Kesenian Lain Khas Jawa Timur

Kesenian Lain Khas Jawa Timur

Selain kaya akan kebudayaannya nan beranekaragam, Indonesia juga memiliki seni kebudayaan nan begitu banyak dan tersebar dari Sabang sampai Merauke.

Kita sebagai generasi penerus bangsa seharusnya mengetahui kesenian-kesenian apa saja nan ada di negeri ini. Indonesia akan bangga memiliki generasi penerus bangsa nan memiliki kemampuan di dalam seni.

Salah satu kebudayaan nan akan dibahas dalam artikel kali ini ialah seni budaya Jawa Timur. Dari mulai kesenian lokal, adat istiadat, dan berbagai hal mengenai Jawa Timur akan kita bahas di sini.



Kesenian Tari Reog Ponorogo

Salah satu contoh budaya nan harus kita ketahui ialah seni budaya Jawa Timur . Di Jawa timur terkenal dengan kesenian Reog Ponorogonya.



Sejarah Reog Ponorogo

Reog Ponorogo merupakan kesenian tradisional dari daerah Jawa Timur tepatnya di Kota Ponorogo. Reog merupakan salah satu kesenian nan masih mengedapankan hal-hal berbau mistik. Reog ini berasal dari sebuah cerita pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang pengabdi kerajaan pada masa Bhre Kertabhumi. Dia ialah raja Majapahit nan terakhir pada abad 15.

Ki Ageng Kutu menjadi murka sebab terpengaruh oleh raja Cina nan mengatakan bahwa raja Majapahit berbuat sesuatu nan tak baik. Ki Ageng kemudian pergi meninggalkan kerajaan dan mendirikan perguruan. Perguruan ini mengajarkan pada anak muda tentang kesenian bela diri dan ilmu kekebalan.

Tujuan didirikan perguruan ini buat mempersiapkan generasi penerus memerangi kerajaan Majapahit. Menyadari masih sedikitnya pasukan nan dipersiapakan, Ki Ageng Kutu menyampaikan kekecewaannya melalui pertunjukan seni Reog Ponorogo.

Dalam Reog ini, dipertunjukkan topeng berbentuk singa atau biasa disebut dengan Singa Barong. Singa melambangkan Kertabumi, sedangkan di atas topeng ini terdapat bulu-bulu merak nan merupakan simbol pengaruh kuat dari kerajaan Cina. Jatilan merupakan simbol kekuatan pasukan kerajaan Majapahit. Topeng badut merah merupakan simbol Ki Ageng Kutu.



Pentas Seni Reog Ponorogo

Saat berada di Kota Ponorogo dan ingin menyaksikan seni pentas Reog ini, Anda dapat temui pada saat acara pernikahan, khitanan, dan hari-hari besar nasional.

Tarian ini dibawakan oleh 6-8 penari pria dengan menggunakan baju serba hitam dan make up berwarna merah. Para penari diibaratkan dengan sosok singa nan pemberani.

Pada tarian selanjutnya, dibawakan oleh penari wanita berjumlah 6-8 orang. Mereka menari dengan menaiki kuda. Setelah itu, baru ditampilkan acara inti nan disesuaikan dengan keadaan.

Misalkan pada acara pernikahan, tarian intinya ada nan bertemakan cinta dan pada acara khitanan ditampilkan seorang pendekar.

Adegan terakhir ialah penampilan singa barong. Penari memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota nan terbuat dari bulu burung merak. Hal nan menarik dari topeng ini ialah beratnya 50-60 kg. Penari harus membawa topeng ini dengan menggunakan gigi.



Kontrovesi Reog Ponorogo

Masih terbesitkah dalam ingatan Anda bahwa Reog Ponorogo menimbulkan kontrovesi di antara Indonesia dan Malaysia?Malaysia menganggap Reog ini berasal dari negaranya, dan Indonesia terutama daerah Ponorogo geram dengan pemberitaan ini.

Di Malaysia, Reog ini bernama Barongan. Barongan ini dibawa oleh masyarakat suku Jawa nan merantau ke Malaysia. Atas aksi ini, pemerintah tak tinggal diam dan segera mengurus copyright dari Reog. Akhirnya Reog dinyatakan orisinil dari Indonesia.

Sebagai warga nan tinggal di Indonesia, sudah sepantasnya kita menjaga kebudayaan sendiri. Minimal kita mengetahui seni nan ada di daerah loka tinggal, agar kelak seni ini bisa kita lestarikan.



Tari Tradisional Jawa Timur "Tari Remo"

Tari Remo merupakan tarian khas Jawa Timur nan biasanya diselenggarakan buat menyambut tamu agung. Tarian ini dapat dibawakan oleh satu orang penari ataupun banyak penari.



