Sosiologi Sebagai Ilmu Tentang Masyarakat

Sosiologi Sebagai Ilmu Tentang Masyarakat

Sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat saat ini tak lagi dipandang sebelah mata atau dianggap ilmu pendukung. Itu sebab perannya dalam kehidupan sosial semakin dirasakan sebagaimana arti dari sosiologi itu sendiri, yaitu socius (bahasa Latin), nan artinya teman dan logos (bahasa Yunani) nan artinya ilmu.

Jadi, sosiologi mempelajari tentang bagaimana manusia bersosialisasi dan berteman dengan manusia lainnya, serta hal-hal nan dihasilkan oleh manusia dari pergaulannya itu, berupa adat-istiadat nan dianut oleh kelompoknya atau masyarakat.

Tokoh nan melahirkan sosiologi ialah August Comte, namun tentu saja tidak lepas dari jasa-jasa ilmuwan sosial lainnya, seperti Emile Durheim dan Max Weber. Di Indonesia sendiri, ilmuan sosiologi di antaranya Selo Sumardjan, Soelaiman Soumardi, dan Imam Budi Prasodjo.



Ilmu Tentang Masyarakat

Sama seperti ilmu-ilmu sosial lainnya, pada awalnya sosiologi merupakan bagian dari ilmu filsafat, meskipun telah memiliki nama sendiri. Itu sebab sosiologi belum memiliki syarat buat dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan nan seharusnya memiliki landasan teoritis, objek studi, dan metode penelitian.

Emile Durkheim ialah orang nan menemukan landasan teoretis, kemudian menetukan objek studi sosioligi, yaitu interaksi antarmanusia serta hasil hubungannya, dan meningkatkan kemampuan manusia buat beradaptasi dengan lingkungannya, sekaligus membuat metode penelitian sosiologi. Dengan demikian, sosiologi telah memenuhi syarat buat dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan.

Masyarakat memiliki loka nan istimewa dalam sosiologi karena segala sesuatu nan terjadi di dalamnya ialah objek studi sosilogi. Bagaimana manusia berteman dengan manusia lainnya, kemudian membentuk kelompok nan disebut masyarakat dan menghasilkan adat istiadat, kebudayaan, serta melakukan aktivitas di dalamnya. Secara singkat karakteristik ciri masyarakat ialah sebagai berikut.

  1. Ada sekumpulan banyak orang,
  1. Menetap di daerah eksklusif dalam jangka waktu lama dan,
  1. Ada anggaran nan fungsinya mengatur kelompok manusia itu.

Masyarakat menurut sosiologi ialah kumpulan manusia nan hayati bersama, kemudian mengasilkan kebudayaan. Oleh sebab itu, sosiologi merumuskan unsur-unsur masyarakat sebagai berikut.

  1. Kepercayaan, yaitu keyakinan nan akan mempengaruhi sifat-sifat masyarakat.
  1. Norma, yaitu ukuran tingkah laku manusia dalam masyarakat.
  1. Perasaan, yaitu sikap nan terbentuk melalui pergaulan manusia dengan nan lainnya.
  1. Pangkat, yaitu kedudukan manusia dalam kehidupan sosial.
  1. Tujuan, berupa kesatuan tujuan-tujuan dari setiap anggota masyarakat.
  1. Kekuasaan, kemampuan manusia buat mempengaruhi masyarakat atau orang lain.
  1. Sanksi, yaitu imbalan ( reward ) atau sanksi ( punishment ) sinkron dengan perbuatannya.
  1. Fasilitas, yaitu wahana dan prasarana buat mencapai tujuan masyarakat.

Manusia ialah makhluk sosial, sehingga manusia memerlukan pengenalan dengan orang lain. Pengenalan ialah proses di mana seseorang mempelajari cara hayati masyarakat buat mengembangkan potensinya, baik sebagai individu maupun sebagai anggota kelompok, sinkron dengan nilai, norma, dan Norma nan berlaku dalam masyarakat tersebut.

Proses tersebut dimulai dari lingkungan nan paling kecil, yaitu lingkungan keluarga. Manusia ketika lahir dunia, akan menyesuaikan dirinya dari lingkungan keluarganya.

