, mencuri, berbohong, dan sebagainya, termasuk mengisi ilah selain Allah di hati kita.

Jika ingin memadu kasih, lebih baik menikah dulu, sebab apa-apa nan diharamkan didalamnya pada pacaran akan menjadi halal bila Anda sudah menikah, misalnya berpandangan dengan istri atau suami tercinta. Itu akan jadi halal bila sudah menikah.



5. Melakukan Takbir Absolut dan Takbir Mukoyyat

Mukoyyat ialah hari tasyrik (tgl 10, 11 dan 12 Zulhijah) dimana Anda dilarang berpuasa dihari itu.



6. Berkurban

Berkurbanlah bagi nan berlebih hartanya. Jika harta tak berlebih, juga boleh berkurban. Asalkan niatnya hanya sebab Allah, tak riya dan tak sombong. Jika Anda riya dan berpenyakit hati lainnya, maka amalan Anda akan bagaikan debu nan berterbangan, seperti debu merapi atau buih putih ombak di pantai.



7. Shalat Lebaran Idul Adha dan Mendengarkan Khutbahnya

Sesungguhnya khutbah pada hari lebaran idul adha ini memiliki hikmah nan sangat besar dan dalam akan ketaatan hamba Allah.



Hikmah Lebaran Idul Adha

Lebaran Idul Adha ialah salah satu hari raya umat Islam di seluruh penjuru dunia, hari raya besar ini biasa di peringati pada tanggal 10 dzulhijjah di tahun hijriyah. Lebaran Idul Adha nan berarti kembali ke kurban memiliki makna nan amat dalam nan terdapat pada rangkaian kata ini.

Ketika kita merenungi sejarah nan menceritakan sebuah pengorbanan seorang anak nan salih Nabi Ismail, beliau rela buat disembelih oleh bapaknya (Nabi Ibrahim) atas perintah Allah Swt.

Akibat keikhlasan dari sebuah pengorbanan, maka hal nan terjadi setelah itu di luar jangkauan akal manusia, yaitu tatkala Nabi Ibrahim menyembelih putranya ternyata atas kuasa Allah nan disembelih berubah menjadi seekor kambing (bukan malah Nabi Ismail) dan Nabi Ismail selamat, subhanallah atas segala kekuasaannya.

Dari penggalan sejarah diatas, maka sebagai manusia kita dapat mengambil pelajaran nan amat mulia yaitu pentingnya taat kepada Allah Swt dan berbakti kepada orangtua, dua hal ini nan menjadi motivasi bagi Nabi Ismail di usianya nan waktu itu baru menginjak dewasa. Namun, usia dini tak menjadi penghalang bagi seseorang buat dapat bersikap dewasa.

Memang ketika diamati secara sekilas kisah ini sungguh tak masuk akal bagaimana mungkin seorang ayah nan baik akan menyembelih anaknya sendiri nan sangat salih dan sangat beliau cintai, semua orangtua aku konfiden tidak ada nan akan melakukan hal itu, namun itulah cobaan nan diberikan Allah pada Nabi-Nya buat menguji kecintaannya pada Allah Swt.

Inilah nan membedakan antara cobaan seorang Nabi dengan manusia biasa. Dengan keteguhan iman dan cinta mereka berdua akhirnya lulus dari cobaan nan amat berat ini, walau berkali-kali setan selalu menghadang buat menghalang-halangi.

Ketika kita mencoba menarik pesan nan ada dalam lebaran Idul Adha dalam konteks kekinian, maka sudah saatnya semua elemen masyarakat sadar dengan tugas masing-masing dan selalu ikhlas berkorban buat kepentingan masyarakat, umat dan bangsa. Islam selalu mengajarkan umatnya buat berbuat baik dalam konteks individual maupun sosial.

Sehingga dengan momen Idul Adha, semoga menjadi momen penyadar dan penggugah bagi semua manusia dan remaja khususnya. Bahwa hayati ialah sebuah pengorbanan, kehidupan global bukanlah akhir dari kehidupan, tetapi sebagai bekal buat menuju kehidupan nan kekal di akhirat nanti.

Pengorbanan dapat dilakukan oleh siapa saja, para pemimpin berkorban dengan kekuasaanya buat menegakkan keadilan dan memperjuangkan nasib dan kepentingan rakyat, para remaja dengan kegigihannya dalam belajar dan beribadah buat mempersiapkan menjadi penerus leluhur, masyarakat pada umumnya juga selalu berusaha memperbaiki diri buat menjadi manusia nan baik secara individual dan sosial.