Sejarah Tari Remo

Tarian nan berasal dari Malang ini pada awalnya digunakan sebagai pengiring pertunjukan ludruk. Namun, tarian ini kemudian berkembang menjadi tarian spesifik nan dibawakan buat menyambut tamu kenegaraan.

Tarian ini bercerita tentang perjuangan seorang pangeran dalam medan perang. Namun, lama kelamaan, tarian ini menjadi lebih sering dibawakan dalam festival kesenian daerah dalam upaya melestarika kebudayaan Jawa Timur sehingga penari nan membawakannya pun bukan hanya laki-laki.

Oleh karena itulah maka sekarang ini, tari Remo juga dibawakan oleh perempuan sehingga muncul citraan lain nan disebut dengan tari khas Remo Putri nan dibawakan oleh penari perempuan.



Ciri Khas Tari Remo

Tarian ini memiliki khas nan dapat dilihat dari gerakan kaki nan bergerak maju dengan lonceng-lonceng nan dipakai pada bagian pergelangan kaki sehingga lonceng tersbeut akan berbunyi pada saat si penari melangkahkan kakinya atau menghentak panggung.

Busana nan digunakan oleh penari Remo ialah dengan berbagai gaya, yakni Gaya Sawunggaling, Surabayan, Malangan, dan Jombangan. Namun, busana tari nan digunakan oleh para penari Remo putri berbeda dengan penari Remo lelaki.

Busana gaya Surabayan merupakan busana nan terdiri atas ikat kepala merah, pakaian berwarna hitam tanpa kancing, sarung batik pesisiran, stagen nan dipakai di pinggang, dan keris nan disimpan di belakang. Selain itu, penari juga menggunakan dua sampur, yakni satu di bagian pinggang dan satunya lagi disematkan di bahu.

Busana Sawunggaling hampir sama dengan busana Surabayan. Namun, busana nan dikenakan Sawunggaling bukanlah pakaian berwarna hitam tanpa kancing, melainkan kaus berwarna putih.

Busana Malangan hampir sama dengan busana Surabayan, namun menggunakan celana nan panjang sampai ke mata kaki dan tak disematkan dengan jarum, sedangkan busana Jombangan tak menggunakan pakaian atau kaus, melainkan menggunakan rompi.

Sementara itu, busana Remo putri ialah dengan memakai sanggul, mekak hitam nan menutupi bagian dada, rapak nan menutupi bagian pinggang sampai ke lutut, dan menggunakan satu selendang atau sampur nan disematkan di bahu.



Kesenian Lain Khas Jawa Timur

Seni budaya Jawa Timur tak hanya berupa tari-tarian. Ada juga kesenian lainnya nan menjadi hiburan sekaligus refleksi kehidupan masyarakat Jawa Timur. Kesenian tersebut antara lain ialah ludruk, wayang kulit purwa, Singo wulung, dan lain sebagainya.

Ludruk ialah kesenian nan dibawakan di atas anjung dengan melibatkan pemain laki-laki. Kesenian ini merupakan seni drama nan bercerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari dengan majemuk kritik dan insinuasi terhadap petinggi negara. Ludruk tradisional ini dapat ditemui di beberapa kota seperti Surabaya, Mojokerto, dan Jombang.



Adat Istiadat Jawa Timur

Kebudayaan di Jawa Timur mendapatkan banyak pengaruh dari Jawa Tengah sehingga kawasan ini juga sering kali disebut sebagai wilayah Mataraman (berasal dari kerajaan Mataram).

Sementara bagian pesisir Jawa Timur banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Islam. Wilayah ini meliputi daerah Tuban, Gresik, dan Lamongan. Daerah ini disinyalir sebagai loka masuk dan berkembangnya agama Islam di Jawa Timur. Lima dari sembilan wali juga dimakamkan di daerah ini.

Masyarakat nan hayati di desa memiliki ikatan persahabatan nan kuat. Majemuk upacara adat dan keagamaan juga sering dilakukan buat memeringati syukuran usia tujuh bulan kehamilan anak pertama (tingkepan), upacara menjelang kelahiran anak pertama (babaran), upacara bayi berusia lima hari (sepasaran), upacara ketika bayi berumur tujuh bulan (pitonan), sunatan, dan pacangan.

Penduduk Jawa Timur memiliki Norma menganut perkawinan monogami. Namun, di pesisir barat, yakni daerah Tuban, Lamongan, Gresik, dan Bojonegoro, perkawinan dilakukan dengan keluarga wanita melamar keluarga pria sehingga nantinya prialah nan akan masuk ke dalam keluarga si wanita.