Seiring dengan pertumbuhannya, dia akan menyesuaikan dengan lingkungan nan lain nan lebih luas, sampai pada lingkungan nan luas lagi. Selama proses penyesuaian tersebut, manusia sebagai seorang individu belajar menjadi seseorang nan mempunyai kepribadian unik.

Melalui sosialisasi, seseorang akan berkembang menjadi pribadi atau makhluk sosial. Kepribadian merupakan suatu kesatuan integral dari sifat-sifat individu nan berkembang melalui proses sosialisasi. Bisa dikatakan bahwa kepribadian mengacu pada seluruh ciri-ciri khas dan sifat-sifat nan mewakili sikap atau tabiat.

Manusia pada dasarnya bukanlah organisme nan bereaksi secara otomatis atas rangsangan dari lingkungan dan badannya, melainkan seorang pribadi nan berpikir tentang apa nan akan dibuat, mempertimbangkan tindakannya, dan akhirnya memutuskan apa nan akan dilakukannya.

Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut buat bisa bekerjasama dengan orang lain, baik buat kepentingan pribadi atau orang lain, buat terciptanya kehidupan nan kondusif dan damai. Berikut ini beberapa pendapat para pakar mengenai manusia ialah makhluk sosial.

Dr. Johannes Garang menyebutkan bahwa nan disebut sebagai makhluk sosial ialah makhluk nan hidupnya berkelompok dan makhluk tersebut tak bisa hayati secara individu atau sendiri.

Selain itu, Aristoteles menyebutkan bahwa makhluk sosial disebut juga sebagai zoon politicon. Maksudnya manusia itu dikodratkan buat hayati secara bermasyarakat dan berinteraksi dengan orang lain.

Dari pendapat para pakar tersebut, bisa ditarik simpulan bahwa manusia sebagai makhluk sosial sebab dalam kehidupannya manusia tak bisa terlepas dari hubungan dengan orang lain dan manusia bukan makhluk nan individu atau menyendiri.

Interaksi sosial nan dilakukan oleh manusia banyak ragamnya. Tergantung kebutuhan manusia itu sendiri, apakah membutuhkan hubungan dengan invidu lagi atau dengan kelompok lain.

Bentuk-bentuk hubungan sosial tersebut, membuktikan bahwa manusia ialah makhluk sosial. Tidak akan terjadi hubungan apabila salah satu keduanya tak ada nan memulai buat berinteraksi. Hubungan sosial biasanya didasari atas berbagai faktor. Berikut beberapa faktor nan mempengaruhi hubungan sosial.



1. Imitasi

Proses imitasi ialah proses peniruan. Individu pertama kali melakukan imitasi pada waktu masih kecil, di dalam lingkungan keluarga. Anak biasanya akan meniru tindakan orang tua, seperti cara bicara, cara makan, cara berpakaian, dan sebagainya. Berikutnya, proses imitasi di lingkungan luar.

Proses imitasi dapat sebab beberapa kemungkinan. Semakin kompleks suatu masyarakat dan tingginya interaksi, maka akan mengakibatkan dorongan proses imitasi pada masyarakat.

Proses imitasi bisa terjadi sebab rasa tertarik, kagum kepada seseorang, sehingga individu tersebut melakukan peniruan. Imitasi dapat mengarah pada hal-hal nan bersifat negatif dan positif. Agar tak terjadi akibat dan imbas negatif, maka perlu ditanamkan kebiasaan dan anggaran di masyarakat.

Interaksi sosial tersebut bisa dilihat dari manusia sejak lahir, dimulai dari lingkungan nan paling kecil, yaitu keluarga. Semakin bertambah usianya maka bentuk-bentuk interaksinya semakin luas dan lingkungannya pun semakin luas.



2. Identifikasi

Proses identifikasi sama dengan proses pada imitasi. Namun, pada proses identifikasi ini bukan hanya peniruan fisik dan kelakuan, tapi dapat sampai proses kejiwaan. Bagaimana seseorang sudah menganggap dirinya sama seperti nan diidolakan.

Contohnya seorang individu mengidolakan seorang penyanyi. Ia melakukan proses imitasi sampai dengan pengidentifikasian dirinya sama dengan sang artis. Seorang anak nan dekat dengan salah satu orang tuanya, suka mengidentifikasikan dirinya menjadi sama dengan nan diidolakannya. Hubungan sosial tersebut biasanya dilakukan manusia semenjak masih kecil juga, sama dengan proses imitasi. Keduanya saling berkaitan.