Pesan nan terkandung dalam Idul Adha bukan hanya sekedar anjuran menyembelih hewan kurban, kemudian dibagikan kepada orang-orang miskin dan kepada siapa saja nan membutuhkan, tetapi banyak pesan nan implisit dari simbol seremonial itu, diantaranya anjuran menjadi orang nan mampu atau kaya nan ihklas menyedekahkan sebagian hartanya buat orang-orang miskin (dengan berkorban), anjuran buat saling menyayangi diantara si kaya dan si miskin, anjuran buat saling tolong-menolong dan menjadi orang nan selalu siap berkorban demi mengutamakan kepentingan agama dan bangsa.

Semestinya pesan-pesan ini dapat dapat diaplikasikan tak hanya dalam momen Idul Adha, tetapi dalam kehidupan sehari-hari, dan aku konfiden bangsa Indonesia akan dapat lebih mudah buat dalam menghadapi krisis dalam berbagai aspek kehidupan.



Kurban Hanya Diterima dari Orang Bertakwa

Makna kurban dapat kita hidup dari ritual kurban pertama kali nan dilakukan manusia dalam sejarah, yaitu kurban nan dilakukan oleh Habil dan Qabil. Keduanya melakukan kurban sebagai jalan keluar dari perselisihan memperebutkan wanita.

Mereka sepakat, barangsiapa nan kurbannya diterima Allah Swt., dia-lah nan berhak menikahi sang wanita. Qabil berqurban dari hasil kebunnya, sementara Habil berkurban dari hasil ternak. Dan, ternyata akhirnya Allah menerima kurbannya Habil. Cerita dari Habil dan Qabil ini juga menyimpan makna kurban nan dapat dijadikan pelajaran. Penjelasannya bisa kita lihat pada surat dalam Al-Quran berikut ini.

Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut nan sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan qurban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tak diterima dari nan lain (Qabil). (QS. Al-Maidah [5]: 27)

Apa nan dapat kita hidup dari kurban dua anak Adam as tersebut? Makna kurban apa nan tersimpan dalam cerita Habil dan Qabil tersebut? Hal itu dijelaskan dalam ayat lanjutannya:

Ia berkata (Qabil), "Aku niscaya membunuhmu!" Berkata Habil, "Sesungguhnya, Allah hanya menerima (qurban) dari orang-orang nan bertakwa." (QS. Al Maidah [5]: 27)

Ya, hanya kurban dari orang-orang nan bertakwa nan diterima Allah Swt., dalam hal ini Habil. Karena, sebagaimana nan tertulis dalam sejarah, Habil telah mengurbankan harta terbaiknya, yaitu seekor domba nan sehat dan gemuk, sebagai cerminan ketakwaannya.

Sementara, Qabil mengurbankan harta terburuknya, yaitu sayuran dan buah-buahan nan layu, busuk, dan tak layak konsumsi, sebagai cerminan kekikirannya. Dari kedua cerita tersebut seharusnya, makna qurban hendaknya sudah bisa dipahami. Bahwa Allah lebih ikhlas terhadap hal-hal baik. Maka dari itu, hewan nan akan dikurbankan hendaknya memiliki ciri-ciri fisik nan baik.



Kurban Bukti Ketundukan terhadap Hukum Allah

Makna kurban selanjutnya ialah sebagai bukti ketundukan total hamba terhadap perintah Sang Khalik, apa pun dan bagaimana pun beratnya perintah-Nya itu.

Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (qurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak nan telah direzekikan Allah kepada mereka, Maka Tuhanmu adalah Tuhan nan Maha Esa, sebab itu berserah dirilah kamu kepada-Nya, dan berilah kabar gembira kepada orang-orang nan tunduk patuh (kepada Allah). (QS. Al-Hajj [22]: 34)

Makna kurban semakin jelas tergambar dalam kisah Ibrahim as. nan tunduk terhadap hukum Allah nan memerintahkannya buat menyembelih anaknya tercinta, Ismail as.

Maka, tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, "Hai anakku sesungguhnya saya melihat dalam mimpi bahwa saya menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab, "Hai bapakku, kerjakanlah apa nan diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang nan sabar."

Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan, Kami panggillah dia, "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang nan berbuat baik. Sesungguhnya, ini benar-benar suatu ujian nan nyata, dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan nan besar. (QS. As-Shaaffaat [37]: 102-107)