3. Sugesti

Sugesti ialah rangsangan atau stimulus nan diberikan oleh seseorang, sehingga individu nan diberi sugesti menurut dan mengikuti apa nan dikehendaki. Bentuk sugesti dapat berupa saran, pendapat, atau pertanyaan.

Contohnya, sugesti dapat dari individu ke individu, individu ke kelompok, dan kelompok ke kelompok lainnya. Sugesti dapat juga sebab dipengaruhi oleh iklan-iklan di televisi, majalah, dan sebagainya. Sugesti cenderung bersifat irasional.

Interaksi sosial tersebut membuktikan bahwa manusia sebagai makhluk sosial sebab sifat alamiah manusia itu sendiri. Manusia membutuhkan sugesti dalam hidupnya.



4. Motivasi

Motivasi hampir mirip dengan sugesti. Namun, motivasi lebih cenderung positif, saran, atau stimulus nan diberikan dan dilakukan secara kritis, rasional, dan penuh dengan tanggung jawab.

Interaksi sosial tersebut sama dengan sugesti. Manusia dapat berinteraksi dengan orang lain sebab ada motivasi buat melakukan interaksi.



5. Simpati

Simpati ialah proses kejiwaan, di mana seorang individu merasa tertarik dengan seseorang atau sekelompok orang sebab sikap, penampilan, perbuatan, dan wibawanya. Perasaan simpati seorang pria kepada wanita tak akan menutup kemungkinan benih-benih cinta bersemi. Hubungan sosial tersebut dilakukan sebab manusia memang membutuhkan simpati dari orang lain, baik dari individu atau dari kelompok lainnya.



6. Empati

Empati mirip dengan simpati. Akan tetapi, bukan hanya perasaan kejiwaannya saja, ikut merasakan dibarengi dengan respon tubuh. Misalnya, jika orang tua mitra meninggal dunia, maka duka nan mendalam ikut dirasakan, sama-sama merasa kehilangan.



Sosiologi Sebagai Ilmu Tentang Masyarakat

Ketika pada awal abad ke-20 terjadi gelombang besar-besar imigran berdatangan ke Amerika Utara, telah memunculkan majemuk gejala, seperti pertumbuhan penduduk sangat pesat, kriminalitas meningkat, dan gejala masyarakat lainnya. Hal ini menarik perhatian dan menggugah para sosiolog Amerika buat meneliti gejala-gejala nan terjadi di masyarakat tersebut.

Para ilmuwan itu berpikir keras buat menemukan pendekatan baru nan dapat menanggulangi berbagai macam gejala sosial nan tumbuh seiring terjadinya gelombang imigran secara besar-besaran tersebut. Karena itulah, sosiologi modern tumbuh pesat terutama di Amerika Serikat, bukan di Eropa loka kelahiran para sosiolog, seperti Aristoteles, August Comte bapak Sosiologi nan pencetus istilah Sosiologi buat pertama kalinya pada tahun 1842.

Saat ini, sosiologi sering digunakan buat meneliti kenyataan nan terjadi di masyarakat, misalnya mengapa saat ini masyarakat mudah sekali buat diajak melakukan protes kepada pemerintah, demonstrasi, nan ujung-ujungnya melakukan vandalisme, pengrusakan fasilitas umum, kemacetan, dan banyak lagi kerugian generik lainnya.

Dengan penelitian sosiologi, dapat diidentifikasi sebab-sebab masalah sosial dari aspek pendidikan sebab belum meratanya pendidikan, sehingga informasi nan diterima masyarakat direspon dengan sikap emosional. Dari aspek ekonomi sebab kesenjangan ekonomi nan kian hari kian jauh. Dari aspek sosial budaya sebab adat istiadat nan dianut di tiap daerah memiliki kekhasan masing-masing.

Jelaslah, sosiologi saat ini memiliki peran nan sama pentingnya dengan ilmu lainnya sebab memberikan jalan keluar bagi masalah-masalah sosial. Demikian informasi mengenai sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat. Semoga bermanfaat.